• img

    KAMUFLASE...

    Akan aku ajak engkau menemui bunglon .. agar engkau menyaksikan sendiri tipu dayanya! Bunglon merubah warna dirinya sesuai dengan tempat ia berada .. agar engkau mengetahui bahwa yang seperti bunglon itu banyak .. dan berulang-ulang! Dan bahwasanya ada orang-orang munafik .. banyak pula manusia yang berganti-ganti pakaian .. dan berlindung dibalik alasan “ingin berbuat baik”...
  • img

    Jujur...

    Jika engkau hendak mengungkap kejujuran orang, ajaklah ia pergi bersama .. dalam bepergian itu jati diri manusia terungkap .. penampilan lahiriahnya akan luntur dan jatidirinya akan tersingkap! Dan “bepergian itu disebut safar karena berfungsi mengungkap yang tertutup, mengungkap akhlaq dan tabiat”...
  • img

    Pemimpin

    Seringkali terbukti bahwa tugas utama seorang pemimpin hanyalah bagaimana memilih orang yang tepat. Begitu berhasil memilih orang yang tepat seringkali tugas seorang pemimpin sudah selesai. Setidaknya sudah 80 persen selesai. Tapi begitu seorang pemimpin salah memilih orang, sang pemimpin tidak terbantu sama sekali, bahkan justru terbebani...
  • img

    Karena Ukuran Kita Tak Sama

    seperti sepatu yang kita pakai, tiap kaki memiliki ukurannya memaksakan tapal kecil untuk telapak besar akan menyakiti memaksakan sepatu besar untuk tapal kecil merepotkan kaki-kaki yang nyaman dalam sepatunya akan berbaris rapi-rapi...
  • img

    Kemenangan..

    Kemenangan sejati yang paling mendasar dan substansial adalah jika kebenaran tetap bersemayam di hati kita. Tidak terkontaminasi oleh racun-racun kehidupan, tidak tergoda oleh iming-iming apapun bentuknya, yang membuat hati kita diisi oleh nilai-nilai lain selain nilai kebenaran yang bersumber dari Allah SWT, ...

Air Mata Awan....

0
Diposting oleh cahAngon on 30 Januari 2011 , in
Pada suatu hari, serombongan orang kafir bertamu kepada Rsulullah saw. Nabi membagikan para tamu itu kepada para sahabatnya. Semuanya sudah dibawa sahabat ke rumah-rumah mereka kecuali seorang. Ia tertinggal di mesjid. Tubuhnya luar biasa besar. Tampaknya tak seorang pun sahabat yang mampu menjamu sang raksasa. Rasulullah SAW mengambil dia sebagai tamunya. la ditempatkan di sebuah rumah.

Ia memakan habis makanan untuk porsi 18 orang. Ia minum habis semua susu yang diperah dari tujuh ekor kambing. Perutnya ternyata lebih besar dari tong kosong. Pelayan marah karena ia menelan semua makanan dengan rakus. Ia meninggalkan rumah itu dan mengunci pintunya dari luar.

Di tengah malam, sang raksasa terdesak untuk buang hajat. Perutnya sakit. Ia bermaksud keluar, tapi menemukan pintu terkunci. Dengan berbagai cara, ia berusaha membuka pintu. Setelah berulang-ulang gagal, ia merayap ke tempat tidurnya. Pada waktu itu, “desakan alam” tak dapat ditahan lagi. Ia mengeluarkan kotoran di rumah. Berbagai perasaan berkecamuk di hatinya: malu, terhina. bingung, takut. Sepanjang sisa malam itu, ia memasang kupingnya, berharap mendengar pintu dibuka.
Menjelang subuh, ia mendengar pintu terbuka. Ia meloncat ke luar. Ia ingin melarikan diri dari semua derita dan rasa malunya. Ia tak tahu bahwa yang membuka pintu itu adalah Nabi al-Musthafa. Nabi sengaja menyembunyikan dirinya. agar orang itu tidak malu dengan apa yang dilakukan di rumahnya.
Di pagi hari, seorang sahabat mengantarkan tikar yang pernah ditiduri orang kafir itu. “Lihat, ya Rasul Allah, apa yang telah diperbuat tamu itu.” Nabi SAW mengambil tikar itu sambil tersenyum dengan senyuman rahmatan lil’alamin.
“Ambilkan air. Biar kotoran ini, aku bersihkan,” ujar Nabi.
Para sahabat meloncat, “Demi Allah, jangan. Biarlah tubuh dan jiwa kami menjadi tebusanmu, ya Rasul Allah. Wahai yang disapa Tuhan dengan La-Amruk (Al-Qur’an 15: 72). Kami sepatutnya berkhidmat kepadamu. Kalau engkau yang melakukan perkhidmatan, apa jadinya kami.”
“Saya tahu,” ujar Nabi. “Tapi ini peristiwa luar biasa. Aku punya alasan mengapa aku harus melakukannya.”
Beberapa saat kemudian, orang kafir itu sadar bahwa ia kehilangan azimatnya. Ia menduga azimat itu tertinggal di rumah Nabi. Meski rasa malunya besar, ketakutan kehilangan barang berharganya lebih besar lagi. Dengan jantung bergetar, ia menelusuri jalan kembali. Dan di situ, ia menyaksikan pemandangan yang meluluh-lantakkan hatinya: tangan Rasul sedang membersihkan kotoran yang dibuangnya. Ia menjerit pilu. Ia memukul kepalanya sambil berkata, “Duhai kepala yang tak punya pengertian.” Ia memukul dadanya dan berkata. “Duhai dada yang tak memperoleh cahaya.”
Ia mengangkat kepalanya ke langit, tapi mengalamatkan ucapannya kepada Nabi, “Wahai, yang karenanya diciptakan seluruh alam semesta. Engkau begitu rendah hati mematuhi perintah Tuhan. Aku tidak punya muka lagi untuk melihatmu, duhai kiblat dunia!” Tak henti-hentinya ia meraung, menjerit, dan gemetar. Tangan agung yang membersihkan kotoran itu menepuk-nepuk tubuhnya. menenteramkan hatinya, dan membukakan matanya.
Kisah yang sangat sarat lambang ini diceritakan Jalaluddin Rumi dalam Mastnawi-nya. Setelah itu, Rumi menjelaskan kepada kita makna kisah ini dengan kuplet-kuplet berikutnya: “Sebelum awan menangis, mana mungkin taman bisa tersenyum. Sampai bayi menangis, mana mungkin air susu mulai mengalir. Bayi satu tahivn saja tahu: aku akan menangis, supaya perawat yang baik datang. Tidakkah engkau tahu bahwa Sang Perawat dari segala perawat tidak akan membeiikan susu dengan gratis, tanpa tangisan.
Rumi mengajarkan kita makna derita dalam kehidupan. Banyak macam derita yang kita alami. Ada derita yang menghempaskan kita ke kerak bumi. Ada juga derita yang membawa kita ke langit, mengangkat kita ke alam malakut. Kebanyakan kita tenggelam dalam derita pertama. Kita menderita karena orang dan kejadian tak terjadi seperti kita kehendaki. Kita marah karena jalan macet, kereta terlambat, atau pesawat ditangguhkan. Kita jengkel karena anak kita tidak pandai, mitra kita tak setia, anak buah kita tidak bekerja baik, orang yang kita percayai berkhianat, orang yang kita andalkan tak memenuhijanjinya.
Derita seperti ini tak pernah memberikan waktu istirahat untuk jiwa kita. Kita disibukkan terus-menerus untuk mengatasinya. Tenaga kita dikuras habis. Tubuh kita penuh peluh, pakaian kita kotor. Tapi kita tidak punya waktu membersihkan diri. Kita menjadi budak-budak tak berdaya dari keinginan-keinginan kita.
Perut kita menjadi tong besar, yang melalap habis makanan belasan orang. Seperti sang raksasa dalam cerita Rumi, kita tidak menemui jalan keluar dari penderitaan itu. Kita berharap ada tangan Rasul yang membukakan jalan keluar. Nabi diutus untuk memberikan jalan keluar.
Setelah mengambil jalan keluar yang dibukakan Nabi, kita akan segera diantarkan pada penderitaan yang kedua. Para sufi menyebutnya penderitaan karena perpisahan. Anda harus melepaskan kehidupan Anda yang lama. Buanglah keinginan agar semuanya terjadi seperti yang Anda kehendaki. Anda harus membenturkan kepala Anda yang tak punya pengertian. Anda harus memukul-mukul dada Anda yang tak punya kesadaran. Tapi, derita Anda kali akan mengantarkan Anda ke dalam pelukan kasih Tuhan.
Dalam derita ini, Anda akan merasakan kebahagiaan. Seperti seorang ibu yang melahirkan. Anda merasakan sakit, tetapi juga kebahagiaan karena melahirkan kehidupan yang baru. Inilah tangisan awan yang membuat taman-taman tersenyum. Inilah tangisan bayi yang mengundang air susu ibu.
“Maka sesungguhnya bersama kepedihan itu ada kebahagiaan. Dan sesungguhnya bersama kepedihan itu ada kebahagiaan” (Al-Insyirah: 5-6).

Sumber : Majalah Ummat (tanpa nomor dan tahun)
Oleh : Fikri Yathi

Pemenang vs Pecundang

0
Diposting oleh cahAngon on 29 Januari 2011 , in
Pemenang melakukan apa yang harus dilakukan,
Pecundang melakukan apa yang suka dilakukan.

Pemenang jadi bagian dari jawaban;
Pecundang jadi bagian dari masalah.

Pemenang membuat masalah besar menjadi kecil
Pecundang membuat masalah kecil menjadi besar

Pemenang mengecilngecilkan masalah besar
Pecundang membesarbesarkan masalah kecil

Pemenang melihat jawaban dalam setiap masalah;
Pecundang melihat masalah dalam setiap jawaban.

Pemenang melihat peluang dalam setiap permasalahan
Pecundang melihat permasalahan dalam setiap peluang
by: asma nadia
---


Pemenang melihat hal yang mungkin dalam setiap kemustahilan
Pecundang melihat hal yang mustahil dalam setiap kemungkinan

Pemenang berkata, "Itu memang sulit, tapi mungkin bisa"
Pecundang berkata, "Itu mungkin bisa, tapi memang sulit"

Pemenang berkata, "Gampang-gampang susah!"
Pecundang berkata, "Susah-susah gampang!" (susahnya dua kali)

Pemenang berpikir, kalau bisa dipermudah kena harus dipersulit?
Pecundang bilang, kalau bisa dipersulit kenapa dipermudah?

Pemenang berpikir, bagaimana bisa memberikan pelayanan sebaik mungkin untuk orang/ lembaga
Pecundang berpikir, bagaimana orang/lembaga bisa melayani saya

Pemenang berkata, "Biarkan saya yang mengerjakannya"
Pecundang berkata, "Itu bukan pekerjaan saya"

Pemenang membuat komitmen-komitmen,
Pecundang membuat janji-janji.

Pemenang berani ambil resiko sekalipun dengan tanggung sendiri akibatnya
Pecundang berani ambil resiko sepanjang ditanggung orang lain akibatnya

Pemenang membuat rencana untuk menghindari bencana.
Pecundang membuat bencana karena menghindari rencana.

Pemenang selalu mengutamakan rencana untuk berhasil
Pecundang selalu menyiapkan rencana bagaimana kalau gagal.

Pemenang membuat sesuatu terjadi,
Pecundang membiarkan sesuatu terjadi.

Pemenang selalu mengakui kesalahan.
Pecundang selalu mencari siapa yang disalahkan.

Pemenang selalu memperbaiki diri
Pecundang selalu merasa dirinya baik

Pemenang belajar dari kegagalan
Pecundang gagal dari pembelajaran

Pemenang belajar dari masa lalu
Pecundang trauma atas masa lalu

Pemenang berkata, "Saya harus melakukan sesuatu"
Pecundang berkata, "Seseorang harus melakukan sesuatu".

Pemenang percaya pada menang-menang (win-win solution);
Pecundang percaya, jika ingin menang, orang lain harus kalah.

Pemenang seperti thermostat (mengatur suhu),
Pecundang seperti thermometer (sekedar mencatat suhu).

Pemenang menggunakan argumentasi kuat dengan kata2 yang lunak;
Pecundang menggunakan argumentasi lemah dengan kata2 yang keras.

Pemenang berpegang teguh pada visi tapi bersedia berkompromi pada hal-hal remeh;
Pecundang bersikeras pada hal-hal remeh tapi bersedia mengkompromikan visi.

Pemenang berempati, "Jangan berbuat pada orang lain apa yang Anda tidak ingin orang lain perbuat pada Anda";
Pecundang berfilosofi, "Lakukan pada orang lain sebelum mereka melakukannya pada Anda".

Pemenang merasa sukses adalah perjalanan,
Pecundang merasa sukses adalah tujuan.

so, are you winner or loser..?

Semangat Baru PKS Jatinegara...

0
Diposting oleh cahAngon on 04 Januari 2011 , in
Ikrar Ka. DPC Jatinegara & A.A. Rifai Ka. DPRa CBU
25 Desember 2010,babak baru dalam percaturan PKS Jatinegara, telah ditetapkan oleh DPD PKS Jakarta Timur, Ikrar Aulia Agustianto untuk mengomandani PKS Jatinegara periode 2011-2014, ditemani oleh Agustian dan Syaiful sebagai Sekum dan Bendum, serta Adinul Kholis, Bidang Pembinaan Kader.
Semoga pengurus baru yang telah terpilih, diberi kekuatan untuk mengemban amanah, dan diberikan keberkahan sehingga PKS Jatinegara dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.

..Dite, Kembali Nahkodai PKS Jakarta Timur

0
Diposting oleh cahAngon , in
Jakarta (11/12) – Dewan Pengurus Daerah (DPD) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Jakarta Timur, mengakhiri rangkaian Musyawarah Daerah (MUSDA) PKS se Jakarta, yang dimulai akhir Nopember 2010 lalu. MUSDA kedua ini digelar dua hari Sabtu-Ahad (11-12/12) di komplek Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur. Rangkaian acara MUSDA PKS Jakarta Timur ini juga diawali dengan pembuatan lubang Biopori dan penanaman 400 pohon yang diadakan di seluruh Dewan Pengurus Cabang (DPC) PKS se Jakarta Timur Ahad (5/12) pekan lalu.

H. Dite Abimanyu, Ak., MM yang terpilih menjadi Ketua Umum DPD PKS Jakarta Timur periode 2010-2015 menyampaikan, tema besar Bekerja Untuk Jakarta yang telah diusung oleh pimpinan wilayah partai dakwah ini, memberikan inspirasi untuk menyadarkan masyarakat dalam menjaga ibukota tercinta, “Karena kami yakin, pekerjaan ini akan berat jika hanya dibebankan oleh pemerintah daerah saja, maka dari itu PKS mengajak masyarakat untuk terlibat dalam kerja besar ini,” tegasnya.


Hadir dalam MUSDA kedua ini, Walikota Jakarta Timur Drs. H. Murdhani, MH., Ketua Umum DPW PKS DKI Jakarta H. Selamat Nurdin, S.Sos., MM beserta seluruh jajarannya, anggota DPR RI H. Ahmad Zainuddin, Lc., anggota DPRD DKI Jakarta dari daerah pemilihan Jakarta Timur dan tentunya sejumlah pengurus baru yang telah ditetapkan diantaranya Sekretaris Umum Herie Marjanto, Bendahara Umum Indarmawan dan Ketua Kaderisasi DR. H. M. Taufik Zulkifli.

Dalam tambahannya, Dite yang juga anggota Komisi C DPRD DKI Jakarta ini menjelaskan, tafsir Bekerja Untuk Jakarta pada akhirnya dapat menjadi inspirasi besar partai ini untuk memenangkan Pilkada 2012 dan Pemilu 2014. “Tema besar ini memotivasi kita semua, bahwa bukan tidak mungkin dengan izin Allah dan kerja keras para kader, kita akan siap memimpin ibukota,” ujarnya dengan disambut gemuruh takbir.

Sementara itu, seperti halnya MUSDA di wilayah daerah lainnya, dihari kedua Ahad (12/12) PKS Jakarta Timur mengumpulkan ribuan kader untuk meramaikan acara luar sidang berupa pentas seni, layanan kesehatan gratis dan bakti sosial lainnya, acara tersebut ditutup dengan pidato dari Ketua Majelis Pertimbangan Wilayah (MPW) PKS DKI Jakarta Ir. H. Triwisaksana, M.Sc dan Presiden PKS H. Luthfi Hasan Ishaaq, MA.

-Tim Media DPW PKS DKI Jakarta-