• img

    KAMUFLASE...

    Akan aku ajak engkau menemui bunglon .. agar engkau menyaksikan sendiri tipu dayanya! Bunglon merubah warna dirinya sesuai dengan tempat ia berada .. agar engkau mengetahui bahwa yang seperti bunglon itu banyak .. dan berulang-ulang! Dan bahwasanya ada orang-orang munafik .. banyak pula manusia yang berganti-ganti pakaian .. dan berlindung dibalik alasan “ingin berbuat baik”...
  • img

    Jujur...

    Jika engkau hendak mengungkap kejujuran orang, ajaklah ia pergi bersama .. dalam bepergian itu jati diri manusia terungkap .. penampilan lahiriahnya akan luntur dan jatidirinya akan tersingkap! Dan “bepergian itu disebut safar karena berfungsi mengungkap yang tertutup, mengungkap akhlaq dan tabiat”...
  • img

    Pemimpin

    Seringkali terbukti bahwa tugas utama seorang pemimpin hanyalah bagaimana memilih orang yang tepat. Begitu berhasil memilih orang yang tepat seringkali tugas seorang pemimpin sudah selesai. Setidaknya sudah 80 persen selesai. Tapi begitu seorang pemimpin salah memilih orang, sang pemimpin tidak terbantu sama sekali, bahkan justru terbebani...
  • img

    Karena Ukuran Kita Tak Sama

    seperti sepatu yang kita pakai, tiap kaki memiliki ukurannya memaksakan tapal kecil untuk telapak besar akan menyakiti memaksakan sepatu besar untuk tapal kecil merepotkan kaki-kaki yang nyaman dalam sepatunya akan berbaris rapi-rapi...
  • img

    Kemenangan..

    Kemenangan sejati yang paling mendasar dan substansial adalah jika kebenaran tetap bersemayam di hati kita. Tidak terkontaminasi oleh racun-racun kehidupan, tidak tergoda oleh iming-iming apapun bentuknya, yang membuat hati kita diisi oleh nilai-nilai lain selain nilai kebenaran yang bersumber dari Allah SWT, ...

Untuk Kita Renungkan...

0
Diposting oleh cahAngon on 30 November 2011 , in
Sebuah renungan di pagi hari..

Alhamdulillah, di pagi ini Allah mengumpulkan kita dengan begitu banyak nikmat. Nikmat bisa bangun pagi. Karena tidak ada yang bisa menjamin seseorang itu dapat bangun setelah ia tidur. Kalau kita perhatikan, proses bangun dan tidur itu sangat misterius. Pernahkah kalian memikirkan bagaimana proses hilangnya kesadaran saat tidur? Saya pernah. Saya coba berpikir bagaimana kesadaran ini hilang lalu beralih ke mimpi. Tapi hasilnya, malah saya tidak bisa tidur jadinya. Begitu pula proses bangun tidur. Sama-sama misterius. Bagaimana proses munculnya kesadaran kita kembali? Adakah yang dapat menjamin kita bisa bangun lagi setelah tidur? Bahkan terkadang jam weker sudah berbunyi saja belum bisa membangunkan kita dari tidur. Masya Allah..

Bagaimana, masih ngantuk? Ya nikmati saja. Karena ngantuk itu juga nikmat, loh! Ada orang yang punya penyakit tidak bisa tidur. Nama penyakitnya insomnia. Secara psikis, orang yang jarang tidur akan berpengaruh kepada emosinya. Makanya kalau kita ketemu sama orang yang kurang tidur, pasti kita mendapati muka orang itu kusut, jutek, dan sensitif. Hm, segar ya udara pagi ini. Nikmatin dah. Mumpung ada. Jarang-jarang kan kita bisa merasakannya. Kalau di Ciputat mah macet, panas, dan banyak polusi. Renungkanlah, betapa nikmat udara ini mahal sekali sebetulnya. Allah kasih gratis buat kita! Kita boleh hirup sepuasnya. Bayangkan, kalau Allah kasih harga udara sekali sedot itu Rp 100,- saja. Murah kan ya Rp 100,-? Paling beli permen dapat satu. Tapi itu untuk sekali sedot. Coba, kalau dari kecil sampai sekarang, berapa duit yang harus kita bayar untuk udara yang kita hirup? Masya Allah.. Lihatlah, betapa berharganya udara ini di rumah sakit. Satu tabung oksigen begitu mahal harganya. Itu pun hanya bertahan untuk beberapa hari saja. Sementara sekarang, Allah masih memberikan kita kemudahan untuk menghirup udara segar pagi ini, dengan gratis.

Ginjal juga. Kalau dipikir-pikir, kita masih bisa hidup dengan satu ginjal, kan? Tapi kenapa Allah kasih dua? Baik banget kan Allah sama kita. Dengan adanya ginjal, racun dalam tubuh bisa disaring. Lihatlah orang-orang yang punya penyakit gagal ginjal. Kulit mereka jadi kuning lantaran racun dalam tubuh mereka tidak dapat disaring. Alhasil, mereka harus bolak-balik ke rumah sakit untuk cuci darah. Bayangkan, berapa biaya yang harus mereka keluarkan untuk sekali cuci darah? Mahal sekali. Dan itu pun tidak cukup sekali dua kali cuci darah, tapi untuk seterusnya! Masya Allah..

Bersyukurlah, Saudaraku.. Allah masih memberi kita kesempatan kepada kita dengan memberi kita nikmat yang begitu banyak ini. Namun terkadang kita tidak sadar dan terlupa. Padahal Allah sudah mengingatkan kita dalam surah yang sudah lama kita hapal, al-Kautsar:

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. [QS. Al-Kautsar: 1]

Bahkan, coba bayangkan Saudaraku, sejak kecil hingga sekarang Allah telah menjaga kita, sehingga kita masih berislam sampai sekarang. Terpikirkah, bagaimana jadinya kalau kita dilahirkan bukan di keluarga kita sekarang ini, tapi di Amerika atau Israel, atau di suku pedalaman yang jauh dari sentuhan Islam. Terbayangkah, apabila itu terjadi, sedang apa, di mana dan dengan siapa kita sekarang? Allahu ya Kariim..

Tapi Saudaraku, Allah melahirkan kita di keluarga yang sebaik-baiknya, dengan orang tua yang sebaik-baiknya, dan dengan tubuh yang sebaik-baiknya. Kepala kita di atas, bukan di bawah. Kuping kita di kanan-kiri, bukan depan-belakang. Coba di depan, kalau kita ngobrol pasti terasa pengang. Mata dua-duanya di depan, bukan di belakang. Karena kalau di belakang pasti kelilipan terus sama rambut. Lubang hidung pun menghadap ke bawah, bukan ke atas. Bayangkan kalau di atas, mungkin kita repot banget kalau hujan. Lalu di atas mata ada bulu mata dan alis. Kalau tidak ada, pasti kita kedap-kedip melulu karena perih. Kedua tangan juga Allah tempatkan di kanan dan kiri, bukan depan-belakang. Coba kalau di depan-belakang. Mau naik motor repot banget kan.

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? [QS. Ar-Rahman: 13]

Yakinlah saudaraku, apa yang Allah berikan kepada kita, itu tidak ada yang sia-sia. Semuanya mengandung hikmah yang perlu kita syukuri. Termasuk keberadaan kita saat ini. Allah menakdirkan kita berkumpul di sini, lalu ikut agenda tarbiyah dan dakwah, pasti ada hikmahnya. Boleh jadi Allah ingin kita mencari butir-butir hidayah-Nya di sini, yang mungkin saja tidak orang lain dapatkan di tempat lain. Maka wajar apabila kita mencoba menghitung nikmat-nikmat yang Allah berikan kepada kita, niscaya kita tidak akan bisa menghitungnya.

Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [QS. An-Nahl: 18]

Namun semua nikmat ini, tentu kembali kepada sebuah pilihan. Syukur atau kufur. Yakinlah, ketika kita kita bersyukur, Allah akan tambahkan nikmat itu. Maka wajar, apabila seseorang bersyukur, ia merasa tenang dan tenteram. Karena nikmat yang ia rasakan bukan perihal besar jumlahnya, tetapi keberkahan-Nya. Ibarat kata, lebih baik punya uang seribu tapi berkah, daripada uang satu juta kalau tidak berkah.

Terkadang kita merasa itu nikmat, kalau banyak. Coba saudaraku makan es krim secangkir kecil. Enak, kan? Pasti kalau sudah habis kita merasa kurang. Tapi coba kalau di hadapan kita ada satu bak es krim, bagaimana rasanya? Mungkin saja rasanya jadi tidak seenak ketika jumlahnya secangkir. Begitu pula Allah memberi kita nikmat, pas ukurannya. Karena Allah Maha Tahu apa yang terbaik buat kita.

Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih. [QS. Ibrahim: 7]

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. [QS. Al-Baqoroh: 216]

Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah. [QS. Al-Baqoroh: 172]

Maka sudah jelas Saudaraku, bersyukur adalah sebuah keniscayaan. Bersyukur adalah buah keimanan kita kepada Allah. Tidaklah orang beriman, apabila tidak bersyukur. Begitu pula sebaliknya, tidaklah orang bersyukur, makanala tidak beriman. Bersyukurlah! Karena hanya orang yang bersyukurlah yang dapat merasakan kenikmatan. Lantas bagaimana bentuk syukur itu? Abdullah Gymnastiar (Aa’ Gym) menyebutkan ada empat ciri orang bersyukur:

Hati tidak pernah merasa memiliki, karena segala sesuatu di dunia ini adalah milik Allah.
Apabila diberi nikmat, rajin mengucapkan syukur kepada Allah. Alhamdulillah…
Orang yang bersyukur adalah orang yang selalu tahu berterima kasih.
Menggunakan nikmat yang Allah berikan untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Saudaraku, Allah baik banget sama kita. Banyak sekali nikmat yang Allah berikan, baik yang kita sadari atau tidak. Mungkin kita baru sadar itu nikmat kalau berkaitan dengan rezeki yang berlimpah, kecerdasan, kemudahan, dan lain sebagainya. Tapi sering kali kita tidak sadar tatkala Allah memberi kita nikmat, berupa ujian. Bayangkan, misalnya ketika kita sedang ngobrol dengan teman kita, mungkin saja ada ucap atau sikap kita yang ternyata kurang diterima oleh teman kita. Lantas teman kita jadi sakit hati. Tapi kita tidak sadar akan hal itu. Lalu ketika di perjalanan, mungkin kita terjatuh atau mendapat musibah lainnya. Saat itu pulalah, manakala kita bersabar, Allah menggugurkan dosa kita itu. Meskipun kita sebelumnya belum beristigfar, belum bertaubat. Tapi karena Allah sayang sama kita, Allah kasih kita ujian untuk membersihkan kita dari dosa, Saudaraku. Allah ingin menguji keimanan kita, Saudaraku. Ingatlah, bahwa ujian itu berbanding lurus dengan keimanan seseorang.

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. [QS. Al-‘Ankabut: 2-3]

Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. [QS. Al-Baqoroh: 45-46]

Maka tak ada jalan lain ketika Allah memberi kita ujian, Saudaraku, selain bersabar terhadap ketentuan-Nya. Hati kita akan sulit bersyukur dan bersabar, kemudian merasa berat ketika kehilangan sesuatu manakala hati kita merasa benar-benar memilikinya. Kalau kata band Letto, “Rasa kehilangan hanya akan ada, jika kau pernah merasa memilikinya.” Padahal, sebelumnya telah kita singgung bahwa apa yang kita punya itu bukanlah milik kita, tapi milik Allah, titipan Allah!

Saudaraku, bersabar itu bukan hanya ketika mendapat musibah. Tapi juga ketika taat kepada Allah, seperti ibadah, dakwah, dan tarbiyah. Juga ketika melawan hawa nafsu. Harus sabar, Saudaraku. Kalau tidak sabar, ya tidak nikmat rasanya. Maka kunci kedua untuk meraih kenikmatan setelah syukur adalah bersabar. Makan, kalau buru-buru pasti rasanya tidak nikmat. Salat juga, kalau tidak pakai tuma’ninah rasanya tidak nikmat. Semua yang buru-buru dan dikejar nafsu, pasti akhirnya tidak nikmat. Maka bersabarlah, Saudaraku. Karena hanya orang yang bersabarlah yang dapat merasakan kenikmatan. Tapi ingat, sabar bukan berarti pasrah tanpa ikhtiar. Digebugin preman, sabar. Dianiaya tanpa sebab, sabar. Nah, yang itu bukan sabar namanya. Yang namanya sabar itu terdapat sebuah kesungguhan dalam hati, kemudian teraplikasi dalam sebuah tindakan yang pasti.

Saudaraku, mengapa perihal syukur dan sabar ini kembali kita bahas? Karena dua hal ini begitu penting, Saudaraku. Telah lama kita mengenal dua konsep ini, tapi sudahkah kita benar-benar meresapi dan mengamalkannya? Sudahkah menghujam dalam karakter kita? Karena keduanya adalah buah iman, Saudaraku. Bersyukur ketika mendapat kenikmatan dan bersabar ketika mendapat musibah. Ketahuilah Saudaraku, nikmat dan musibah adalah ujian dari Allah. Masalahnya bukan apa yang Allah berikan kepada kita, tetapi bagaimana kita dalam menyikapi semua ketetapan-Nya?

Sabar yang sebenarnya ialah sabar pada saat bermula (pertama kali) tertimpa musibah. (HR. Bukhari)

Iman terbagi dua, separo dalam sabar dan separo dalam syukur. (HR. Al-Baihaqi)

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami lah kamu dikembalikan. [QS. Al-Anbiya’: 35]

Allahu a’lam bishowab…



Oleh: Deddy Sussantho, Depok

Resep Mesra Ala Rasulullah

0
Diposting oleh cahAngon on 25 November 2011 , in ,
Rasulullah adalah sosok suami yang paling mesra terhadap istri-istrinya. Berikut beberapa tips untuk menjaga kemesraan yang dikompilasi dari hadis-hadis dan riwayat yang menceritakan Rasulullah SAW.

1. Suami membukakan pintu untuk istrinya, baik di kendaraan, rumah, maupun yang lain

Istilah yang cukup akrab di telinga kita, yang katanya orang-orang modern ini “Ladies First” ternyata sudah dilakukan Rasulullah sejak berabad-abad yang lalu, disaat kebudayaan lain di dunia menganggap wanita lebih rendah, bahkan diragukan statusnya sebagai “manusia”.

Dari Anas, dia berkata: “Kemudian kami pergi menuju Madinah (dari Khaibar). Aku lihat Nabi SAW menyediakan tempat duduk yang empuk dari kain di belakang beliau untuk Shafiyyah. Kemudian beliau duduk di samping untanya sambil menegakkan lutut beliau dan Shafiyyah meletakkan kakinya di atas lutut beliau sehingga dia bisa menaiki unta tersebut.” (HR Bukhari)

2. Mencium istri ketika pergi dan datang

Sungguh hal yang romantis dan bisa menimbulkan rasa kasih sayang jika kita bisa membiasakan mencium istri/suami ketika hendak bepergian atau baru pulang.

Dari ‘Aisyah ra, bahwa NabiSAW biasa mencium istrinya setelah wudhu’, kemudian beliau shalat dan tidak mengulangi wudhu’nya.”(HR ‘Abdurrazaq) 3. Makan/minum sepiring/segelas berdua

Dari Aisyah RA, ia berkata : Saya dahulu biasa makan his (sejenis bubur) bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam “ (HR. Bukhori dalam Adabul Mufrod)

Dari Aisyah Ra, ia berkata : Aku biasa minum dari gelas yang sama ketika haidh, lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam mengambil gelas tersebut dan meletakkan mulutnya di tempat aku meletakkan mulut, lalu beliau minum (HR Abdurrozaq dan Said bin Manshur, dan riwayat lain yang senada dari Muslim.)

Nabi saw pernah minum di gelas yang digunakan Aisyah. Beliau juga pernah makan daging yang pernah digigit Aisyah.(HR Muslim No. 300)

Bahkan keberkahannya dijamin,

Diriwayatkan Abu Hurairah : “Makanan berdua cukup untuk tiga orang, makanan tiga orang cukup untuk empat orang” ( HR Bukhori (5392) dan Muslim (2058))

4. Suami menyuapi istri

Dari Saad bin Abi Waqosh ra berkata : Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda : “Dan sesungguhnya jika engkau memberikan nafkah, maka hal itu adalah sedekah, hingga suapan nasi yang engkau suapkan ke dalam mulut istrimu“ (HR Bukhori (VI/293) dan Muslim (V/71)

5. Berlemah lembut, melayani/menemani istri yang sedang sakit (memanjakan istri sakit)

Diriwayatkan oleh Aisyah ra, nabi SAW adalah orang yang penyayang lagi lembut. Beliau orang yang paling lembut dan banyak menemani istrinya yang sedang mengadu atau sakit. (HR Bukhari No 4750, HR Muslim No 2770)

6. Bersenda gurau dan membangun kemesraan

Aisyah dan Saudah pernah saling melumuri muka dengan makanan. Nabi SAW tertawa melihat mereka. (HR Nasai dengan isnad hasan)

Dari Zaid bin Tsabit berkata tentang Rasulullah : suka bercanda dengan istrinya (HR Bukhari)

7. Menyayangi istri dan melayaninya dengan baik

Dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah bersabda: Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik akhlaknya, dan orang yang paling baik diantara kalian ialah yang paling baik terhadap istrinya (HR.Tirmidzi, Ibnu Hibban, hadits hasan shahih).

8. Memberi hadiah

Dari Ummu Kaltsum binti Abu Salamah, ia berkata, “Ketika Nabi SAW menikah dengan Ummu Salamah, beliau bersabda kepadanya, Sesungguhnya aku pernah hendak memberi hadiah kepada Raja Najasyi sebuah pakaian berenda dan beberapa botol minyak kasturi, namun aku mengetahui ternyata Raja Najasyi telah meninggal dunia dan aku mengira hadiah itu akan dikembalikan. Jika hadiah itu memang dikembalikan kepadaku, aku akan memberikannya kepadamu.” Ia (Ummu Kultsum) berkata, “Ternyata keadaan Raja Najasyi seperti yang disabdakan Rasulullah SAW, dan hadiah tersebut dikembalikan kepada beliau, lalu beliau memberikan kepada masing-masing istrinya satu botol minyak kasturi, sedang sisa minyak kasturi dan pakaian tersebut beliau berikan kepada Ummu Salamah.” (HR Ahmad)

9. Tetap romantis walau istri sedang haid

Haid, adalah sesuatu yang alamiah bagi wanita. Berbeda dengan pandangan kaum Yahudi, yang menganggap wanita haid adalah najis besar dan tidak boleh didekati.

Ketika Aisyah sedang haid, Nabi SAW pernah membangunkannya, beliau lalu tidur dipangkuannya dan membaca Al Qur’an (HR Bukhari no 7945)

10. Mengajak istri makan di luar

Mungkin kebanyakan kita, lebih suka pergi bersama teman-teman, meninggalkan istri di rumah. Nah yang ini mungkin familiar, saya suka bilang ama istri “nge-date” yuk! ini bisa membangkitkan romantisme berdua. Menikmati lingkungan disekitar.

Anas mengatakan bahwa tetangga Rasulullah SAW -seorang Persia- pintar sekali membuat masakan gulai. Pada suatu hari dia membuatkan masakan gulai yang enak untuk Rasulullah SAW. Lalu dia datang menemui Rasululiah SAW untuk mengundang makan beliau. Beliau bertanya: “Bagaimana dengan ini? (maksudnya Aisyah).” Orang itu menjawab: “Tidak.” Rasulullah SAW berkata: “(Kalau begitu) aku juga tidak mau.” Orang itu kembali mengundang Rasulullah SAW. Rasulullah SAW bertanya: “Bagaimana dengan ini?” Orang itu menjawab: “Tidak.” Rasulullah kembali berkata: “Kalau begitu, aku juga tidak mau.” Kemudian, orang itu kembali mengundang Rasulullah saw. dan Rasulullah saw. kembali bertanya: “Bagaimana dengan ini?” Pada yang ketiga kalinya ini orang Persia itu mengatakan: “Ya.” Akhirnya mereka bangun dan segera berangkat ke rumah laki-laki itu.” (HR Muslim)

11. Mengajak istri jika hendak ke luar kota.

Biasanya para suami, kalau ada tugas ke luar kota, hal-hal seperti ini dijadikan kesempatan. Tapi tak ada salahnya kalau rejeki kita cukup, kita ajak istri kita pergi juga, tinggal bilang sama bos (syukur-syukur kalau bos mau bayarin hehehe..), kalo saya biasanya biaya sendiri.

Aisyah berkata: “Biasanya Nabi saw. apabila ingin melakukan suatu perjalanan, beliau melakukan undian di antara para istri. Barangsiapa yang keluar nama/nomor undiannya, maka dialah yang ikut pergi bersama Rasulullah saw.’ (HR Bukhari dan Muslim)

12. Menghibur diri bersama istri ke luar rumah (entertainment)

Dari Aisyah, dia berkata: “Pada suatu hari raya orang-orang berkulit hitam mempertontonkan permainan perisai dan lembing. Aku tidak ingat apakah aku yang meminta atau Nabi saw. sendiri yang berkata padaku: ‘Apakah aku ingin melihatnya?’Aku jawab: ‘Ya.’ Lalu beliau menyuruhku berdiri di belakangnya. Pipiku menempel ke pipi beliau. Beliau berkata: ‘Teruskan main kalian, wahai Bani Arfidah (julukan orang-orang Habsyah)!’ Hingga ketika aku sudah merasa bosan beliau bertanya: ‘Apakah kamu sudah puas?’Aku jawab: ‘Ya.’ Beliau berkata: ‘Kalau begitu, pergilah!’” (HR Bukhari dan Muslim)

13. Mencium istri sering-sering

Mencium istri dengan penuh kasih sayang, sangatlah mulia dan romantis. Berbeda dengan ciuman yang dilakukan karena nafsu seperti di film-film yang kebanyakan ada di layar kaca.

Nabi saw sering mencium Aisyah dan itu tidak membatalkan puasa (HR Nasai dalam Sunan Kubra II/204)

14. Suami mengantar istri

Kadang banyak dari kita malas mengantar istri kita bepergian. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana jika istri saya keluar rumah sendirian, ada masalah di jalan dia kebingungan.

Shafiyyah, istri Nabi SAW, menceritakan bahwa dia datang mengunjungi Rasulullah saw. ketika beliau sedang melakukan i’tikaf pada hari sepuluh yang terakhir dari bulan Ramadhan. Dia berbicara dekat beliau beberapa saat, kemudian berdiri untuk kembali. Nabi saw. juga ikut berdiri untuk mengantarkannya.” (Dalam satu riwayat492 dikatakan: “Nabi SAW berada di masjid. Di samping beliau ada para istri beliau. Kemudian mereka pergi (pulang). Lantas Nabi saw. berkata kepada Shafiyyah binti Huyay: ‘Jangan terburu-buru, agar aku dapat pulang bersamamu’”) (HR Bukhari dan Muslim)

15. Suami istri berjalan dimalam hari

Duh, so sweet.. Jalan berdua menikmati keindahan alam.

Rasulullah datang pada malam hari, kemudian mengajak aisyah berjalan-jalan dan berbincang-bincang (HR Muslim 2445)

16. Panggilan khusus pada istri

Kadang kita memanggil istri kita, honey, yayank, dan seterusnya, dan seterusnya.. seperti itu pun Rasulullah.

Nabi saw memanggil Aisyah dengan Humairah artinya yang kemerah-merahan pipinya. Rasulullah juga suka memanggil aisyah dg sebutan “aisy/aisyi”, dalam culture arab pemenggalan huruf terakhir menunjukan “panggilan manja/tanda sayang”

17. Memberi sesuatu yang menyenangkan istri

Dari Said bin Yazid, bahwa ada seorang wanita datang menemui Nabi, kemudian Nabi bertanya kepada ‘Aisyah: “Wahai ‘Aisyah, apakah engkau kenal dia?” ‘Aisyah menjawab: “Tidak, wahai Nabi Allah.” Lalu, Nabi bersabda: “Dia itu Qaynah dari Bani Fulan, apakah kamu mau ia bernyanyi untukmu?”, maka bernyanyilah qaynah itu untuk ‘Aisyah. (HR. An Nasa’i, kitab Asyratun Nisa’, no. 74)

18. Memperhatikan perasaan istri

“Sesungguhnya ketika seorang suami memperhatikan istrinya dan begitu pula dengan istrinya, maka Allah memperhatikan mereka dengan penuh rahmat, manakala suaminya merengkuh telapak tangan istrinya dengan mesra, berguguranlah dosa-dosa suami istri itu dari sela jemarinya” (Diriwayatkan Maisarah bin Ali dari Ar- Rafi’ dari Abu Sa’id Alkhudzri r.a)

19. Segera menemui istri jika tergoda.

Dari Jabir, sesungguhnya Nabi saw pernah melihat wanita, lalu beliau masuk ke tempat Zainab, lalu beliau tumpahkan keinginan beliau kepadanya, lalu keluar dan bersabda, “Wanita, kalau menghadap, ia menghadap dalam rupa setan. Bila seseorang di antara kamu melihat seorang wanita yang menarik, hendaklah ia datangi istrinya, karena pada diri istrinya ada hal yang sama dengan yang ada pada wanita itu.” (HR Tirmidzi)

20. Berpelukan saat tidur

Tidak saya deskripsikan, soalnya ada yang belum merid lho? (HR Tirmidzi 132)

21. Membantu pekerjaan rumah tangga

Hal inilah yang kadang-kadang masih males. Tapi jika dikerjakan berdua, biasanya jadi tidak berasa, sambil becanda ataupun ngobrol-ngobrol.

Aisyah pernah ditanya: “Apa yang dilakukan Nabi saw. di rumahnya?” Aisyah menjawab: “Beliau ikut membantu melaksanakan pekerjaan keluarganya.” (HR Bukhari)

22. Mengistimewakan istri

Dari Anas, dia berkata: “Kemudian kami pergi menuju Madinah (dari Khaibar). Aku lihat Nabi SAW menyediakan tempat duduk yang empuk dari kain di belakang beliau untuk Shafiyyah.” (HR Bukhari)

23. Mendinginkan kemarahan istri dengan mesra

Nabi saw biasa memijit hidung ‘Aisyah jika ia marah dan beliau berkata, Wahai ‘Aisy, bacalah do’a: ‘Wahai Tuhanku, Tuhan Muhammad, ampunilah dosa-dosaku, hilangkanlah kekerasan hatiku, dan lindungilah diriku dari fitnah yang menyesatkan.” (HR. Ibnu Sunni)

24. Tiduran di pangkuan istri

Dari ‘Aisyah ra, ia berkata, “Nabi SAW biasa meletakkan kepalanya di pangkuanku walaupun aku sedang haidh, kemudian beliau membaca al-Qur’an.” (HR ‘Abdurrazaq)

25. Mandi romantis bersama pasangan

Aisyah pernah mandi satu bejana bersama Nabi saw (HR Nasai I/202)

26. Disisir istri

Dari ‘Aisyah ra, ia berkata, “Saya biasa menyisir rambut Rasulullah saw,saat itu saya sedang haidh”.(HR Ahmad)

27. Minum bergantian pada tempat yang sama

Dari ‘Aisyah ra, dia berkata, “Saya biasa minum dari muk yang sama ketika haidh, lalu Nabi mengambil muk tersebut dan meletakkan mulutnya di tempat saya meletakkan mulut saya, lalu beliau minum, kemudian saya mengambil muk, lalusaya menghirup isinya, kemudian beliau mengambilnya dari saya, lalu beliau meletakkan mulutnya pada tempat saya meletakkan mulut saya, lalu beliau pun menghirupnya.” (HR ‘Abdurrazaq dan Sa’id bin Manshur)

28. Membelai istri

“Adalah Rasulullah saw tidaklah setiap hari melainkan beliau mesti mengelilingi kami semua (istrinya) seorang demi seorang. Beliau menghampiridan membelai kami dengan tidak mencampuri hingga beliau singgah ke tempat istri yang beliau giliri waktunya, lalu beliau bermalam di tempatnya.” (HR Ahmad)

Dan masih banyak tips lain yang bisa dilakukan sesuai kreatifitas Anda semua.

Nabi saw bersabda, “Yang terbaik di antana kalian adalah yang terbaik terhadap keluarga/istrinya. Dan saya adalah orang yang paling baik terhadap istri/keluargaku” (HR Tirmidzi).

Semoga bermanfaat. Semoga menjadi keluarga yg sakinah, mawadah, wa rohmah selalu. Amin..



Oleh: Martin Wong, Jakarta

Ya Akhi, Haruskah Aku yang Meminangmu?

0
Diposting oleh cahAngon on 24 November 2011 , in ,
Sobat, jika melihat judul maka apa yang bisa kita simpulkan? Ya, betul.. ini adalah untaian kata hati yang ingin disampaikan oleh seorang muslimah, seorang akhwat untuk seorang ikhwan, yang ia dambakan kelak akan menjadi qiyadahnya. Namun yang sering terjadi adalah seperti kisah ini,

***

Kisah ini terjadi di beijing Cina, seorang gadis bernama Yo Yi Mei memiliki cinta terpendam terhadap teman karibnya di masa sekolah. Namun ia tidak pernah mengungkapkannya, ia hanya selalu menyimpan di dalam hati dan berharap temannya bisa mengetahuinya sendiri. Tapi sayang temannya tak pernah mengetahuinya, hanya menganggapnya sebagai sahabat, tak lebih.

Suatu hari Yo Yi Mei mendengar bahwa sahabatnya akan segera menikah hatinya sesak, tapi ia tersenyum “Aku harap kau bahagia“. Sepanjang hari Yo Yi Mei bersedih, ia menjadi tidak ada semangat hidup, tapi dia selalu mendoakan kebahagiaan sahabatnya

12 Juli 1994 sahabatnya memberikan contoh undangan pernikahan yang akan segera dicetak kepada Yi mei, ia berharap Yi Mei akan datang, sahabatnya melihat Yi Mei yang menjadi sangat kurus & tidak ceria bertanya “Apa yang terjadi dengamu, kau ada masalah? Yi mei tersenyum semanis mungkin ” Kau salah lihat, aku tak punya masalah apa-apa, wah contoh undanganya bagus, tapi aku lebih setuju jika kau pilih warna merah muda, lebih lembut..” Ia mengomentari rencana undangan sahabatnya tesebut. Sahabatnya tersenyum “Oh ya, ummm aku akan menggantinya, terimakasih atas sarannya Mei, aku harus pergi menemui calon istriku, hari ini kami ada rencana melihat-lihat perabotan rumah.. daag!“. Yi Mei tersenyum, melambaikan tangan, hatinya yang sakit. 18 Juli 1994 Yi Mei terbaring di rumah sakit, ia mengalami koma, Yi Mei mengidap kanker darah stadium akhir. Kecil harapan Yi Mei untuk hidup, semua organnya yang berfungsi hanya pendengaran, dan otaknya, yang lain bisa dikatakan “mati“ dan semuanya memiliki alat bantu, hanya mujizat yang bisa menyembuhkannya. Sahabatnya setiap hari menjenguknya, menunggunya, bahkan ia menunda pernikahannya. Baginya Yi Mei adalah tamu penting dalam pernikahannya. Keluaga Yi Mei sendiri setuju memberikan “suntik mati“ untuk Yi Mei karena tak tahan melihat penderitaan Yi Mei.

10 Desember 1994 Semua keluarga setuju besok 11 Desember 1994 Yi Mei akan disuntik mati dan semua sudah ikhlas, hanya sahabat Yi Mei yang mohon diberi kesempatan berbicara yang terakhir, sahabatnya menatap Yi Mei yang dulu selalu bersama. Ia mendekat berbisik di telinga Yi Mei “Mei apa kau ingat waktu kita mencari belalang, menangkap kupu kupu? Kau tahu, aku tak pernah lupa hal itu, dan apa kau ingat waktu di sekolah waktu kita dihukum bersama gara-gara kita datang terlambat, kita langganan kena hukum ya? “

“Apa kau ingat juga waktu aku mengejekmu, kau terjatuh di lumpur saat kau ikut lomba lari, kau marah dan mendorongku hingga aku pun kotor? Apakah kau ingat aku selalu mengerjakan PR di rumahmu? Aku tak pernah melupakan hal itu..“

“Mei, aku ingin kau sembuh, aku ingin kau bisa tersenyum seperti dulu, aku sangat suka lesung pipitmu yang manis, kau tega meninggalkan sahabatmu ini ?” Tanpa sadar sahabat Yi Mei menangis, air matanya menetes membasahi wajah Yi Mei

“ Mei.. kau tahu, kau sangat berarti untukku, aku tak setuju kau disuntik mati, rasanya aku ingin membawamu kabur dari rumah sakit ini, aku ingin kau hidup, kau tahu kenapa? Karena aku sangat mencintaimu, aku takut mengungkapkan padamu, takut kau menolakku “

“Meskipun aku tahu kau tidak mencintaiku, aku tetap ingin kau hidup, aku ingin kau hidup, Mei tolonglah, dengarkan aku Mei.. bangunlah..!!“ Sahabatnya menangis, ia menggengam kuat tangan Yi Mei. “Aku selalu berdoa Mei, aku harap Tuhan berikan keajaiban buatku, Yi Mei sembuh, sembuh total. Aku percaya, bahkan kau tahu? Aku puasa agar doaku semakin didengar Tuhan“

“Mei aku tak kuat besok melihat pemakamanmu, kau jahat..!! Kau sudah tak mencintaiku, sekarang kau mau pergi, aku sangat mencintaimu.. Aku menikah hanya ingin membuat dirimu tidak lagi dibayang-bayangi diriku sehingga kau bisa mencari pria yang selalu kau impikan, hanya itu Mei..“

“Seandainya saja kau bilang kau mencintaiku, aku akan membatalkan pernikahanku, aku tak peduli.. tapi itu tak mungkin, kau bahkan mau pergi dariku sebagai sahabat“

Sahabat Yi mei mengecup pelan dahi Yi Mei, ia berbisik ”Aku sayang kamu, aku mencintaimu” suaranya terdengar parau karena tangisan. Dan apa yang terjadi? Its amazing!! 7 jam setelah itu dokter menemukan tanda-tanda kehidupan dalam diri Yi Mei, jari tangan Yi Mei bisa bergerak, jantungnya, paru-parunya, organ tubuhnya bekerja, sungguh sebuah keajaiban!! Pihak medis menghubungi keluarga Yi Mei dan memberitahukan keajaiban yang terjadi. Dan sebuah mujizat lagi, masa koma lewat, pada tgl 11 Des 1994.

14 Des 1994, saat Yi Mei bisa membuka mata dan berbicara, sahabatnya ada disana, ia memeluk Yi Mei menangis bahagia, dokter sangat kagum akan keajaiban yang terjadi.“ Aku senang kau bisa bangun, kau sahabatku terbaik“ sahabatnya memeluk erat Yi Mei

Yi Mei tersenyum “Kau yang memintaku bangun, kau bilang kau mencintaiku, tahukah kau aku selalu mendengar kata-kata itu, aku berpikir aku harus berjuang untuk hidup“, “Lei, aku mohon jangan tinggalkan aku ya, aku sangat mencintaimu” Lei memeluk Yi Mei “Aku sangat mencintaimu juga“

17 Februari 1995 Yi Mei & Lei menikah, hidup bahagia dan sampai dengan saat ini pasangan ini memiliki 1 orang anak laki laki yang telah berusia 14 tahun. Kisah ini sempat menggemparkan Beijing.

***

Sobat, jelas cerita di atas sangat jauh dari apa yang diwasiatkan oleh Rasulullah kepada kita dalam mencari pasangan, dalam mencari pendamping hidup. Lalu apa hikmahnya?

Komunikasi dan asumsi. Inilah yang ingin kami sampaikan. Betapa banyak orang menyesal hanya karena dua hal ini. Dan ini banyak sekali terjadi di kalangan ikhwan dan akhwat. Setiap kita insyaAllah tentu saja pernah merasakan ketertarikan kepada lawan jenis. Dan ini adalah fitrah manusia yang diciptakan berpasang-pasangan. Tapi tak jarang dari kita, menciptakan banyak pagar, banyak dinding, untuk mendapatkan pasangan yang kita dambakan tersebut.

Jujur saja, Antum saat ini tertarik dengan siapa? Hayu ngaku.. Apa yang antum pikirkan tentangnya? Apa dia mau sama ana yang seperti ini dan seperti itu (yang jelas bukan seperti Batman ataupun Spiderman..)? Dia pasti sudah ada yang khitbah? Jangan-jangan dia sudah punya? Jangan-jangan dia nanti menolak? Jangan-jangan..

Ya, semakin banyak “jangan-jangan”. Itulah asumsi-asumsi yang terus kita bangun tanpa sadar. Asumsi inilah yang kemudian menghambat untuk menciptakan sebuah komunikasi, tentu saja komunikasi yang sesuai syari’at (Kalo ini tergantung seberapa jauh pemahaman masing-masing).

Yaa Akhi.. Klo masalahnya adalah Antum takut ditolak, takut tidak diterima? Jangan khawatir, Abu Bakar (orang paling mulia setelah Nabi) akan menjadi teman yang senasib dalam hal ini. Tak tanggung-tanggung, yang menolak adalah Rasulullah sendiri. Masih takut? Umar bin Khattab juga ditolak oleh Rasulullah untuk mendapatkan wanita yang sama dengan yang diinginkan oleh Abu Bakar, yaitu Fatimah binti Muhammad.

Apakah kemudian Abu Bakar dan Umar bin Khattab derajatnya berkurang karena ditolak? Tidak Sobat.

Berperasangka baiklah, bahwa Antum juga bisa menjadi Ali bin Abi Tholib yang datang kepada Rasulullah untuk melamar putrinya. Dan ternyata Rasulullah dan Fatimah memang telah menunggu lama saat ini. Apa yang Rasulullah katakan saat Ali datang untuk ini? “Ahlan wa sahlan”. Inilah ungkapan orang Arab ketika menunggu kehadiran seseorang yang diharapkan. Dan Fatimah pun pernah menceritakan setelah mereka menikah, bahwa ia pernah jatuh hati pada seorang lelaki. Dan itu adalah Ali bin Abi Tholib. Seorang teman yang pernah bermain bersama sejak kecil. Bukankah Antum juga punya teman sejak SD, SMP, SMA, bahkan sampai Perguruan Tinggi? Mereka menunggu keberanianmu untuk menjemputnya Akhi..

Yaa Ukhti.. Antum harus sadar, bahwasanya di luar sana juga banyak yang menantimu. Hanya ketidakberanianlah (karena takut ditolak) yang menghalanginya. Semakin banyak kelebihan yang Antum miliki, semakin pula menjauhkan mereka dalam mendapatkanmu. Bukan karena apa-apa, tapi meraka semakin berasumsi bahwa mereka tidak pantas mendapatkanmu. Dalam masalah harta, mereka adalah seakan Ali bin Abi Tholib. Dalam hal rupa, mereka serasa jauh dari Yusuf.

Yaa Ukhti.. Apakah juga perasaan malu yang menghalangimu untuk menyampaikannya? Bukankah Khadijah yang menyampaikan lebih dulu keinginan untuk menikah dengan Muhammad? Dan tahukah, bahwa Muhammad saat itu juga merasa tidak pantas untuk Khadijah. Jikalau engkau juga ikut merasa malu jika ditolak, maka bacalah sejarah, berapa wanita yang ingin menikah dengan Rasulullah kemudian beliau tolak..

Oleh: M. Kamari

Untukmu yang Mengharamkan Kata “Jangan”: Adakah Engkau Telah Melupakan Kitabmu?

0
Diposting oleh cahAngon , in ,
“Al-Qur’an itu kuno, Bu, konservatif, out of dated!. Kita telah lama hidup dalam nuansa humanis, tetapi Al-Qur’an masih menggunakan pemaksaan atas aturan tertentu yang diinginkan Tuhan dengan rupa perintah dan larangan di saat riset membuktikan kalau pemberian motivasi dan pilihan itu lebih baik. Al-Qur’an masih memakai ratusan kata ‘jangan’ di saat para psikolog dan pakar parenting telah lama meninggalkannya. Apakah Tuhan tidak paham kalau penggunaan negasi yang kasar itu dapat memicu agresifitas anak-anak, perasaan divonis, dan tertutupnya jalur dialog?“ Katanya sambil duduk di atas sofa dan kakinya diangkat ke atas meja.

Pernahkan Bapak dan Ibu sekalian membayangkan kalau pernyataan dan sikap itu terjadi pada anak kita, suatu saat nanti?

Itu mungkin saja terjadi jika kita terus menerus mendidiknya dengan pola didikan Barat yang tidak memberi batasan tegas soal aturan dan hukum. Mungkin saja anak kita menjadi demikian hanya gara-gara sejak dini ia tidak pernah dilarang atau mengenal negasi ‘jangan’. Saat ini, sejak bergesernya teori psikoanalisa (Freud dan kawan-kawan) kemudian disusul behaviorisme (Pavlov dan kawan-kawan), isu humanism dalam mendidik anak terus disuarakan. Mereka membuang kata “Jangan” dalam proses mendidik anak-anak kita dengan alasan itu melukai rasa kemanusiaan, menjatuhkan harga diri anak pada posisi bersalah, dan menutup pintu dialog. Ini tidak menjadi masalah karena norma apapun menghargai nilai humanisme.

Tidak perlu ditutupi bahwa parenting telah menjadi barang dagangan yang laris dijual. Ada begitu banyak lembaga psikologi terapan, dari yang professional sampai yang amatiran dengan trainer yang baru lulus pelatihan kemarin sore. Promosi begitu gencar, rayuan begitu indah dan penampilan mereka begitu memukau. Mereka selalu menyarankan, salah satunya agar kita membuang kata “jangan” ketika berinteraksi dengan anak-anak. Para orang tua muda terkagum-kagum member applausa. Sebagian tampak berjilbab, bahkan jilbab besar. Sampai di sini [mungkin] juga sepertinya tidak ada yang salah.

Tetapi pertanyaan besar layak dilontarkan kepada para pendidik muslim, apalagi mereka yang terlibat dalam dakwah dan perjuangan syariat Islam. Pertanyaan itu adalah “Adakah Engkau telah melupakan Kitabmu yang di dalamnya berisi aturan-aturan tegas? Adakah engkau lupa bahwa lebih dari 500 kalimat dalam ayat Al-Qur’an menggunakan kata “jangan”?

Salah satu contoh terbaik adalah catatan Kitabullah tentang Luqman Al-Hakim, Surah Luqman ayat 12 sampai 19. Kisah ini dibuka dengan penekanan Allah bahwa Luqman itu orang yang Dia beri hikmah, orang arif yang secara tersirat kita diperintahkan untuk meneladaninya (“walaqod ataina luqmanal hikmah..” dst)

Apa bunyi ayat yang kemudian muncul? Ayat 13 lebih tegas menceritakan bahwa Luqman itu berkata kepada anaknya “Wahai anakku, JANGANLAH engkau menyekutukan Allah. Sesungguhnya syirik itu termasuk dosa yang besar”.

Sampai pada ayat 19, ada 4 kata “laa” (jangan) yang dilontarkan oleh Luqman kepada anaknya, yaitu “laa tusyrik billah”, “fa laa tuthi’humaa”, “Wa laa tusha’ir khaddaka linnaasi”, dan “wa laa tamsyi fil ardli maraha”

Luqman tidak perlu mengganti kata “jangan menyekutukan Allah” dengan (misalnya) “esakanlah Allah”. Pun demikian dengan “Laa” yang lain, tidak diganti dengan kata-kata kebalikan yang bersifat anjuran.

Adakah pribadi psikolog atau pakar patenting pencetus aneka teori ‘modern’ yang melebihi kemuliaan dan senioritas Luqman? Tidak ada. Luqman bukan nabi, tetapi namanya diabadikan oleh Allah dalam Kitab suci karena ketinggian ilmunya. Dan tidak satupun ada nama psikolog kita temukan dalam kitabullah itu.

Membuang kata “jangan” justru menjadikan anak hanya dimanja oleh pilihan yang serba benar. Ia tidak memukul teman bukan karena mengerti bahwa memukul itu terlarang, tetapi karena lebih memilih berdamai. Ia tidak sombong bukan karena kesombongan itu dosa, melainkan hanya karena menganggap rendah hati itu lebih aman baginya. Dan, kelak, ia tidak berzina bukan karena takut dosa, tetapi karena menganggap bahwa menahan nafsu itu pilihan yang dianjurkan orang tuanya.

Anak-anak hasil didikan tanpa “jangan” berisiko tidak punya “sense of syariah” dan keterikatan hukum. Mereka akan sangat tidak peduli melihat kemaksiyatan bertebaran karena dalam hatinya berkata “itu pilihan mereka, saya tidak demikian”. Mereka bungkam melihat penistaan agama karena otaknya berbunyi “mereka memang begitu, yang penting saya tidak melakukannya”.

Itulah sebenar-benar paham liberal, yang ‘humanis’, toleran, dan menghargai pilihan-pilihan.

Jadi, yakini dan praktikkanlah teori parenting Barat itu agar anak-anak kita tumbuh menjadi generasi liberal. Simpan saja Al-Qur’an di lemari paling dalam dan tunggulah suatu saat akan datang suatu pemandangan yang sama seperti kutipan kalimat di awal tulisan ini.
@fimadani

Ku Ingin Allah yang Mengirimkannya Untukku...

0
Diposting oleh cahAngon , in , ,
“Wah.. Kakak kalah nih sama adek Shinta. Shinta dah berani bawa calon ke rumah. Kakak kapan?”, demikian seloroh seorang ibu kepada anak perempiuannya dengan nada menggoda.

Sang anak terdiam sejenak, walau senyum tetap mengembang di sudut bibirnya. Senyum yang sebenarnya menyiratkan selaksa emosi. Merasa lucu, sedih, bahagia, harap dan cemas. Tak langsung menjawab pertanyaan itu, karena hatinya berusaha mencari kata-kata yang pas untuk menyampaikan maksudnya kepada Sang Ibu. Kejengkelan, kemarahan, dan keketusan tentu saja tidak akan mampu memahamkan Sang Ibu pada konsep hidup yang ada dibenaknya sekarang. Lama ia terdiam (tetap dalam senyum).

Sang anak teringat pertahanan yang dibangunnya di awal-awal ketika ia menemukan kesempurnaan Islam yang melingkupi seluruh aspek kehidupan. Termasuk di dalamnya konsep pembangunan kembali peradaban Islam yang agung. Konsep yang membuatnya tergugah untuk menjadi salah satu arsiteknya, bahkan meng’azzamkan diri untuk itu. Islahu An-Nafsi, itulah metode awalnya, kemudian Takwin Bait Al-Muslim, Irsyad Al-Mujtama’, sampai di akhirnya ustadziyyatu Al-’Alam. Islam yang mampu membuat masa remaja (baca: puberitas) terarah dengan baik, terbimbing dan lebih bermanfaat. Walau untuk itu pertarungan antara nafsu jahiliyah dan nafsu mutmainnahnya tak jarang membuatnya insomnia, air matanya terkuras, hatinya terkikis, apatah lagi ‘perseteruan’ dengan orang-orang terdekatnya yang mungkin kaget dengan semua prinsip yang tiba-tiba berubah dan tak sejalan dengan mereka.

Ia masih saja diam. Sementara sang Ibu menanti, kira-kira kata apa yang keluar dari mulut anak perempuannya.

Dan ia terus berpikir. Ini bukan pertanyaan pertama tentang hal yang sama yang ia hadapi, namun ini berbeda. Karena yang menanyakannya adalah Sang Ibu yang ini adalah kali ketiga beliau bertanya. Walau sebelumnya telah ia katakan pada ibunya dengan nada bercanda bahwa ia ingin Sang Ibu lah yang menemukan kepingan hatinya yang lain. “Wah.. Kakak kalah nih sama adek Shinta. Shinta dah berani bawa calon ke rumah. Kakak kapan?”, demikian seloroh seorang ibu kepada anak perempiuannya dengan nada menggoda.

Sang anak terdiam sejenak, walau senyum tetap mengembang di sudut bibirnya. Senyum yang sebenarnya menyiratkan selaksa emosi. Merasa lucu, sedih, bahagia, harap dan cemas. Tak langsung menjawab pertanyaan itu, karena hatinya berusaha mencari kata-kata yang pas untuk menyampaikan maksudnya kepada Sang Ibu. Kejengkelan, kemarahan, dan keketusan tentu saja tidak akan mampu memahamkan Sang Ibu pada konsep hidup yang ada dibenaknya sekarang. Lama ia terdiam (tetap dalam senyum).

Sang anak teringat pertahanan yang dibangunnya di awal-awal ketika ia menemukan kesempurnaan Islam yang melingkupi seluruh aspek kehidupan. Termasuk di dalamnya konsep pembangunan kembali peradaban Islam yang agung. Konsep yang membuatnya tergugah untuk menjadi salah satu arsiteknya, bahkan meng’azzamkan diri untuk itu. Islahu An-Nafsi, itulah metode awalnya, kemudian Takwin Bait Al-Muslim, Irsyad Al-Mujtama’, sampai di akhirnya ustadziyyatu Al-’Alam. Islam yang mampu membuat masa remaja (baca: puberitas) terarah dengan baik, terbimbing dan lebih bermanfaat. Walau untuk itu pertarungan antara nafsu jahiliyah dan nafsu mutmainnahnya tak jarang membuatnya insomnia, air matanya terkuras, hatinya terkikis, apatah lagi ‘perseteruan’ dengan orang-orang terdekatnya yang mungkin kaget dengan semua prinsip yang tiba-tiba berubah dan tak sejalan dengan mereka.

Ia masih saja diam. Sementara sang Ibu menanti, kira-kira kata apa yang keluar dari mulut anak perempuannya.

Dan ia terus berpikir. Ini bukan pertanyaan pertama tentang hal yang sama yang ia hadapi, namun ini berbeda. Karena yang menanyakannya adalah Sang Ibu yang ini adalah kali ketiga beliau bertanya. Walau sebelumnya telah ia katakan pada ibunya dengan nada bercanda bahwa ia ingin Sang Ibu lah yang menemukan kepingan hatinya yang lain.

Jangan Jadi Penikmat Dakwah!

0
Diposting oleh cahAngon on 23 November 2011 , in ,
Akhir-akhir ini, pertumbuhan organisasi Islam dan jumlah aktivis Islam semakin banyak, bahkan sangat banyak. Kalau kita masuk ke pelosok-pelosok desa, sudah semakin banyak jumlah aktivisnya. Apalagi di kota besar, di kampus-kampus sangat banyak aktivisnya.

Namun, kalau kita perhatikan lebih dalam, maka kita akan menemui dari sekian banyak aktivis yang ada hari ini hanya sebagian kecil yang benar-benar dengan serius mengemban amanah dakwah, hanya sedikit yang memiliki tekad yang besar dalam beramal. Bisa dihitung orang-orang yang sebenarnya paling pantas menyandang predikat sebagai aktivis Islam. Mungkin jumlah aktivis yang benar-benar ikhlas dan berkontribusi sungguh-sungguh tidak lebih dari puluhan saja. Dan mungkin Anda bisa menghafal nama-nama mereka karena memang sangat sedikit.

Data aktivis Islam itu hanya terlihat banyak di dokumen, arsip, dan database saja. Namun kemana semua aktivis Islam itu pergi saat ada proyek-proyek amal yang menuntut kontribusi? Jika kita mau jujur pada diri kita, hari ini, yang banyak adalah kader aktivis Islam yang hanya menjadi penikmat-penikmat dakwah. Yang hanya hadir dari majelis ke majelis ilmu, kemudian mereka menjadi pengamat yang begitu nikmat mengomentari ini dan itu tentang perkembangan dakwah Islam hari ini. Mereka merasa cukup dengan perubahan mereka dari seorang muslim yang biasa-biasa saja, kemudian hari ini mereka telah masuk dalam lingkaran aktivis Islam. Mereka berhenti dan merasa cukup dengan apa yang ada pada diri mereka hari ini. Jika Anda bertanya pada mereka di organisasi mana saya mereka aktif, maka sebagian mereka bisa menyebutkan begitu banyak organisasi tempat mereka aktif, rata-rata diatas lima sampai sepuluh organisasi, namun hanya terdaftar namanya saja. Jika suatu ketika Anda bertanya tentang peran dan kontribusi mereka dalam dakwah sejak mereka menyatakan bergabung dengan barisan aktivis dakwah Islam, mereka hanya berkata, “Wah…, saya hanya simpatisan,” atau “Saya hanya pendengar saja,” ada juga yang lebih parah mengatakan “Saya terjebak!” dan kalimat-kalimat lainnya yang sejenis.

Hari-hari mereka penuh dengan rutinitas. Setiap pekan jasad mereka hadir dalam lingkaran-lingkaran ta’lim (halaqah). Jasad mereka juga hadir dalam rapat dan pertemuan-pertemuan kader dakwah. Mereka juga hadir dalam seminar-seminar dakwah. Mereka membaca buku-buku dakwah. Mereka sangat menikmati artikel-artikel Islam dan kajian-kajian dakwah. Dan hanya sebatas itu. Ya, sungguh hanya itu saja yang mereka lakukan.

Namun ada pula yang lebih parah, mereka tidak tertarik membaca buku, dan mulai malas-malasan hadir di pengajian, saat halaqah yang mereka pertontonkan hanya kelemahan mereka, dengan memamerkan wajah ngantuk mereka. Jika Anda bertanya pada mereka, berapa buku yang sudah mereka baca, maka mereka hanya menuntaskan membaca satu atau dua buku saja dalam setahun. Ada pula yang hanya asyik membaca novel-novel dan cerpen yang kesannya sangat Islami kisahnya. Mereka hanyut dalam angan-angan cinta yang “islami”. Padahal kalau mau berkaca, orang-orang di level mereka semestinya bukan lagi menjadi penikmat novel-novel dan cerpen. Harusnya buku yang mereka konsumsi adalah buku-buku yang berhubungan dengan pemahaman dakwah mereka, karena mereka telah berjanji setia bahwa mereka telah menginfakkan harta dan jiwa mereka untuk memperjuangkan dakwah Allah. Mana janji manismu?

Biasanya, jika Anda perhatikan kehadiran mereka dalam agenda-agenda dakwah. Kebiasaan terlambat sudah menjadi trademark mereka. Karena mereka hanya memberikan waktu siwa mereka untuk dakwah Islam. Atau sedikit saja dari harta mereka untuk diinfakkan dijalan dakwah.

Padahal Allah pernah berfirman, “Dan janganlah kalian memilih yang buruk lalu kalian infakkan darinya.” (QS Al Baqarah 267)

Lalu kenapa yang diinfakkan adalah waktu sisa? Uang receh yang sudah tidak lagi berharga bagi mereka? Bukan kah Allah hanya menerima yang terbaik dari hambanya?

dakwah ini membutuhkan waktu utama kita, bukan waktu sisa.

dakwah ini membutuhkan harta utama kita, bukan harta sisa.

dakwah ini membutuhkan usia muda kita yang produktif, kuat dan sehat.

Islam ini meminta yang paling baik, mulia, dan agung dari diri kita semua.

Kalau kita lihat kembali sejarah para sahabat dan orang-orang shalih di masa lalu, kita akan temukan Abu Bakar yang telah menyedekahkan seluruh hartanya untuk dakwah. Saat Rasulullah bersabda, “Wahai Abu Bakar, apa yang engkau sisakan untuk keluargamu?”

Abu Bakar menjawab, “Aku sisakan Allah dan Rasul-Nya untuk mereka.”

Tentu kita pun tahu siapa yang menjadi penyandang dana pasukan ummat Islam saat Perang Tabuk berlangsung? Beliau adalah Utsman bin Affan. Kita bisa bayangkan bagaimana beratnya beliau penjadi donatur tunggal. Beliau yang membiayai semua kebutuhan pasukan Muslimin saat itu. Mulai dari perbekalan, kendaraan perang bahkan sampai membiayai persenjataan saat itu. Dan kita pun tahu saat perang Tabuk jumlah pasukan Muslimin yang beliau biayai, lebih dari sepuluh ribu pasukan. Dan masih banyak lagi contoh kontribusi dakwah terbaik yang dipersembahkan oleh aktivis Islam di masa lalu.

Apa yang kita temukan hari ini? Bukan tidak banyak orang yang kaya raya, dan mereka adalah Muslim. Dan mereka pun adalah aktivis Islam. Namun kita tidak melihat mereka berinfak untuk membiayai dakwah dengan harta terbaik mereka. Bisa diamati bagaimana mereka begitu berat mengeluarkan infak bulanan dari penghasilan mereka untuk membiayai dakwah. Siapa yang siap menanggung dan membiayai proyek dakwah yang dahsyat ini? Siapa?

Sahabatku, sebenarnya masih banyak yang perlu kita renungi tentang keberadaan diri kita selama kita telah memutuskan untuk beriltizam dengan dakwah ini. Ketika saya mengatakan “mereka” sesungguhnya saya tidak sedang menunjuk siapa siapa. Bayangkan dihadapat kita ada cermin. Lihatlah wajah kita dicermin itu. Bertanyalah pada diri apakah benar kita aktivis dakwah Islam? Seperti kitakah profil kader dakwah Islam itu?

Mari bertanya, jika memang kita mengaku sebagai aktivis dakwah Islam, sudah berapa orang yang kita ajak pekan ini untuk hidup bahagia bersama Islam? Berapa orang yang sudah menjadi lebih baik di lingkungan kita dengan keberadaan kita? Bagaimana anak-anak kita? Apakah mereka betul-betul sudah hidup dalam nilai-nilai dakwah Islam? Bagaimana dengan istri dan suami kita? Apakah kita sudah hidup Islami? Sudahkah kita mendakwahi keluarga kita, tetangga kita, orang tua kita, atau mungkin kita belum melakukan semua itu? Lalu siapakah kita sebenarnya?

Sahabatku, jangan sampai hanya nama kita saja yang terdaftar dalam keanggotaan semua organisasi dakwah. Jangan sampai kehadiran kita dalam kegiatan kegiatan dakwah hanya untuk setor wajah dan mengisi absensi. Kemudian duduk, dengar, dan diam.

Mari kita buktikan bahwa kita betul-betul telah beriltizam dalam dakwah ini. Karena Islam memerlukan aktivis yang rela berkorban dan berkontribusi. Tidak ada manfaatnya jika kita hanya menonton dan berkomentar saat melihat persoalan ummat ini.

Coba bandingkan saat lampu padam di gelap malam, ada seseorang hanya berteriak-teriak ditengah kegelapan, mengkritik pengelola listrik negara, dan seterusnya. Seorang aktivis yang baik adalah ketika tahu bahwa listrik padam dan ruangan menjadi gelap, mereka akan berdiri dari tempat duduknya kemudian bergerak mencari sesuatu yang bisa menggantikan cahaya lampu listrik, menyalakan lilin atau lentera.

Sahabatku, sungguh keshalihan itu bukan dari kata, kemuliaan itu bukan dari ucapan. Namun, dengan amal dan kerja nyata. Dan surga tidak akan bisa diraih tanpa melakukan perjuangan.
@fimadani

Sebuah Dialog Selepas Malam...

0
Diposting oleh cahAngon on 22 November 2011 , in ,
“AKHI, dulu ana merasa semangat saat aktif dalam dakwah. Tapi belakangan rasanya semakin hambar. Ukhuwah makin kering. Bahkan ana melihat temyata ikhwah banyak pula yang aneh-aneh." Begitu keluh kesah seorang mad'u kepada murabbinya di suatu malam.

Sang murabbi hanya terdiam, mencoba terus menggali semua kecamuk dalam diri mad'unya. "Lalu, apa yang ingin antum lakukan setelah merasakan semua itu?" sahut sang murabbi setelah sesaat termenung.

“Ana ingin berhenti saja, keluar dari tarbiyah ini. Ana kecewa dengan perilaku beberapa ikhwah yang justru tidak islami. Juga dengan organisasi dakwah yang ana geluti; kaku dan sering mematikan potensi anggota-anggotanya. Bila begini terus, ana mendingan sendiri saja..." jawab mad'u itu. Sang murabbi termenung kembali. Tidak tampak raut terkejut dari roman wajahnya. Sorot matanya tetap terlihat tenang, seakan jawaban itu memang sudah diketahuinya sejak awal.

"Akhi, bila suatu kali antum naik sebuah kapal mengarungi lautan luas. Kapal itu ternyata sudah amat bobrok. Layarnya banyak berlubang, kayunya banyak yang keropos bahkan kabinnya bau kotoran manusia. Lalu, apa yang akan antum lakukan untuk tetap sampai pada tujuan?", tanya sang murabbi dengan kiasan bermakna dalam.

Sang mad'u terdiam berpikir. Tak kuasa hatinya mendapat umpan balik sedemikian tajam melalui kiasan yang amat tepat.

"Apakah antum memilih untuk terjun ke laut dan berenang sampai tujuan?", sang murabbi mencoba memberi opsi.

"Bila antum terjun ke laut, sesaat antum akan merasa senang. Bebas dari bau kotoran manusia, merasakan kesegaran air laut, atau bebas bermain dengan ikan lumba-lumba. Tapi itu hanya sesaat. Berapa kekuatan antum untuk berenang hingga tujuan? Bagaimana bila ikan hiu datang? Darimana antum mendapat makan dan minum? Bila malam datang, bagaimana antum mengatasi hawa dingin?" serentetan pertanyaan dihamparkan di hadapan sang mad'u.

Tak ayal, sang mad'u menangis tersedu. Tak kuasa rasa hatinya menahan kegundahan sedemikian. Kekecewaannya kadung memuncak, namun sang murabbi yang dihormatinya justru tidak memberi jalan keluar yang sesuai dengan keinginannya.

“Akhi, apakah antum masih merasa bahwa jalan dakwah adalah jalan yang paling utama menuju ridho Allah?" Pertanyaan menohok ini menghujam jiwa sang mad'u. Ia hanya mengangguk.

"Bagaimana bila temyata mobil yang antum kendarai dalam menempuh jalan itu temyata mogok? Antum akan berjalan kaki meninggalkan mobil itu tergeletak di jalan, atau mencoba memperbaikinya?" tanya sang murabbi lagi.

Sang mad'u tetap terdiam dalam sesenggukan tangis perlahannya.

Tiba-tiba ia mengangkat tangannya, "Cukup akhi, cukup. Ana sadar. Maafkan ana. Ana akan tetap istiqamah. Ana berdakwah bukan untuk mendapat medali kehormatan. Atau agar setiap kata-kata ana diperhatikan..."

"Biarlah yang lain dengan urusan pribadi masing-masing. Biarlah ana tetap berjalan dalam dakwah. Dan hanya Allah saja yang akan membahagiakan ana kelak dengan janji-janji-Nya. Biarlah segala kepedihan yang ana rasakan jadi pelebur dosa-dosa ana", sang mad'u berazzam di hadapan murabbi yang semakin dihormatinya.

Sang murabbi tersenyum. "Akhi, jama'ah ini adalah jama'ah manusia. Mereka adalah kumpulan insan yang punya banyak kelemahan. Tapi dibalik kelemahan itu, masih amat banyak kebaikan yang mereka miliki. Mereka adalah pribadi-pribadi yang menyambut seruan Allah untuk berdakwah. Dengan begitu, mereka sedang berproses menjadi manusia terbaik pilihan Allah."

"Bila ada satu dua kelemahan dan kesalahan mereka, janganlah hal itu mendominasi perasaan antum. Sebagaimana Allah ta'ala menghapus dosa manusia dengan amal baik mereka, hapuslah kesalahan mereka di mata antum dengan kebaikan-kebaikan mereka terhadap dakwah selama ini. Karena di mata Allah, belum tentu antum lebih baik dari mereka."

"Futur, mundur, kecewa atau bahkan berpaling menjadi lawan bukanlah jalan yang masuk akal. Apabila setiap ketidak-sepakatan selalu disikapi dengan jalan itu; maka kapankah dakwah ini dapat berjalan dengan baik?" sambungnya panjang lebar.

"Kita bukan sekedar pengamat yang hanya bisa berkomentar. Atau hanya pandai menuding-nuding sebuah kesalahan. Kalau hanya itu, orang kafirpun bisa melakukannya. Tapi kita adalah da'i. Kita adalah khalifah. Kitalah yang diserahi amanat oleh Allah untuk membenahi masalah-masalah di muka bumi. Bukan hanya mengeksposnya, yang bisa jadi justru semakin memperuncing masalah."

"Jangan sampai, kita seperti menyiram bensin ke sebuah bara api. Bara yang tadinya kecil tak bernilai, bisa menjelma menjadi nyala api yang membakar apa saja. Termasuk kita sendiri!"

Sang mad'u termenung merenungi setiap kalimat murabbinya. Azzamnya memang kembali menguat. Namun ada satu hal tetap bergelayut dihatinya.

"Tapi bagaimana ana bisa memperbaiki organisasi dakwah dengan kapasitas ana yang lemah ini?" sebuah pertanyaan konstruktif akhirnya muncul juga.

"Siapa bilang kapasitas antum lemah? Apakah Allah mewahyukan begitu kepada antum? Semua manusia punya kapasitas yang berbeda. Namun tidak ada yang bisa menilai, bahwa yang satu lebih baik dari yang lain!", sahut sang murabbi.

"Bekerjalah dengan ikhlas. Berilah taushiah dalam kebenaran, kesabaran dan kasih sayang kepada semua ikhwah yang terlibat dalam organisasi itu. Karena peringatan selalu berguna bagi orang beriman. Bila ada sebuah isyu atau gosip, tutuplah telinga antum dan bertaubatlah. Singkirkan segala ghil antum terhadap saudara antum sendiri. Dengan itulah, Bilal yang mantan budak hina menemui kemuliaannya."

Suasana dialog itu mulai mencair. Semakin lama, pembicaraan melebar dengan akrabnya. Tak terasa, kokok ayam jantan memecah suasana. Sang mad'u bergegas mengambil wudhu untuk qiyamullail malam itu. Sang murabbi sibuk membangunkan beberapa mad'unya yang lain dari asyik tidurnya.

Malam itu, sang mad'u menyadari kekhilafannya. Ia bertekad untuk tetap berputar bersama jama'ah dalam mengarungi jalan dakwah. Pencerahan diperolehnya. Demikian juga yang kami harapkan dari Anda, pembaca...

Wallahu a'lam.
-----------
sumber: Majalah Al-Izzah, No. 07/Th.4

Ronaldo yang Nyumbang, Israel yang Sewot...

0
Diposting oleh cahAngon , in
Christiano Ronaldo, bintang asal Portugal yang saat ini bermain untuk Real Madrid, memberikan sepatu emasnya kepada lembaga amal klubnya dalam rangka membantu anak-anak Palestina.

Qodsna, dikutip IRIB (21/11/2011) kemarin mengabarkan, lembaga amal Real Madrid melelang sepatu emas milik Ronaldo itu hingga 1,4 juta euro. Uang hasil lelang itu akan digunakan untuk membangun sekolah-sekolah bagi anak-anak di Jalur Gaza.

Ronaldo yang pernah menjadi pemain terbaik dunia pada 2008 itu, sebelumnya ketika masih bermain untuk Manchester United, Inggris, dalam sebuah acara mengenakan kafiyeh Palestina dan ia mendapat kecaman hebat dari lobi-lobi Zionis. Akan tetapi media massa Inggris menyebut aksi Ronaldo itu menunjukkan kepedulian dan solidaritasnya terhadap krisis Palestina dan warga Jalur Gaza.

Lahir di Funchal, Madeira, Portugal, 5 Februari 1985, Christiano merupakan seorang pemain sepak bola Portugal. Ia dapat berposisi sebagai bermain sebagai sayap kiri atau kanan serta penyerang tengah. Saat ini ia bermain untuk tim Spanyol, Real Madrid dan untuk tim nasional Portugal. Sebelum bermain untuk Real Madrid, ia pernah bermain di Sporting Lisboa dan Manchester United.

Pernah bermain untuk Sporting Lisboa pada 2001—2003, ia bermain 25 kali dan mencetak 3 gol. Saat di Manchester United ia bermain 196 kali dan mencetak 84 gol.

Pada 1 Juli 2009, ia pindah ke Real Madrid, klubnya saat ini, dengan memecahkan rekor transfer sebesar 80 juta poundsterling, yang menjadikannya sebagai pemain termahal dalam sejarah sepak bola.(Hidayatullah)






Barakalloh akhi Wahid wa ukhti Mar'ah
kader Dpra PKS CBU yang baru saja tgl 12/11/2011 melangsungkan pernikahannya di SEKETARIAT RW 011 Cipinanang Pulo Maja, Jatinegara, Jakarta Timur.

berikut koleksi Photo Photo nya :


masih sangat terasa kehilangan seorang sahabat baik,

yang aku heran adalah mengapa tiba tiba

saat diri ku sedang kuliah malam teringat beliau.

yaa sangat kuat sekali ingin bertemu padanya !

padahal malam itu menunjukkan jam 22.00 wib

dan aku pun mencoba untuk silaturahmi ke rumahnya

dan kami pun bertemu.

ahh lega rasanya...

ketika aku tanya beliau, bagaimana kabar antum akhi ?

alhamdulillah sehat akhi...

beliau tanya balik, ada apa akhi ...

tumben malam malam silaturahmi ?

iya nih akhi afwan mengganggu,

ga tau kenapa nih ana tiba tiba kangen banget sama antum akhi.

dan belia pun tersenyum indah ^____^

dan aku pun ditawari untuk masuk kerumahnya,

tapi aku menolaknya karena jam sudah memberitahu bahwa sudah hampir jam 23.00 wib.

afwan akhi, syukron... ana mo langsung balik aja karena sudah terlalu malam.

tidak hasan ana berkunjung malam malam seperti ini..

ane ga enak khawatir mengganggu keluarga antum yang lagi istirahat. zZz zZz zZz

beliau jawab : o.. yaudah klo begitu :)

insya alloh besok juga kita bisa ketemu di DPRa...

naam akhi... insya alloh ^____^ jawab saya.

namun takdir berkata lain !

karena alloh swt lebih dahulu memanggilnya,

dan ternyata itu adalah pertemuan terakhir

kami bersilaturahmi di rumahnya

T___T

'nahnu duat qobla kulli sya'i"

kamu dai sebelum apapun profesinya

semoga alloh swt melindungi mu

dan memberikan surganya untuk mu

Amiiin


Photo slide movie maker yang aku buat untuk mengenangnya

http://www.youtube.com/watch?v=iiB-41AHvyc





Photo Photo aktifitas tilawah al qur'an saat halaqoh pekanan rutin di kediaman Akhi Wahid.

Ketampanan Hatinya Meluluhkan Hati Gadis Cantik Nan Kaya Raya

0
Diposting oleh cahAngon on 09 November 2011 , in , ,
Oleh: Guntara Nugraha Adiana Poetra, Lc.
Sebenarnya sudah lama kisah ini ingin saya tuliskan, tapi karena rasa malas berlarut akhirnya baru sekarang niat itu muncul kembali, berawal dari beberapa kali membaca catatan seputar dunia cinta (katanya) Islami dari para ikhwan dan akhwat yang kebenaran sumbernya masih di ragukan, bahkan dibuat menjadi mellow, mengawang ke sana kemari (membosankan), atau mungkin di ambil dari novel bernuansa religi yang ramai di tanah air, dari sinilah keinginan menulis kisah cinta yang nyata datang.

Kisah ini diambil dari rangkaian perjalanan sahabat saya yang mempunyai nama lengkap ‘Ibad Rahman’ (bukan nama sebenarnya) biasa disapa dengan Ibad, berasal dari Bekasi, Jawa Barat. Kita sama-sama menuntut ilmu di Mesir, dan tinggal di dalam satu Asrama Pelajar Azhar yang sama dekat kampus tercinta, hanya saja dia lebih dahulu daripada saya 1 tahun, saya ambil jurusan Ushuluddin, sedangkan Ibad lebih memilih syari’ah Islamiyah.

Hmm….Kalau boleh jujur, kisah sepele ini sebenarnya lebih bermakna ketimbang cerita seorang pelajar bernama azzam serta kesungguhannya dalam mencari cinta yang halal dan kebenaran yang diabadikan via novel yang sangat fenomenal di tanah air ‘’Ketika Cinta Bertasbih’’ atau cerita dari Fakhri dalam novel ‘’Ayat-Ayat Cinta’’ yang puluhan kali dicetak ulang lalu difilmkan dan ditonton oleh 3,5 juta orang serta berhasil terjual lebih dari 400.000 exp. (ceritanya pun terlalu jauh dari kenyataan di tengah sahara kehidupan).

Sederhana, mudah bergaul, cerdas, pekerja keras dengan postur tubuhnya yang tidak terlalu besar, dan pemberani, bukan juga tipe yang konfrontatif, oportunis apalagi glamour, melainkan pelajar dengan tipe realistis serta Professional yang berorientasi pada studi saja selama di Mesir, juga sempat mengenyam pendidikan di Universitas Teknologi Bandung, walau tidak lama, pandai dalam disiplin ilmu fisika, kimia dan sejenisnya, dialah Ibad seorang sahabat yang selalu teringat dalam benak saya sampai saat ini.

Jauh sebelum kuliah ke Mesir, sebenarnya dia ini tidak cakap berbahasa Arab bahkan tidak ada background pesantren., sebut sajalah orang awam dalam masalah agama, akan tetapi cinta dengan kebenaran, singkat cerita….tentunya kita pernah mendengar konflik yang terjadi di Ambon tahun 2000 pasca lengsernya rezim orde baru di tangan pemimpin partai berkuasa saat itu yang kendaraan politiknya semakin menggelitik dan sampai sekarang masih eksis.

Entah apa alasannya…akhirnya dia memutuskan untuk ikut berjihad ke Ambon dan meninggalkan kuliahnya di ITB, saya pun sempat terbakar semangatnya ketika menyaksikan video tentang Ambon apalagi saat itu masih mesantren, tapi sayangnya semangat ini tidak sebanding lurus dengan keimanan yang masih cinta akan dunia.

Benarlah Al Qur’an menceritakan perihal orang-orang yang beriman, yaitu Allah lah yang langsung membimbing mereka, terbingkai indah dalam surat Yunus ayat 9 juz 11 :

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya [1]…………….

Bukan hanya berupa bimbingan sebagai balasan bagi orang yang beriman dan bertaqwa, tapi juga Allah lah yang senantiasa menjadi sang murabbi atau guru terbaik baginya, sesuai dengan surat Al Baqarah ayat 282 juz 3 :

…………Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Lain halnya dengan orang yang kufur dan tidak percaya akan tanda-tanda kebesarannya, Allah tidak akan membimbing mereka bahkan baginya adzab yang teramat pedih sebagai balasan.

Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah (Al Quran), Allah tidak akan memberi petunjuk kepada mereka dan bagi mereka azab yang pedih. (QS ; An Nahl ayat 104 juz 14)

Mungkin dari sinilah Allah membimbing sahabat saya untuk pergi berjihad membantu saudara seiman di tanah para syuhada Ambon sebagai awal dari datangnya hidayah kepadanya, subhanallah,…. keberaniannya membuat saya kagum sama halnya kekaguman saya kepada Rasulullah, seorang yang sederhana tapi sangat pemberani.

Anas bin Malik menuturkan, ‘’Rasulullah adalah pribadi yang paling bagus akhlaqnya paling dermawan dan paling pemberani. Suatu malam, para penduduk Madinah dikejutkan oleh datangnya suara aneh. Beberapa orang langsung menuju suara tersebut, ternyata mereka mendapati Rasulullah sudah pulang. Ternyata beliau sudah mendahului mereka menemui suara itu. Dengan masih mengendarai kudanya, beliau berkata, ‘’ mengapa kalian takut ? mengapa kalian takut ? itu hanya suara air laut. Yah, hanya suara air laut saja.’’ Beliau memang seorang kesatria pemberani. [2]

Akhirnya Ibad kembali ke Bandung setelah beberapa pekan di Ambon dengan membawa jutaan pelajaran berharga, dimana dia menyaksikan langsung kejadian demi kejadian memilukan, beberapa kerabatnya mendapatkan syahid di tanah Ambon. (Mudah-mudahan Allah menerima pahala syahid mereka…Ya Robbana)

‘’Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu ) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup [3], tetapi kamu tidak menyadarinya’’.(QS : Al Baqarah ayat 154 juz 2).

Skenario Awal Dari Sang Sutradara Kehidupan

Takdirlah yang mempertemukan mereka (Ibad dan gadis lugu) untuk pertama kali, ketika sama-sama belajar di ITB, saat itu Ibad mengikuti orientasi mahasiswa baru jenjang S1, sedangkan gadis itu pada jenjang di atasnya yaitu S2, tidak banyak cerita yang saya dapat dari kisah pertemuan mereka, karena memang frekuensi pertemuan mereka berdua pun tidaklah banyak, sempat bertemu di tempat photocopy kampus, selirik dua lirik mereka pun saling mengenal wajah tanpa banyak komunikasi alias jarang.

Sekembalinya Ibad dari Ambon seperti yang saya ceritakan pada paragraf sebelumnya, akhirnya dengan tekad bulat dia memutuskan untuk meninggalkan ITB, padahal kala itu kesempatan belajar ke Eropa pun ada dihadapannya, mengingat kecerdasan yang dimiliki dan kuatnya jaringan kampus, dia memilih untuk lebih memperdalam agama ketimbang menjadi ahli fisika dan ilmu-ilmu umum lainnya yang terlihat lebih menjanjikan di mata manusia daripada menjadi akademisi muslim yang sangat kurang diminati masyarakat sampai-sampai getarannya dirasakan juga oleh keluarga saya atau mungkin keluarga Anda.

Sebagai bukti kongkret ada sedikit cerita, awalnya keluarga tidak mendukung langkah saya pergi ke Mesir, bahkan orangtua lebih merekomendasikan saya untuk mendaftar di salah satu kampus terkenal di Sumatra Barat dan tidak perlu jauh-jauh pergi ke negeri piramida, hanya dengan sedikit kemampuan yang saya miliki untuk melobi dan rayuan khas umumnya seorang anak kepada orangtua, akhirnya saya pun bisa mendominasi jalur pikiran mereka.

Sikap dari orangtua pun bisa saya maklum karena bedanya pola pikir kami dalam menilai Islam sebuah Esensi dan faktor psikologi juga mempunyai pengaruh kuat, karena lamanya mesantren yang jauh dari rumah di Depok dan hendak kembali terpisah setelah Aliyah dengan keluarga untuk jangka waktu yang lama walau perpisahan ini hanya tuk sementara (Studi Normatif). ‘’Sambil mendoakan semoga Allah membesarkan hati mereka dan orang-orang tercinta yang saya tinggalkan selama bertahun-tahun.’’

Awal Segala Sesuatunya untuk Ibad….

Ibad pun mengikuti studi bahasa Arab di salah satu lembaga pendidikan di Bandung yaitu Ma’had Al-Imarat yang banyak di warnai pula oleh lulusan dari Timur tengah juga Lipia Jakarta. Singkat cerita…..dengan modal kecintaan pada agama, juga negaranya, serta bekal ilmu yang didapat dari Al-Imarat walau hanya beberapa bulan, Ibad memberanikan diri untuk mengikuti seleksi pelajar berbeasiswa ke Timur tengah yaitu Mesir yang difasilitasi oleh Kementerian Agama RI. Alhasil… keajaiban serta rahmat Allah pun datang padanya, dia masuk nominasi dan berhasil lulus dalam tahap penyeleksian dengan menggeser banyak saingan dari berbagai pondok modern terkenal yang berbasiskan dua bahasa asing (Inggris dan Arab).

………’’Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik’’. (QS : Al A’raaf ayat 56 juz 8)

Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tiada menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan.. (QS : Huud ayat 115 juz 12).

………’’ Sesungguhnya barang siapa yang bertaqwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik” (QS : Yusuf ayat 90 juz 13).

……………….Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. (QS : An Nahl ayat 128 juz 14).

Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan yang baik.(QS : Al Kahfi ayat 30 juz 15).

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (QS : Al ‘Ankabuut ayat 69 juz 21).

Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (QS : Muhammad ayat7 juz 26)

Terlampau banyak ayat yang memuji orang-orang baik dalam Qur’an sebagaimana banyak juga ayat yang menyentil orang-orang yang kurang baik atau tidak baik sama sekali, paling tidak….beberapa ayat di atas bisa memberikan secuil gambaran dan menambah cakrawala baru seputar dunia Islam dan literaturnya.

Kejadian sahabat saya ini mengingatkan kita akan bukti dan janji Allah terhadap orang-orang yang tulus hatinya dalam mencintai Allah serta menjaga dan memperjuangkan agamanya dengan jiwa raga serta hartanya dengan memberinya Ilmu dan Hikmah atau menjadikannya pribadi dewasa yang tidak sembarang orang bisa mendapatkannya, sebagaimana Allah memberikannya kepada nabi Yusuf.

Dan tatkala dia cukup dewasa [4] Kami berikan kepadanya hikmah dan ilmu. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. ( QS : Yusuf ayat 22 juz 12).

Juga ada kisah yang sangat menyentuh kita perihal ketaatan dari dua nabi Allah (Ibrahim dan Ismail) sebagai balasan bagi hamba-hambanya yang berbuat baik, lengkapnya di surat Ash Shaaffaat ayat 83-111 juz 23. tuk lebih jelasnya bisa dikaji secara perlahan sambil membuka tafsiran para ulama terkemuka di rumah masing-masing.

Kesan Pertama Seorang Gadis

Waktu pun bergulir seiring dengan semangat Ibad untuk lebih memperdalam agama ke negeri kinanah, konon katanya kiblat ilmu (agama) adalah Mesir, tahun 2003 sebelum keberangkatannya, tanpa disangka-sangka setelah terakhir kali pertemuan mereka di tempat photocopy kampus dan sekian lama terpisah oleh diam, ruang, jarak, dan dinding waktu mereka dipertemukan kembali oleh Allah di bandara Soekarno-Hatta, percakapan singkat pun terjadi antara dua insan yang sama-sama sibuk dengan urusannya, ‘’ kamu mau ke mana, Tanya gadis lugu tersebut, ke Mesir jawabnya singkat’’.

Jawaban dari Ibad ternyata memberi kesan mendalam bagi sang gadis, dia membayangkan ketika mendengar kata Mesir itu ‘identik’ dengan para pelajar Islam yang bersungguh-sungguh mencari kebenaran, berharap mempunyai pendamping yang bisa membimbingnya dalam masalah agama, pendek kata komunikasi pun berlanjut dengan lebih memanfaatkan kekinian, akhirnya mereka berdua pun saling bertukar alamat email.

Begitu mendalamnya kesan gadis lugu kepada Ibad, sampai-sampai dengan semangatnya gadis tersebut menjaga komunikasi via mail, sebenarnya Ibad lebih memilih fokus dalam belajar, akan tetapi hari demi hari, hingga sampailah dia pada tahun ke-2 di Mesir, gadis tersebut memintanya untuk menjadi pendamping….Wawww..benar-benar dahsyat sahabatku yang satu ini, ternyata bukan hanya Rasulullah yang di taksir berat oleh wanita kaya (Khadijah) karena ketulusan hatinya, manusia seperti kamu juga bisa (sambil menggelengkan kepala).

Ibad tidak lantas mengiyakan keinginan gadis lugu tersebut. Hanya saja mengatakan kepadanya,, ‘’ oh y….jika kamu benar-benar serius, alangkah baiknya kamu datang ke rumahku di Bekasi, kalau orang tuaku setuju…is okey. Jawab ibad, konteksnya begitu, adapun tuk redaksi aslinya bisa di kembangkan di alam pikiran para pembaca sekalian., hehe

Rupanya gadis tersebut memang naksir berat, saking beratnya, hilanglah rasa gengsi sebagai seorang perempuan yang datang ke rumah laki-laki untuk sekedar meminta restu orangtua si laki-laki, padahal kalau kita perhatikan di zaman sekarang, jika ada lelaki yang berkata seperti Ibad, jawaban dari para gadis, ‘’emangnya cowo cuma kamu aja, yeehhhhhh’’ hehe….

Begitu kaget keluarganya di Bekasi ketika kedatangan tamu seorang gadis berparas cantik,, tampak dari wajahnya ketulusan dan kebaikan, bermaksud untuk melamar anaknya yang sedang menuntut ilmu di Mesir. Tahukah Anda …… apa yang di katakan orangtua Ibad kepadanya ketika ada seorang wanita datang tuk melamar, kurang lebih begini,’’ kamu ini gimana seh…ada wanita cantik begini ko tidak di iyakan. Begitulah kurang lebih, hehe

Indah Pada Waktunya…

Akhirnya di tahun 2005 pulanglah sosok yang di idamkan oleh sang gadis ke tanah air dan menikahlah dua insan yang sebenarnya sama-sama jatuh cinta, hanya saja kecintaan Ibad kepadanya sedikit tergeser dan tersembunyikan dengan semangatnya dalam mencari ilmu, untung saja gadis tersebut cerdas dan pandai membaca keadaan.

Gadis tersebut ialah lulusan ITB yang saat ini menjadi seorang dosen di salah satu kampus ternama di Jakarta yaitu Universitas Trisakti, Anda bisa bayangkan berapa nominal materi yang di dapat jika Anda bekerja di sana, belum lagi dia aktif dalam mengisi seminar nasional dan internasional, 7 juta pun itu adalah nominal terendah, bahkan bisa belasan juta atau lebih, ditambah lagi dia berasal dari keluarga yang mampu dan tinggal di bilangan kawasan elit Jakarta, berbeda dengan Ibad yang hanya berasal dari keluarga sederhana di Bekasi.

Sebelumnya gadis yang usianya di atas kepala 3 disaat menikahi Ibad yang baru berumur sekitar 25 tahun, terpaut perbedaan antara keduanya lumayan jauh sekitar 10 tahun, beberapa kali menolak lamaran dari lelaki mapan lagi gagah, padahal kalau mau dibandingkan dengan Ibad, tentunya masih jauh, dia masih pelajar, masa depannya pun belum jelas, hanya bermodalkan ilmu agama dan kecintaan yang tulus kepada Tuhannya.

Kembali lah Ibad ke Mesir untuk menyelesaikan study karena masih ada 4 semester untuk mendapatkan gelar Lc, tapi Ibad tidak merasa sedih berlebih apalagi khawatir, karena sisa 2 tahun di Mesir ternyata di jamin oleh pihak istri, jadinya setiap semester Ibad pulang ke tanah air untuk berbulan madu, Anda tahu….hanya orang-orang elit serta para diplomatlah yang bisa pulang pergi ke tanah air, dan yang ketiga adalah Ibad, hehe…

Dari cerita unik sampai yang mengharukan pun kami dapat dari Ibad, bercengkerama santai menjadi topik pembicaraan di asrama bersama teman-teman seperjuangan, mulai dari Ibad yang menjadi seperti direktur, karena ke mana-mana selalu istrinya yang menyetir mobil, termasuk berbulan madu ke puncak, maklum.., karena Ibad tidak bisa menyetir mobil ketika itu, sedangkan mobil bagi istrinya adalah kendaraan pribadi yang senantiasa menghiasi hari-harinya di kampus.

Di mata kami Ibad adalah sosok lelaki yang penuh dengan tanggung jawab, perbedaan kondisi sosial antar dia dan istrinya menjadi bahan pertimbangan yang cukup berarti, bagaimanapun dia adalah kepala rumah tangga yang wajib menafkahi istrinya, walau kala itu dia belum berpenghasilan tetap dengan gaji yang tidak sebanding dengan istrinya, dia pun tinggal sementara di rumah yang menurutnya terlalu mewah bersama keluarga istrinya sambil membimbing masalah agama dan mengkaji Islam secara utuh bersama keluarga barunya.

Pernah suatu ketika Ibad pun pergi berjualan perangkat kebutuhan ibadah di sekitar masjid tidak jauh dari rumah barunya di PMI (Pondok Mertua Indah), sampai akhirnya terlihat oleh istrinya, dibawanya dia masuk ke dalam mobil bermaksud mengajaknya segera pulang dengan linangan air mata dari seorang istri yang begitu menyayanginya, tak habis pikir melihat suami berjualan seperti itu.

Entah kenapa menangis, Ibad pun sedikit heran dan berusaha menjelaskan bahwasanya dia ingin mencari pekerjaan yang halal walau hanya sebatas jualan kecek-kecek. Subhanallah…..

Lama sudah saya dan Ibad tidak saling menyapa, lebih dari 4 tahun, pertemuan terakhir kami di tahun 2007 sebelum dia pulang ke tanah air dengan membawa ilmu dan ijazah Azhar tentunya.

Wahai Ibad Rahman Sahabatku…..

Walaupun ruang, jarak, waktu menjadi dinding pemisah di antara kita, segumpal darah bernama hati dengan izin Allah takkan pernah menjadi penghalang untuk kita tetap dalam Ukhuwah Islamiyah. Semoga kenangan manis kan terukir nantinya.

Kebenaran Janji Allah

Kisah Ibad di atas sebenarnya sebuah Studi Normatif abad modern, karena Allah sendirilah yang menjamin orang-orang baik lagi beriman dengan kehidupan yang layak di dunia dan akhirat.

I. An Nahl ayat 97 juz 14 :

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.’’

Ditekankan dalam ayat ini bahwa laki-laki atau perempuan dalam Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai iman. Paling tidak ada dua point penting yang bisa kita ambil dalam ayat di atas, di antaranya :

Ganjaran di dunia : Berupa kehidupan yang layak
Ganjaran di akhirat : Kompensasi dari Allah berupa pahala berlipat

II. An Nuur ayat 55 juz 18 :

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.”

Beberapa janji Allah sangat jelas, di antaranya :

Menjadi Pemegang kepentingan. (Stakeholders)
Dikuatkan agamanya (Strong in faith)
Kenyamanan hidup (Comfortable in life)

Untuk mendapatkan tiga point di atas ternyata tidak terlalu sulit, hanya butuh usaha lebih, Bahkan Allah ta’ala hanya memberikan satu syarat saja setelah iman dan amal soleh yaitu.: Menyembah Allah ta’ala tanpa menyekutukannya dengan hal apapun.

Catatan tambahan sebagai penutup

Menuju kebahagiaan tentunya membutuhkan proses, apalagi dalam membina rumah tangga ideal atau yang biasa disebut keluarga SAMA RATA (Sakinah, Mawaddah, Penuh Rahmat dan tentunya takut sama Allah)

Pastikan kalau keduanya harus saling mencintai karena Allah sebagaimana cintanya Rasulullah dan Khadijah, Ali dan Fatimah, juga ada contoh terkini Ibad dan Istrinya, Bj. Habibie dan Hasri Ainun Besari, juga orang tua kita pun bisa sebagai contoh nyata (Insya Allah). Menikah bukanlah atas dasar paksaan, dipaksa, atau karena ‘iba’ terhadap salah satu pihak, karena yang demikian tentunya bisa berujung pada penyesalan kelak.

Bagaimanapun para lelaki berhak untuk memilih belahan jiwanya sebagaimana para wanita juga berhak untuk menolak lamaran para lelaki yang dirasa kurang ‘’klik’’ dengannya, jika pun ingin menolak tolaklah dengan sekuat tenaga dan sepenuh hati, biarkanlah hati nurani dan akal sehat kita yang memilih dan jika pun menerima jangan lupa bersyukur sambil mengucap “Alhamdulillah yach’’ s.e.s.u.a.t.u ….hehe

Kalau sudah tercipta keluarga SAMA RATA, maka dengan mudah kita bisa berjalan di atas garis pasir pantai yang sama demi menuju negeri impian idaman setiap insan yaitu Surga ‘Adn, bersama keluarga besar kita. Ya Robbana…..

(yaitu) syurga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; [23] (sambil mengucapkan): “Salamun ‘alaikum bima shabartum” [5]. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.[24]. QS : Ar Ra’d ayat 23-24 juz 13.

Catatan ringan di atas memberikan setitik wacana kepada kita untuk memetik sebuah analisa menarik bahwa’’ Tiada yang membuat wanita solehah meneteskan air mata bahagia melainkan melihat pujaan hatinya (suami) takut kepada Allah’’. Wallahu a’lam….

Saya cukupkan cerita singkat ini dengan sama-sama bermunajat “Mudah-mudahan kita semua bisa menjadi pribadi yang tidak hanya soleh/solehah saja yang bersifat personal tapi juga menjadi pribadi muslih / muslihah yang kolektif. Ya Robbana…..”

Sekarang… pertanyaan dari saya adalah:

Tahukah Anda siapa Ibad Rahman?
Lalu seperti apa kepribadian detailnya?
Apa kelebihannya dibanding hamba Allah yang lain?
dan bisakah kita menjadi sosok seperti yang saya tanyakan?

‘’Jawabannya ada di Surat Al Furqaan ayat 61-77 juz 19’’ (jangan lupa yah… baca teks Arabnya juga, selamat mengkaji, insya Allah khair).



Catatan Kaki:

[1]. Maksudnya: diberi petunjuk oleh Allah untuk mengerjakan amal-amal yang menyampaikan surga.

[2]. Diriwayatkan oleh Muslim dalam shahih-nya IV : 1802.

[3]. Yaitu hidup dalam alam yang lain yang bukan alam kita ini, di mana mereka mendapat kenikmatan kenikmatan di sisi Allah, dan hanya Allah sajalah yang mengetahui bagaimana keadaan hidup itu.

[4]. Nabi Yusuf mencapai umur antara 30 – 40 tahun.

[5]. Artinya: keselamatan atasmu berkat kesabaranmu

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2011/10/15607/ketampanan-hatinya-meluluhkan-hati-gadis-cantik-nan-kaya-raya/#ixzz1dBcSNZY6