• img

    KAMUFLASE...

    Akan aku ajak engkau menemui bunglon .. agar engkau menyaksikan sendiri tipu dayanya! Bunglon merubah warna dirinya sesuai dengan tempat ia berada .. agar engkau mengetahui bahwa yang seperti bunglon itu banyak .. dan berulang-ulang! Dan bahwasanya ada orang-orang munafik .. banyak pula manusia yang berganti-ganti pakaian .. dan berlindung dibalik alasan “ingin berbuat baik”...
  • img

    Jujur...

    Jika engkau hendak mengungkap kejujuran orang, ajaklah ia pergi bersama .. dalam bepergian itu jati diri manusia terungkap .. penampilan lahiriahnya akan luntur dan jatidirinya akan tersingkap! Dan “bepergian itu disebut safar karena berfungsi mengungkap yang tertutup, mengungkap akhlaq dan tabiat”...
  • img

    Pemimpin

    Seringkali terbukti bahwa tugas utama seorang pemimpin hanyalah bagaimana memilih orang yang tepat. Begitu berhasil memilih orang yang tepat seringkali tugas seorang pemimpin sudah selesai. Setidaknya sudah 80 persen selesai. Tapi begitu seorang pemimpin salah memilih orang, sang pemimpin tidak terbantu sama sekali, bahkan justru terbebani...
  • img

    Karena Ukuran Kita Tak Sama

    seperti sepatu yang kita pakai, tiap kaki memiliki ukurannya memaksakan tapal kecil untuk telapak besar akan menyakiti memaksakan sepatu besar untuk tapal kecil merepotkan kaki-kaki yang nyaman dalam sepatunya akan berbaris rapi-rapi...
  • img

    Kemenangan..

    Kemenangan sejati yang paling mendasar dan substansial adalah jika kebenaran tetap bersemayam di hati kita. Tidak terkontaminasi oleh racun-racun kehidupan, tidak tergoda oleh iming-iming apapun bentuknya, yang membuat hati kita diisi oleh nilai-nilai lain selain nilai kebenaran yang bersumber dari Allah SWT, ...

Backlink Gaib....

Diposting oleh cahAngon on 31 Desember 2011 , in ,
Salah satu cara untuk mendatangkan traffic secara gratis ke website yang kita miliki adalah dengan SEO (Search Engine Optimization). Optimasi website/SEO (Search Engine Optimization) adalah sebuah kegiatan yang membosankan, melelahkan dan bahkan mengulangi pekerjaan yang serupa berulang-ulang kali. Karena seperti kita ketahui, inti dari SEO ini salah satunya adalah backlink.

Di Sekolah.in, tempat saya belajar bisnis internet, ada istilah Backlink Gaib. Istilah Backlink Gaib ini dipopulerkan oleh Muhamad Misbah, Founder Sekolah.in. Beliau adalah salah satu praktisi bisnis internet yang sukses di Indonesia. Tulisannya tentang Baclink Gaib bisa dilihat di KlikMisbah.com Backlink Gaib.

Backlink gaib yang dimaksudkan Misbah tidak lain dan tidak bukan adalah sedekah. Sebagai seorang Muslim kita tahu bahwa sedekah / Backlink Gaib adalah pembuka pintu rezeki. Dengan sedekah / Backlink Gaib harta tidak akan berkurang, malah akan bertambah. Sedekah / Baclink Gaib yang kita berikan akan dibalas oleh Allah SWT baik di dunia maupun di akhirat secara berlipat ganda.

Kalau anda sering mendengar ceramah Ustadz Yusuf Mansur, tentu sudah tidak asing bagaimana Keajaiban Sedekah / Backlink Gaib. Sudah banyak kita dengar success story orang dalam bersedekah. Sedekah / Backlink Gaib tidak membuat orang menjadi miskin, malah orang tersebut akan bertambah kaya. Karena sedekah yang ia keluarkan pasti dibalas oleh Allah langsung di dunia.

Kata Ippho santosa, sedekah tidak harus ikhlas, yang penting action. Kalau sudah terbiasa action, maka akan ikhlas sendiri. Jangan ragu untuk bersedekah. Berfoya-foyalah dalam bersedekah. Karena sedekah anda pasti, sekali lagi pasti dibalas oleh Allah. Tidak pakai Insya Allah.

Kembali ke Istilah Backlink Gaib tadi, kalau boleh saya menambahkan pak kepsek, Backlink Gaib tidak hanya sedekah. Tetapi juga amal-amal kebaikan lainnya. Seperti yang dijabarkan oleh Ippho dalam buku 7 Keajaiban Rezeki, banyak amal-amal yang kita lakukan berkaitan dengan rezeki. Seperti berbakti kepada kedua orang tua, keharmonisan impian dengan pasangan hidup, shalat dhuha, shalat tahajud, umrah, haji, menyegerakan pernikahan dan banyak lagi ajaran-ajaran agama yang berpengaruh terhadap rezeki seseorang. Backlink Gaib 1 : Sedekah

“Katakanlah: “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendakiNya di antara hamba-hambaNya dan menyempitkan (siapa yang dikehendakiNya)”. Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.”. Surah Saba’ : ayat 39

Hai anak Adam, infaklah (nafkahkanlah hartamu), niscaya Aku memberikan nafkah kepadamu.” (HR. Muslim)

Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah Saw, “Sodaqoh yang bagaimana yang paling besar pahalanya?” Nabi Saw menjawab, “Saat kamu bersodaqoh hendaklah kamu sehat dan dalam kondisi pelit (mengekang) dan saat kamu takut melarat tetapi mengharap kaya. Jangan ditunda sehingga rohmu di tenggorokan baru kamu berkata untuk Fulan sekian dan untuk Fulan sekian.” (HR. Bukhari)

Turunkanlah (datangkanlah) rezekimu (dari Allah) dengan mengeluarkan sodaqoh. (HR. Al-Baihaqi)

Tiada seorang bersodaqoh dengan baik kecuali Allah memelihara kelangsungan warisannya. (HR. Ahmad)

Naungan bagi seorang mukmin pada hari kiamat adalah sodaqohnya. (HR. Ahmad)

Sodaqoh paling afdhol ialah yang diberikan kepada keluarga dekat yang bersikap memusuhi. (HR. Ath-Thabrani dan Abu Dawud)

Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Nabi saw. bersabda, “Ketika seorang hamba berada pada waktu pagi, dua malaikat akan turun kepadanya, lalu salah satu berkata, ‘Ya Allah, berilah pahala kepada orang yang menginfakkan hartanya.’ Kemudian malaikat yang satu berkata, ‘Ya Allah, binasakanlah orang-orang yang bakhil.” (Muttafaq ‘Alaih).

Dari Ali r.a., Rasulullah saw. bersabda, “Segeralah bersedekah, sesungguhnya musibah tidak dapat melintasi sedekah.” Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw. bersabda, “Sedekah itu tidak akan mengurangi harta. Allah swt. akan menambah kemuliaan kepada hamba-Nya yang pemaaf. Dan bagi hamba yang tawadhu’ karena Allah swt., Allah swt. akan mengangkat (derajatnya). (Muslim)

Bersodaqoh pahalanya sepuluh, memberi hutang (tanpa bunga) pahalanya delapan belas, menghubungkan diri dengan kawan-kawan pahalanya dua puluh dan silaturrahmi (dengan keluarga) pahalanya dua puluh empat. (HR. Al Hakim)

“Barangsiapa ingin doanya terkabul dan dibebaskan dari kesulitannya hendaklah dia mengatasi (menyelesaikan) kesulitan orang lain.” (HR. Ahmad)

“Satu dirham memacu dan mendahului seratus ribu dirham. Para sahabat bertanya, “Bagaimana itu?” Nabi Saw menjawab, “Seorang memiliki (hanya) dua dirham. Dia mengambil satu dirham dan bersodaqoh dengannya, dan seorang lagi memiliki harta-benda yang banyak, dia mengambil seratus ribu dirham untuk disodaqohkannya.” (HR. An-Nasaa’i)

Backlink Gaib 2 : Shalat Dhuha

“Setiap pagi setiap persendian salah seorang diantara kalian harus (membayar) sadhaqah; maka setiap tasbih adalah sadhaqah, setiap tahmid adalah sadhaqah, setiap tahlil adalah sadhaqah, setiap takbir adalah sadhaqah, amar ma’ruf adalah sadhaqah, mencegah kemungkaran adalah sadhaqah, tetapi dua raka’at dhuha sudah mencukupi semua hal tersebut” (HR Muslim).

“Hai anak Adam, tunaikanlah kewajibanmu untuk KU, yaitu sembahyang empat rakaat pada pagi hari, niscaya Aku akan mencukupi sepanjang harimu (Hadits Riwayat Imam Ahmad, Abu Ya’la).

“Wahai anak Adam, ruku’lah untuk-Ku empat rakaat di awal siang, niscaya Aku mencukupimu di akhir siang” Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi

“Barangsiapa mengerjakan shalat shubuh dengan berjama’ah lalu duduk berdzikir kepada Allah sampai matahari terbit dan kemudian mengerjakan shalat dua raka’at [7], maka pahala shalat itu baginya seperti pahala haji dan umrah, sepenuhnya, sepenuhnya, sepenuhnya” Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi

“Barangsiapa mengerjakan shalat Dhuha dua rakaat, maka dia tidak ditetapkan termasuk orang-orang yang lengah. Barangsiapa shalat empat rakaat, maka dia tetapkan termasuk orang-orang yang ahli ibadah. Barangsiapa mengerjakan enam rakaat maka akan diberikan kecukupan pada hari itu. Barangsiapa mengerjakan delapan rakaat, maka Allah menetapkannya termasuk orang-orang yang tunduk dan patuh. Dan barangsiapa mengerjakan shalat dua belas rakaat, maka Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah di Surga. Dan tidaklah satu hari dan tidak juga satu malam, melainkan Allah memiliki karunia yang danugerahkan kepada hamba-hamba-Nya sebagai sedekah. Dan tidaklah Allah memberikan karunia kepada seseorang yang lebih baik daripada mengilhaminya untuk selalu ingat kepada-Nya” Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani.

Backlink Gaib 3 : Menikah

“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan menjadikan mereka mampu dengan karunia-Nya…” [An-Nuur: 32]

“Ada tiga golongan yang pasti akan ditolong oleh Allah; seorang budak yang ingin menebus dirinya dengan mencicil kepada tuannya, orang yang menikah karena ingin memelihara kesucian, dan pejuang di jalan Allah.” (HR. Attirmidzi)

“Rasulullah SAW bersabda : Kawinkanlah orang-orang yang masih sendirian diantaramu. Sesungguhnya, Allah akan memperbaiki akhlak, meluaskan rezeki, dan menambah keluhuran mereka” (Al Hadits)

“Nikahilah perempuan kerana mereka akan membawa harta kepada kamu.” (riwayat Bazzar, Daruqutni dan Hakim, hadis hasan)

“Seburuk-buruk kalian, adalah yang tidak menikah, dan sehina-hina mayat kalian, adalah yang tidak menikah” (HR. Bukhari)

Backlink Gaib 4 : Haji dan Umrah

“Lanjutkanlah haji dan umrah, karena sesungguhnya keduanya menghilangkan kemiskinan dan dosa, sebagaimana api dapat menghilangkan karat besi, emas, dan perak. Dan tidak ada pahala haji yang mabrur kecuali surga.” (HR. Ahmad, Tirmizi, dan An-Nasa`i).

“Ikutlah antara haji dan umrah kerana di dalam mengikuti antara keduanya menambah panjang umur dan menambah rezeki” (Ahmad, Ibnu Majah, Daruqutni, Tabrani)

Backlink Gaib 5 : Banyak Beristighfar

Firman Allah,”Mohonlah ampun kepada tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan memperbanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai,”(Q.S.Nuh:10-12).

Firman Allah,”Dan (Hud berkata),’Hai kaumku, mohonlah ampun kepada tuhanmu lalu bertaubatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat lebat atasmu dan Dia akan menambahkan kekuatanmu dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa,”(Q.S.Hud:52).

“Barangsiapa memperbanyak istighfar (mohon ampun pada Allah), niscaya Allah menggantikan setiap kesempitan menjadi jalan kelar, setiap kesedihan menjadi kelapangan dan Allah akan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka.” (Hr. Abu Dawud)

“Barang siapa memperbanyak istighfar maka Allah S.W.T akan menghapuskan segala kedukaannya, menyelesaikan segala masalahnya dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka.” (Hadis Riwayat Ahmad, Abu Daud, an-Nasa’i, Ibnu Majah dan al-Hakim dari Abdullah bin Abbas r.a.)

Backlink Gaib 6 : Berbakti kepada Kedua Orang Tua

“Siapa berbakti kepada ibu bapanya maka kebahagiaanlah buatnya dan Allah akan memanjangkan umurnya.” (Hadis Riwayat Abu Ya’ala, at-Tabrani, al-Asybahani dan al-Hakim)

“Apabila hamba itu meninggalkan berdoa kepada kedua orang tuanya nescaya terputuslah rezeki (Allah) daripadanya.” (Hadis Riwayat al-Hakim dan ad-Dailami)

Nabi Saw bersabda,”Siapa berbakti kepada ibu bapaknya, maka akan kebahagiaanlah buatnya dan Allah akan memanjangkan umurnya, apabila hamba itu meninggalkan berdoa kepada kedua orang tuanya niscaya terputuslah rejeki (Allah) daripadanya”.

Backlink Gaib 7 : Mendoakan Orang Lain tanpa Sepengetahuannya.

“Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama.” (HR. Muslim no. 4912)

“Doa seorang muslim untuk saudaranya (sesama muslim) tanpa diketahui olehnya adalah doa mustajabah. Di atas kepalanya (orang yang berdoa) ada malaikat yang telah diutus. Sehingga setiap kali dia mendoakan kebaikan untuk saudaranya, maka malaikat yang diutus tersebut akan mengucapkan, “Amin dan kamu juga akan mendapatkan seperti itu.”

Backlink Gaib 8 : Menghindari Maksiat

Firman Allah,”…Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rejeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluannya). Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki-Nya) Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu,”(Q.S.At-Thalaq:2-3).

Firman Allah,”Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan ayat-ayat Kami itu, maka Kami siksav mereka disebabkan perbuatannya mereka sendiri,”(Q.S.Al-A’raf:96).

“Sesungguhnya seseorang terjauh dari rezeki disebabkan oleh perbuatan dosanya.” (HR Ahmad)

Backlink Gaib 9 : Silaturrahim

Nabi Saw bersabda,”Belajarlah tentang nasab-nasab kalian sehingga kalian bias menyambung silaturrahim. Karena sesungguhnya silaturrahim adalah (sebab adanya) kecintaan terhadap keluarga (kerabat dekat), (sebab) banyaknya harta dan bertambahnya usia”.

“Siapa yang menunaikan hajat saudaranya maka Allah akan menunaikan hajatnya…” (Hadis Riwayat Muslim)

“Barang siapa ingin dilapangkan rezekinya dan dilambatkan ajalnya maka hendaklah dia menghubungi sanak-saudaranya.” (Hadis Riwayat Bukhari)

Backlink Gaib 10 : Tawakkal

“Barang siapa bertawakal kepada Allah, nescaya Allah mencukupkan (keperluannya) .” Surah at-Thalaq : ayat 3

“Sungguh, seandainya kalian betawakkal kepada Allah (dengan) sebenar-benar tawakkal, niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana rezeki burung-burung, mereka berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar, dan pulang di sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. Ahmad dan Tirmizdi)

“Seandainya kamu bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, nescaya kamu diberi rezeki seperti burung diberi rezeki, ia pagi hari lapar dan petang hari telah kenyang.” (Riwayat Ahmad, at-Tirmizi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, al-Hakim dari Umar bin al-Khattab r.a.)

Backlink Gaib 11 : Menafkahi Penuntut Ilmu

“Dahulu ada dua orang saudara pada masa Rasulullah SAW. Salah seorang daripadanya mendatangi nabi dan (saudaranya) yang lain bekerja. Lalu saudaranya yang bekerja itu mengadu pada nabi, maka beliau bersabda, “Mudah-mudahan engkau diberi rezeki dengan sebab dia.” (HR. Tirmidzi, Hakim).

Backlink Gaib 12 : Membantu Orang-Orang yang Lemah

“Bantulah orang-orang lemah, karena kalian diberi rezeki dan ditolong lantaran orang-orang lemah di antara kalian.” (HR. Muslim dan An-Nasa`i).

“Tidaklah kamu diberi pertolongan dan diberi rezeki melainkan kerana orang-orang lemah di kalangan kamu.” (Hadis Riwayat Bukhari)

Backlink Gaib 13 : Hijrah di Jalan Allah

“Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak.” (Qs. An-Nisa`: 100).

Backlink Gaib 14 : Menjaga Wudhu

Seorang Arab Badui menemui Rasulullah SAW dan meminta pedoman mengenai beberapa perkara termasuk mau dimurahkan rezeki oleh Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda: “Sentiasalah berada dalam keadaan bersih (dari hadas) niscaya Allah akan memurahkan rezeki.” (Diriwayatkan daripada Sayidina Khalid al-Walid)

Backlink Gaib 15 : Mengasihi Anak Yatim

“Adakah kamu suka hatimu menjadi lembut, dan kamu memperolehi hajat keperluanmu? Kasihanilah anak yatim, usaplah kepalanya, dan berikanlah dia daripada makananmu, nescaya lembutlah hatimu dan kamu akan memperolehi hajatmu.” (Riwayat Tabrani)

Backlink Gaib 16 : Hindari Tidur Setelah Shalat Shubuh

“Apabila kamu telah selesai solat subuh janganlah kamu tidur tanpa mencari rezeki.” (Riwayat Tabrani)

“Sesungguhnya tidur pada waktu pagi menghalang sebahagian rezeki” Abu Nuaim.

Semoga bermanfaat, anda juga bisa menambahkan kalau masih ada backlink gaib-baclink gaib lainnya. Salam

Arie

Member Sekolah.in

Bukti Cinta Kepada Nabi Muhammad

0
Diposting oleh cahAngon , in
Orang-orang yang benar-benar cinta, tentu akan mencari waktu dan kesempatan untuk dapat mengorbankan seluruh harta bahkan jiwa raganya, demi sang tambatan hati. Dan begitulah yang dilakukan oleh para shohabat yang menjalin cinta sejati dengan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Kisah pengorbanan mereka telah terukir dalam tinta emas sejarah sepanjang masa dan zaman. Mereka begitu semangat mengorbankan segenap apa yang mereka punya, karena mereka sadar bahwa mencintai beliau adalah bukti cinta mereka kepada Allah , sebagaimana firman-Nya: “Katakanlah: “Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang“. (QS. Ali Imran: 31)

Lihatlah! Begitu menakjubkan kisah Thalhah bin Ubaidillah . Kisah teladan bagi umat Islam dalam ladang perjuangan dan pengorbanan. Marilah kita telaah riwayat yang disampaikan oleh Jabir bin Abdullah , ia berkata, “Di waktu perang Uhud, ketika umat Islam sudah lari meninggalkan medan pertempuran. Maka pasukan yang bertahan tinggal dua belas orang ditambah dengan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam termasuk di dalamnya Thalhah bin Ubaidillah. Pasukan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ini pun kemudian diketahui juga oleh kaum Quraisy dan mereka pun diserang. Menghadapi masalah ini, maka beliau menoleh kepada mereka (kedua belas Shohabat beliau) seraya berkata, ‘Siapa yang akan menghadapi musuh?’ Tholhah menjawab, ‘Saya wahai Rasulullah!’ Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bertanya lagi, ‘Siapa lagi selain Tholhah?’ Salah seorang Anshar berkata, ‘Saya, wahai Rasulullah!’ Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab, ‘Ya kamu!’ Lalu orang itu maju ke medan laga dan ia pun gugur sebagai syahid. Kemudian beliau menoleh lagi, tiba-tiba kaum musyrik ini hendak melancarkan serangan. Maka Rasulullah bertanya, ‘Siapa yang akan menghadapi musuh?’ Tholhah menjawab, ‘Saya wahai Rasulullah!’

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata, ‘Siapa lagi selain Tholhah?’ Seorang Anshar menyahut, ‘Saya, ya Rasulullah!’ Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata, ‘Ya kamu!’ Maka orang Anshar itu pun berjuang ke medan pertempuran sehingga ia pun gugur sebagai syahid. Dan begitulah seterusnya, sampai akhirnya yang tersisa dari dua belas orang pasukan Muslimin di samping Rasul adalah Tholhah bin Ubaidillah . Maka kala itu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bertanya, Siapa yang akan menghadapi musuh?’ Thalhah menjawab, ‘Saya wahai Rasulullah!’ Maka Tholhah pun maju ke arena peperangan menggantikan kesebelas syuhada pasukan. Ketika tangannya terkena pukulan dan hantaman musuh, serta jari-jarinya tertebas pedang mereka, Tholhah hanya berkomentar, ‘Ini sekadar gigitan belaka…’ Maka Rasulullah bersabda, ‘Jika kamu mengatakan bismillah, maka malaikat pun akan mengangkatmu dan manusia akan menyaksikan. ‘Kemudian Allah pun mencerai beraikan pasukan musyrikin itu.” (HR. An Nasa’i)

Alangkah tingginya semangat juang Tholhah bin Ubaidillah bersama sebelas Shohabatnya. Mereka pertaruhkan nyawa mereka untuk melindungi kekasih tercinta, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam di dalam menegakkan agama Alloh. Inilah tanda cinta hakiki. Cinta yang nyata, bukan angan-angan dan pengakuan belaka. Telah menjadi suatu ketetapan bahwa orang yang menjalin cinta dengan kekasihnya, pasti akan patuh kepada orang yang dicintainya itu. Ia akan berusaha melaksanakan apa yang disukai oleh kekasihnya, dan berusaha sekuat tenaga berupaya menghindari hal-hal yang dibencinya. Begitupun cinta kepada Nabi , akan memotivasi seseorang untuk komitmen terhadap perintah dan larangannya. Kisah kasih para Shahabat terhadap Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam telah terukir dalam berbagai kitab Sirah. Di antara sikap mereka terhadap kekasih setianya, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah;

1. Segera menuangkan khamr ke jalan-jalan.

Para Shahabat yang benar-benar menjalin cinta sejati kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, tidak hanya menghentikan apa yang menjadi hobi mereka, tetapi lebih dari itu mereka pun bersedia dengan lapang dada dan ridha untuk meninggalkan tradisi-tradisi yang membudaya di kalangan mereka.

Dari Anas bin Malik , dia berkata: “Suatu ketika aku memberi minum khamer di rumah Abu Thalhah , dan khamer mereka waktu itu adalah yang paling rendah mutunya. Lalu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memerintahkan seseorang penyeru untuk memberitahukan kepada khalayak, ‘Keluarkanlah kendi itu dan tuangkanlah seluruh isinya!’ Maka kendi itu pun aku keluarkan dan isinya kutuangkan hingga habis di sepanjang jalan di Madinah.” (HR. Al Bukhari).

2. Segera menjauhi memakan daging himar (keledai).

Salah satu bukti kecintaan para Shahabat terhadap Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, bahwasanya ketika mereka dilarang untuk menikmati hal-hal yang menjadi kesukaan mereka, spontan mereka pun segera menjauhi dan menghindarinya. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik , bahwasanya suatu ketika telah datang Nabi seorang Shahabat, lalu ia berkata, “Nabi tidak berkomentar sedikit pun. Lalu orang itu datang untuk kedua kalinya kepada beliau dan ia pun berkata, “Daging himar telah dimakan.” Nabi pun diam, tidak menjawab. Pada kali ketiga, orang itu datang lagi dan berkata, “Himar telah habis (dimasak).” Maka Nabi menyuruh seorang munadi (juru penyeru) agar mengumumkan kepada segenap umat Islam, “Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya telah melarang kalian makan daging keledai.” Maka seketika itu pula periuk-periuk yang berisi masakan daging keledai yang sudah matang dituangkan ke tanah. (HR. Al Bukhari).

3. Segera melepas gelang.

Demikian pula yang terjadi pada para Shahabat wanita, saat mendengar peringatan dari Rasul perihal pemakaian perhiasan gelang emas yang tidak dizakati. Maka mereka segera pula menanggalkan perhiasannya. Abdullah bin Amr berkata, “Suatu ketika seorang wanita datang menemui Rasulullah bersama putrinya yang mengenakan sepasang gelang emas di tangannya. Maka Rasulullah bertanya, ‘Apakah kau mengeluarkan zakat atas perhiasan gelang emas itu?’ Wanita itu menjawab, ‘Tidak!’ Nabi pun bersabda, ‘Apakah kamu mau jika kelak pada hari Kiamat kamu mendapatkan gelang dari api lantaran sepasang gelang yang engkau pakai itu?’ Lalu wanita tersebut melepas gelangnya dan menyerahkannya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, seraya berkata, ‘Sepasang gelang ini adalah milik Alloh dan Rasul-Nya’.” (HR. Abu Dawud).

4. Segera mengenakan jilbab untuk menutup aurat mereka.

Di saat Alloh dan Rasul-Nya memerintahkan kepada para Shahabat wanita untuk mengenakan jilbab, yaitu sejenis baju kurung yang lapang yang dapat menutup kepala, muka dan dada, mereka pun dengan segera menarik tirai-tirai rumah untuk menutup aurat mereka, karena perintah Allah dalam firman-Nya: “Hai nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka’. yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab: 59)

Maka, setiap Muslim wajib mentaati Rasululloh , karena ketika ia mentaati Rasululloh pada hakekatnya ia sedang melakukan ketaatan kepada Alloh . Alloh berfirman: “Barangsiapa yang mentaati Rasul, sesungguhnya ia telah mentaati Allah”. (QS. An-Nisaa’ [4]: 80)

Mentaati Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memiliki dua sisi penting:

Sisi pertama, taat dalam menjalankan semua perintahnya. Sisi kedua, menjauhi semua larangan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Dua sisi penting ini merupakan hal yang sangat perlu untuk diperhatikan dan dijadikan kaidah dalam hidup kita yaitu tidaklah Rasululloh memerintahkan sesuatu kecuali perintah itu adalah sebuah kebaikan dan tidaklah Rasululloh Shallallahu Alaihi wa Sallam melarang sesuatu kecuali hal tersebut pasti mengandung keburukan.

Demikianlah, beberapa sikap kisah para Shahabat, yang hendaknya menjadi pelajaran bagi kaum Muslimin dengan mempertebal keimanan kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sekaligus melaksanakan segala kandungan keimanan kepadanya dengan bersungguh-sungguh untuk melaksanakan hal-hal sebagai berikut;

1. Berkorban dengan harta dan jiwa untuk menyebarkan ajaran Rasulullah .

2. Ikhlas mentaati Rasulullah dengan melaksanakan seluruh perintah dan menjauhi seluruh larangan beliau. Allah berfirman: “Jika kalian taat kepadanya, niscaya kalian mendapat petunjuk.” (QS An Nur: 54)

Semoga kita semua bisa menjadi pengikut Rasulullah yang bisa mewujudkan keimanan kita pada beliau dalam bentuk amal perbuatan nyata dengan melaksanakan apa yang beliau perintahkan termasuk sunnah yang beliau anjurkan. (hasmi)

http://www.fimadani.com/bukti-cinta-kepada-nabi-muhammad/

Ketika Sri Sultan Hamengku Buwono IX Ditilang di Pekalongan

0
Diposting oleh cahAngon on 29 Desember 2011 , in ,
Kota batik Pekalongan di pertengahan tahun 1960an menyambut fajar dengan kabut tipis. Pukul setengah enam pagi polisi muda Royadin yang belum genap seminggu mendapatkan kenaikan pangkat dari agen polisi kepala menjadi Brigadir Polisi sudah berdiri di tepi posnya di kawasan Soko dengan gagahnya. Kudapan nasi megono khas Pekalongan pagi itu menyegarkan tubuhnya yang gagah berbalut seragam polisi dengan pangkat brigadir.

Becak dan delman amat dominan masa itu. Persimpangan Soko mulai riuh dengan bunyi kalung kuda yang terangguk-angguk mengikuti ayunan cemeti sang kusir. Dari arah selatan dan membelok ke barat sebuah sedan hitam berplat AB melaju dari arah yang berlawanan dengan arus becak dan delman. Brigadir Royadin memandang dari kejauhan, sementara sedan hitam itu melaju perlahan menuju kearahnya. Dengan sigap ia menyeberang jalan ditepi posnya, ayunan tangan kedepan dengan posisi membentuk sudut sembilan puluh derajat menghentikan laju sedan hitam itu. Sebuah sedan tahun lima puluhan yang amat jarang berlalu di jalanan Pekalongan berhenti dihadapannya.

Saat mobil menepi , brigadir Royadin menghampiri sisi kanan pengemudi dan memberi hormat.

“Selamat pagi!” Brigadir Royadin memberi hormat dengan sikap sempurna. “Boleh ditunjukan rebuwes!”

Ia meminta surat surat mobil berikut surat ijin mengemudi kepada lelaki di balik kaca , jaman itu surat mobil masih diistilahkan rebuwes.

Perlahan , pria berusia sekitar setengah abad menurunkan kaca samping secara penuh.

“Ada apa, Pak Polisi?” tanya pria itu.

Brigadir Royadin tersentak kaget, ia mengenali siapa pria itu.

“Ya Allah…, Sinuwun!” kejutnya dalam hati. Gugup bukan main namun itu hanya berlangsung sedetik, naluri polisinya tetap menopang tubuh gagahnya dalam sikap sempurna.

“Bapak melangar verbodden, tidak boleh lewat sini, ini satu arah…”

Ia memandangi pria itu yang tak lain adalah Sultan Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Dirinya tak habis pikir, orang sebesar Sultan HB IX mengendarai sendiri mobilnya dari Yogyakarta ke Pekalongan yang jauhnya cukup lumayan, entah tujuannya kemana. Setelah melihat rebuwes, Brigadir Royadin mempersilahkan Sri Sultan untuk mengecek tanda larangan verboden di ujung jalan, namun Sri Sultan menolak.

“Ya.., saya salah, kamu benar. Saya pasti salah!” Sinuwun turun dari sedannya dan menghampiri Brigadir Royadin yang tetap menggengam rebuwes tanpa tahu harus berbuat apa.

“Jadi…?” Sinuwun bertanya, pertanyaan yang singkat namun sulit bagi Brigadir Royadin menjawabnya.

“Em..emm.., Bapak saya tilang, mohon maaf!” Brigadir Royadin heran, Sinuwun tak kunjung menggunakan kekuasaannya untuk paling tidak bernegosiasi dengannya. Jangankan begitu, mengenalkan dirinya sebagai pejabat negara dan raja pun beliau tidak melakukannya.

“Baik, Brigadir. Kamu buatkan surat itu, nanti saya ikuti aturannya. Saya harus segera ke Tegal,” Sinuwun meminta Brigadir Royadin untuk segera membuatkan surat tilang.

Dengan tangan bergetar ia membuatkan surat tilang, ingin rasanya tidak memberikan surat itu tapi tidak tahu kenapa ia sebagai polisi tidak boleh memandang beda pelanggar kesalahan yang terjadi di depan hidungnya. Yang paling membuatnya sedikit tenang adalah tidak sepatah katapun yang keluar dari mulut Sinuwun menyebutkan bahwa dia berhak mendapatkan dispensasi. “Sungguh orang yang besar…!” begitu gumamnya dalam hati.

Surat tilang berpindah tangan. Rebuwes saat itu dalam genggamannya dan ia menghormat pada sinuwun sebelum sinuwun kembali memacu sedan hitamnya menuju ke arah barat, Tegal.

Beberapa menit kemudian Sinuwun melintas di depan Stasiun Pekalongan. Saat itu, barulah Brigadir Royadin menyadari kebodohannya, kekakuannya, dan segala macam pikiran berkecamuk. Ingin ia memacu sepeda ontelnya mengejar sedan hitam itu, tapi manalah mungkin. Nasi sudah menjadi bubur. Dan ketetapan hatinya untuk tetap menegakkan peraturan pada siapapun berhasil menghibur dirinya.

Saat aplusan di sore hari dan kembali ke markas, ia menyerahkan rebuwes kepada petugas jaga untuk diproses hukum lebih lanjut. Ia lalu kembali kerumah dengan sepeda abu-abu tuanya. Saat apel pagi esok harinya, suara amarah meledak di Markas Polisi Pekalongan. Nama Royadin diteriakkan berkali-kali dari ruang komisaris. Beberapa polisi tergopoh-gopoh menghampirinya dan memintanya menghadap Komisaris Polisi selaku kepala kantor.

“Royadin, apa yang kamu lakukan? Sak enake dhewe! Ora mikir! iki sing mbok tangkep sapa, heh? Ngawur..ngawur!”

Komisaris mengumpat dalam Bahasa Jawa. Di tangannya, rebuwes milik Sinuwun Sultan HB IX pindah dari telapak kanan ke kiri bolak-balik.

“Sekarang aku mau tanya. Kenapa kamu tidak lepas saja Sinuwun HB IX? Biarkan lewat, wong kamu tahu siapa beliau! Ngerti nggak kowe sapa Sinuwun?” Komisaris tak menurunkan nada bicaranya.

“Siap, Pak! Beliau tidak bilang beliau itu siapa. Beliau mengaku salah dan memang salah!” Brigadir Royadin menjawab tegas.

“Ya, tapi kan kamu mestinya ngerti siapa beliau . Aja kaku-kaku, kok malah mbok tilang? Ngawur, jan ngawur…. Ini bisa panjang , bisa sampai menteri!” derai komisaris. Saat itu kepala polisi dijabat oleh Menteri Kepolisian Negara.

Brigadir Royadin pasrah , apapun yang dia lakukan dasarnya adalah posisinya sebagai polisi, yang disumpah untuk menegakkan peraturan pada siapa saja. Memang koppeg (keras kepala) kedengarannya.

Kepala Polisi Pekalongan berusaha mencari tahu dimana gerangan Sinuwun Sultan HB IX, masih di Tegal-kah atau sudah ditempat lain? Tujuannya cuma satu , mengembalikan rebuwes. Namun, tidak seperti saat ini yang demikian mudahnya bertukar kabar, keberadaa Sinuwun Sultan HB IX tak kunjung diketahui hingga beberapa hari.

Pada akhirnya Kepala Polisi Pekalongan mengutus beberapa petugas ke Yogyakarta untuk mengembalikan rebuwes tanpa mengikutsertakan Brigadir Royadin.

Usai mendapat marah, Brigadir Royadin bertugas seperti biasa. Satu minggu setelah kejadian penilangan, banyak teman-temannya yang mentertawakan. Bahkan ada isu yang ia dengar dirinya akan dimutasi ke pinggiran kota Pekalongan Selatan.

Suatu sore, saat belum habis jam dinas, seorang kurir datang menghampirinya di Persimpangan Soko yang memintanya untuk segera kembali ke kantor. Sesampai di kantor, beberapa polisi menggiringnya ke ruang Komisaris yang saat itu tengah menggengam selembar surat.

“Royadin, minggu depan kamu diminta pindah!” lemas tubuh Royadin. Ia membayangkan harus menempuh jalan menanjak dipinggir kota Pekalongan setiap hari, karena mutasi ini. Karena ketegasan sikapnya di Persimpangan Soko.

“Siap, Pak..,” Royadin menjawab datar.

“Bersama keluargamu semua, dibawa!”

Pernyataan Komisaris mengejutkan Royadin, untuk apa bawa keluarga ke tepi Pekalongan Selatan. Ini hanya merepotkan diri saja.

“Saya sanggup setiap hari pakai sepeda, Pak Komandan. Semua keluarga biar tetap di rumah sekarang,” Brigadir Royadin menawar.

“Ngawur! Kamu sanggup bersepeda Pekalongan–Jogja? Pindahmu itu ke Jogja, bukan disini. Sinuwun Sultan HB IX yang minta kamu pindah tugas kesana. Pangkatmu mau dinaikkan satu tingkat!” cetus Pak Komisaris, disodorkan surat yang ada digengamannya kepada Brigadir Royadin.

Surat itu berisi permintaan bertuliskan tangan yang intinya, “Mohon dipindahkan Brigadir Royadin ke Jogja sebagai polisi yang tegas. Saya selaku pemimpin Jogjakarta akan menempatkannya di wilayah Jogjakarta bersama keluarganya dengan meminta kepolisian untuk menaikkan pangkatnya satu tingkat.” Ditandatangani Sri Sultan Hamengku Buwono IX.

Tangan Brigadir Royadin bergetar, namun ia segera menemukan jawabannya. Ia tak sanggup menolak permntaan orang besar seperti Sultan HB IX. Namun, dia juga harus mempertimbangkan seluruh hidupnya di Kota Pekalongan. Ia cinta Pekalongan dan tak ingin meninggalkan kota ini.

“Mohon Bapak sampaikan ke Sinuwun, saya berterima kasih, saya tidak bisa pindah dari Pekalongan. Ini tanah kelahiran saya, rumah saya. Sampaikan hormat saya pada beliau, dan sampaikan permintaan maaf saya pada beliau atas kelancangan saya…,” Brigadir Royadin bergetar, ia tak memahami betapa luasnya hati Sinuwun Sultan HB IX. Amarah hanya diperolehnya dari Sang Komisaris, namun penghargaan tinggi justru datang dari orang yang menjadi korban ketegasannya.

July 2010, saat saya mendengar kepergian Purnawirawan Polisi Royadin kepada Sang Khaliq dari keluarga di Pekalongan , saya tak memilki waktu cukup untuk menghantar kepergiannya. Suaranya yang lirih saat mendekati akhir hayat masih saja mengiangkan cerita kebanggaannya ini pada semua sanak famili yang berkumpul. Ia pergi meninggalkan kesederhanaan perilaku dan prinsip kepada keturunannya, sekaligus kepada saya selaku keponakannya. Idealismenya di kepolisian Pekalongan tetap ia jaga sampai akhir masa baktinya. Pangkatnya tak banyak bergeser, terbelenggu idealisme yang selalu dipegangnya erat erat yaitu ketegasan dan kejujuran .

Hormat amat sangat kepadamu Pak Royadin, Sang Polisi sejati. Dan juga kepada pahlawan bangsa. Sultan Hamengku Buwono IX yang keluasan hatinya melebihi wilayah negeri ini, dari Sabang sampai Merauke.



Aryadi Noersaid

Depok, 25 Juni 2011

dinukil dari blog jogjakini

Merasa Lebih Baik Dari Yang Lain

0
Diposting oleh cahAngon , in ,
Pesan ini aku sampaikan dari kedalaman hati, dari bilik-bilik kontemplasi. Cobalah tengok ke dalam hati, adakah tersimpan perasaan kebanggaan? Adakah terselip kebesaran perasaan karena mencapai keberhasilan? Bangga itu wajar, manusiawi. Tapi, hati-hati dengan perasaan yang satu ini.

Dalam kehidupan dakwah, sisi-sisi perasaan kemanusiaan selalu hadir membersamai para aktivis. Di antaranya adalah perasaan bangga yang menyelinap muncul tatkala menghadapai suatu situasi positif yang sesuai harapan atau bahkan sangat diharapkan. Misalnya seorang aktivis mampu menyelesaikan tugas-tugas dakwah dengan sukses, atau telah melaksanakan program kerja kelembagaan dengan tingkat keberhasilan di atas sembilan puluh persen, atau mendapatkan apresiasi lebih dari para pemimpin lembaga dakwah. Banyak hal yang bisa memunculkan perasaan bangga di hati para aktivis.

Perasaan bangga ini tentu saja sangat manusiawi, mengingat karakter kemanusiaan yang menghajatkan pengakuan akan keberhasilan yang telah diraih, atau prestasi yang telah dicapai, atau target yang telah terlampaui, atau kenyamanan kondisi yang dinikmati. Akan tetapi yang harus diperhatikan adalah, jangan sampai perasaan bangga yang dirasakan menyebabkan memandang remeh orang lain, atau menganggap tidak ada bandingannya dengan pihak lain. Apalagi apabila sampai menyebabkan perasaan angkuh, karena menganggap bahwa semua kebrhasilan itu adalah karena kehebatan dirinya. “Saya memang luar biasa. Kalau tidak ada saya, tentulah kondisinya tidak bisa sebaik ini”, ungkapan ini sangat mungkin benar sesuai kenyataan. Akan tetapi bisa menjadi negatif apabila berkembang menjadi perasaan takjub dan membesar-besarkan peran dirinya dengan mengabaikan peran atau keterlibatan pihak-pihak lain. Kondisi ini bisa disebut angkuh atau sombong, padahal bangga tidak sama dengan sombong dan angkuh.

Untuk itulah Nabi saw sangat memperhatikan, agar kebanggaan tidak berkembang menjadi kesombongan atau keangkuhan. Perhatikan pengakuan Amr bin Ash ra ini :

“Rasulullah menghadapkan wajah dan pembicaraan kepadaku, sehingga aku menduga bahwa aku adalah sebaik-baik kaum (manusia). Lalu aku bertanya, “Ya Rasulullah, apakah aku atau Abu Bakar yang lebih baik ?” Jawab Rasul, “Abu Bakar !” Aku bertanya lagi, “Ya Rasulullah, apakah aku atau Umar yang lebih baik ?’ Jawab Rasul, “’Umar !” Lalu aku bertanya, “Ya Rasulullah, apakah aku atau ‘Utsman yang lebih baik ?” Beliau menjawab, “’Utsman !” Mungkin bila aku tak bertanya kepada Rasulullah beliau akan membenarkan aku. Maka timbullah (penyesalan dalam hatiku), seharusnya aku tak bertanya lagi kepadanya” (Riwayat Tirmidzi).

Semua sahabat tahu, bahkan Rasulullah juga tahu bahwa Amr bin Ash adalah seorang prajurit Islam yang tangguh. Kesetiaan dan loyalitasnya telah teruji di berbagai medan penugasan. Namun Rasulullah tak ingin ada kesombongan yang dapat muncul di dalam hati Amr bin Ash, sehingga pertanyaan yang ditujukan kepada beliau telah dijawab secara tegas, dan menutup peluang ke arah ”penyimpangan perasaan”.

Bukankah Rasulullah sebenarnya bisa menjawab, bahwa beliau mencintainya lebih dari yang lain ? Seandainya Rasul saw mengatakan Amr bin Ash lebih baik dari Abu Bakar, hal itu tak akan mengurangi kemuliaan dan kewibawaan Abu Bakar di hadapan para sahabat yang lain. Demikian pula jika Nabi saw mengatakan Amr bin Ash lebih baik dari Umar, sekali-kali keutamaan Umar tak akan pudar di hadapan sahabat lainnya. Namun perasaan apakah yang sekiranya muncul pada diri Amr bin Ash, jika jawaban beliau seperti itu?

Jika Anda mengalami peristiwa getir dalam organisasi dakwah, bagaimanakah kiranya perasaan Anda? Qiyadah yang diharapkan memberikan apresiasi atas keberhasilan anda dalam menunaikan amanah dakwah, ternyata tidak seperti yang Anda harapkan. Bagaimana pula seandainya kondisinya lebih buruk dari itu? Anda telah bekerja keras tanpa kenal lelah di medan dakwah, alih-alih mendapat pujian, ternyata yang anda jumpai justru kritikan dan cemoohan. Atau, bahkan anda divonis sebagai bersalah…..

Anda merasa bangga telah menyelesaikan aktivitas sesuai program, target terpenuhi seratus persen. Berharap pimpinan Anda memberikan tahniah, menjabat erat tangan anda bahkan memeluk, sambil menepuk-nepuk bahu dan mengatakan, ”Luar biasa prestasi kerjamu. Kamu layak menjadi juara!” Lalu sang pemimpin menyampaikan di forum, menyebut nama dan keberhasilan Anda, dan tepuk tanganpun bergemuruh di seluruh ruangan memberikan aplaus kepada Anda……

Ternyata tidak seperti itu kejadiannya. Pemimpin Anda tidak menjabat tangan Anda, bahkan tidak membaca laporan dan progress yang telahAnda susun berpayah-payah. Pemimpin Anda bahkan tidak tahu kalau pencapaian target bidang Anda seratus persen. Di forum, pemimpin Anda bahkan menyebut nama orang lain yang Anda tahu dia tidak berhasil mencapai target. Di depan forum, pemimpin Anda justru melontarkan kritik kepada bidang Anda yang dianggap kurang mampu bersinergi dengan bidang lain. Sisi kekurangan Anda diungkap, tanpa menyebut sedikitpun keberhasilan Anda. Padahal Anda merasa sangat berhasil.

Bagaimana perasaan Anda saat mengalami peristiwa itu ? Tidak, Anda tidak harus mengalaminya…….

Dalam hal jenjang pengkaderan, dijumpai adanya kenaikan level kader seiring lamanya interaksi, prestasi dan kontribusi yang dimiliki setiap kader dalam dakwah. Ada kalanya kita merasa lebih baik –astaghfirullahal ’azhim—dari orang lain yang ternyata jenjang kekaderannya lebih tinggi. Kita merasa tertinggal dari segi jenjang atau level, padahal jika dibandingkan, rasanya kita tidak kalah dibanding orang lain yang level kekaderannya lebih tinggi daripada kita.

Lebih-lebih lagi jika kita menyaksikan ada kader yang baru saja bergabung, namun posisi kekaderan dan amanahnya demikian melejit meninggalkan kita. Terkadang muncul kecemburuan dan sejumlah pertanyaan. Mengapa dia demikian cepat meningkat jenjang kekaderannya ? Mengapa ia sedemikian cepat mendapatkan amanah dakwah yang berada dalam posisi hebat? Kadang kita merasa tersisihkan, atau bahkan disisihkan.

”Masak kader kayak begitu sudah naik jenjang? Saya yang sudah lama terlibat tidak naik-naik jenjang….”

”Aneh banget ada kader seperti itu di jenjang yang tinggi… Siapa sih yang menilai dan menaikkan jenjangnya ?”

”Lucu rasanya organisasi ini. Orang kayak begitu dapat posisi strategis. Apa kelebihannya? Kinerjanya sangat payah, jauh di bawah saya…..”

Bolak-balik kita bertanya: Siapa sebenarnya yang lebih baik?

Benar-benar ini ujian dalam perjalanan jenjang pengkaderan. Apakah perasaan ini juga yang dialami oleh masyarakat Bani Israil, saat harus menerima realitas Thalut menjadi pemimpin mereka? Coba perhatikan kisahnya.

“Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil sesudah Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka: “Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah.” Nabi mereka menjawab: “Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang.” Mereka menjawab: “Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari anak-anak kami?” Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, merekapun berpaling, kecuali beberapa saja di antara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui siapa orang-orang yang zalim” (Al Baqarah: 246).

“Nabi mereka mengatakan kepada mereka: “Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu.” Mereka menjawab: “Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?” Nabi (mereka) berkata: “Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.” Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui” (Al Baqarah: 247).

Bukankah pemuka Bani Israil sendiri yang meminta agar diutus seseorang untuk menjadi pemimpin mereka ? Setelah yang ditunjuk menjadi pemimpin adalah Thalut, ternyata mereka tidak bisa menerima. “Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?”

Jika organisasi dakwah dipimpin oleh seseorang yang –menurut ukuran kita—tidak memiliki kelebihan apapun dibanding kita, apakah cukup tersedia ruangan dalam diri kita untuk mendengar dan taat kepadanya? “Bagaimana ia memerintah kami, padahal kami lebih berhak memimpin daripadanya, sedang diapun tidak memiliki kelebihan yang berarti ?”

Saya doktor, alumnus luar negeri, bagaimana bisa dipimpin seorang anak lulusan SMA dalam negeri? Saya ustadz, memiliki kafa’ah syar’i, berpendidikan tinggi, mengapa harus dipimpin oleh seorang awam yang kemarin sore baru belajar mengaji? Saya keturunan bangsawan, ningrat, berdarah biru, bagaimana akan dipimpin oleh kader yang orang biasa saja ?

Maka, kitapun mempertanyakan keputusan syura… “Masak, musyawarah menghasilkan keputusan yang sangat naif seperti ini ? Bagaimana kita bisa taat ?”

Bolak-balik kita bertanya, “Siapa sebenarnya yang lebih baik?”

Nastaghfirullahal ‘azhim, wa natubu ilaih.

http://www.fimadani.com/merasa-lebih-baik-dari-yang-lain/

Wafat

0
Diposting oleh maz pato on 26 Desember 2011
Wafat

Syam. Wilayah ini tampaknya mempunyai tempat yang khusus di hati Rasulullah. Sewaktu kecil, ia pernah dibawa pamannya --Abu Thalib-untuk berdagang ke daerah tersebut. Di waktu muda, ia pernah pergi ke sana untuk menjadi manajer misi dagang milik Khadijah. Setelah menjadi Rasul, ia juga pernah memimpin ekspedisi militer terbesar yang mengarah ke Syam, yakni ekspedisi Tabuk. Kini terpikir kembali oleh Rasul untuk kembali mengirim ekspedisi ke Palestina dan Syam.
Para sahabat pilihan telah ditunjuk Rasul. Ia juga telah mengangkat Usama putra Zaid bin Haritha --anak angkat Rasul yang gugur di pertempuran Mu'ta-untuk menjadi komandan. Sebuah keputusan kontroversial masa itu, karena Usama belum berusia 20 tahun.
Seluruh perlengkapan sudah disiapkan. Kuda-kuda telah siap dipacu. Tiba-tiba Rasulullah jatuh sakit. Terkisahkan bahwa dalam sakitnya, Rasul sulit untuk tidur. Tengah malam, ia lalu keluar rumah dengn ditemani oleh pembantunya, Abu Muwayba. Rasul -menurut kisah ini-pergi ke Baqi' Gharqad, pemakaman muslim di Madinah. Di sana Rasul berdoa untuk orang-orang yang telah wafat, dan seperti berbicara pada para ahli kubur.
Demam Rasul semakin hari semakin bertambah. Namun ia mencoba tetap melakukan aktivitas biasa. Beberapa kisah menyebut bahwa Rasul masih bercanda dengan istrinya, Aisyah, di saat sakit. Namun suatu hari, ketika Muhammad di rumah Maimunah, serangan demam menguat. Muhammad tak dapat berbuat apapun selain berbaring. Ia kemudian dipindahkan ke tempat Aisyah.
Dikisahkan pula bahwa begitu hebat serangan demam itu sehingga Muhammad merasa seperti terbakar. Hal ini menunjukkan bahwa Muhammad -meskipun dipilih Allah menjadi Rasul-Nya-tetaplah seorang manusia biasa. Ia punya perasaan sedih dan gembira sebagaimana manusia biasa. Ia juga merasakan sakit secara normal. Untuk mengurangi rasa panas itu, Muhammad minta disiram dengan "tujuh kirbat" air dari berbagai sumur. "Cukup, cukup...!" katanya.
Rasul merasa sedikit ringan. Ia mengenakan pakaiannya kembali, mengikat kepala, lalu pergi ke masjid. Di atas mimbar, Muhammad mengucap banyak puji syukur kepada Allah, mendoakan para sahabat yang gugur di Uhud, juga banyak lagi memanjatkan doa yang lain. Saat itu pula, Muhammad menegaskan agar semua mendukung Usama untuk melaksanakan misi yang telah direncanakan. "Dia sudah pantas memimpin seperti ayahnya dulu juga pantas memimpin."
Rasul juga mengatakan bahwa "Seorang hamba Allah oleh Tuhan telah disuruh memilih antara di dunia ini atau di sisi-Nya, maka ia memilih di sisi Tuhan." Muhammad lalu terdiam. Ia tidak menyebut siapa hamba yang diminta Tuhan untuk memilih itu. Hadirin pun terdiam. Sejenak suasana masjid menjadi senyap. Baru kemudian Abu Bakar memecah keheningan dengan tekadnya untuk menebus jiwa Muhammad dengan jiwa kami dan anak-anak kami. Abu Bakar tahu, yang dimaksud "hamba Allah" oleh Muhammad adalah Muhammad sendiri.
"Sabarlah, Abu Bakar," hibur Muhammad. Dengan bersusah payah ia lalu meninggalkan masjid. Namun, sebelum pulang, ia sempat berpesan agar kaum Muhajirin terus menjaga Anshar.
Usama dan pasukannya masih menunggu di Madinah. Keadaan Rasul semakin parah. Untuk menjadi imam masjid, Muhammad minta agar orang-orang menghubungi Abu Bakar. Aisyah -putri Abu Bakar-protes karena suara ayahnya terlalu pelan untuk menjadi imam, dan sering menangis saat membaca ayat-ayat Quran. Namun Rasul tetap minta agar Abu Bakar yang menjadi imam. Ketika terdengar suara Umar yang keras mengimami salat di masjid, Rasul berkata: "Mana Abu Bakar?" Belakangan, banyak orang percaya, bahwa kejadian tersebut adalah isyarat Rasul agar kaum Muslimin memilih Abu Bakar sebagai penggantinya kelak.
Begitu parah keadaan Muhammad. Ia sempat pingsan beberapa lama. Rasul juga minta istrinya agar menyedekahkan uang miliknya yang cuma tujuh dinar. Ia tak ingin meninggal dengan masih memiliki kekayaan -betapapun sedikit-- di tangan.
Demam Rasul tampak mereda. Dengan kepala diikat, dan ditopang oleh Ali bin Abu Thalib dan Fadzil bin Abbas, Rasul ke masjid. Abu Bakar yang tengah menjadi imam menyisih untuk memberi tempat pada Muhammad. Namun Muhammad mendorong Abu Bakar untuk terus menjadi imam. Ia salat sambil duduk di sebelah kanan Abu Bakar.
Orang-orang gembira. Muhammad telah menunjukkan tanda-tanda sembuh. Usama segera pamit pada Rasul untuk melaksanakan ekspedisinya. Namun, kemudian, hari itu tiba. Di musim panas, yang diperkirakan tanggal 8 Juni 632, Rasulullah wafat di pangkuan Aisyah. Diriwayatkan, hari itu Muhammad meminta diambilkan air dingin. Ia mengusap wajah dengan air itu, lalu bersiwak. Menurut Aisyah, Rasul sempat berdoa untuk dimudahkan dalam menghadapi sakaratul maut. Kemudian tubuhnya terasa memberat.
Kini pemimpin, sahabat, bahkan kekasih seluruh umat Islam itu menghadap-Nya. Umat terguncang. Umar sempat mengancam akan memotong kaki siapapun yang mengatakan Muhammad meninggal. Namun Abu Bakar mengingatkan semua dengan membacakan ayat Quran, Surat Ali Imran ayat 144: "Muhammad hanyalah Rasul sebagaimana para rasul sebelumnya. Bila ia wafat atau terbunuh, apakah kamu akan berbalik ke belakang?......"
Dua puluh tiga tahun Muhammad menjadi Rasul. Di Madinah, selama 10 tahun -setara dengan dua kali masa jabatan presiden sekarang-Muhammad menjadi pemimpin bangsa. Muhammad pun wafat dengan meninggalkan "keteladanan yang sempurna" untuk menjalani kehidupan. Selebihnya, ia menyerahkan pada setiap muslim -yang seluruhnya telah dibekali Allah dengan nurani dan akal-untuk mengadaptasi keteladanan itu sesuai dengan masa dan situasi yang berbeda-beda.

Umrah Pertama

0
Diposting oleh maz pato
Umrah Pertama

Sungguh itu bukan pemandangan lazim. Hari itu, kaum Qurais berbondong-bondong meninggalkan Mekah. Tua, muda dan anak-anak, laki-laki maupun perempuan, tanpa kecuali. Orang-orang itu mendaki bukit-bukit di sekitar Mekah. Perhatian mereka tertuju pada kepulan debu yang membubung dari arah utara.
Ya, dari utara -dari arah Madinah-sekitar 2000 orang tengah mendekati Mekah. Mereka adalah rombongan Rasulullah. Setahun sebelumnya, dalam jumlah yang lebih kecil, mereka telah mencoba memasuki Mekah untuk ziarah. Perjalanan itu tertahan di Hudaibiya -tempat kedua pihak meneken perjanjian. Dalam perjanjian itu, Muhammad dan rombongan baru boleh datang ke Mekah setahun kemudian. Jika saat itu tiba, kaum Qurais akan menyingkir sementara dari Mekah.
Setahun telah berlalu. Pada bulan suci ini, Muhammad benar-benar datang bersama umat Islam lainnya. Mereka semua larut dalam seruan "labbaika, labbaika" yang tak putus-putusnya membahana. Sudah sekitar tujuh tahun meninggalkan kota tempat ka'bah itu berada. Kini "rumah Allah" tersebut telah berada di hadapannya.
Muhammad menyelempangkan jubah ke pundak kirinya. Dibiarkannya pundak dan lengan kanannya terbuka. Saat itu pula, ia berdoa "Allahumarham, amra-a arahumulyauma min nafsihi quwwata." (Ya Allah, berikan rahmat kepada orang yang hari ini telah memperlihatkan kemampuan dirinya").
Ia lalu melangkah menyentuh hajar aswad di sudut ka'bah, lalu berlari kecil hingga Rukun Yamani atau sudut selatan yang merupakan sudut ketiga, dan kemudian berjalan kembali untuk menyentuh hajar aswad. Hal demikian dilakukannya tiga kali. Selebihnya Muhammad mengelilingi ka'bah dengan arah yang berlawanan dengan putaran jarum jam itu dengan berjalan kaki. Ribuan umat Islam mengikuti setiap gerakan Muhammad. Sebuah pemandangan yang mempesona orang-orang Qurais yang menyaksikan dari lereng-lereng bukit.
Abdullah bin Rawaha tidak dapat menahan diri untuk larut dalam suasana tersebut. Ia nyaris meneriakkan tantangan perang pada Qurais. Namun Umar bin Khattab mencegahnya. Sebagai pelampiasannya, Umar menyarankan Abdullah untuk meneriakkan kata yang sekarang cukup dikenal oleh masyarakat Islam: "La ilaha illallah wahdah, wanashara abdah, wa'a'azza jundah, wakhadalal ahzaba wahdah". ("Tiada Tuhan selain Allah Yang Esa, yang menolong hamba-Nya, memperkuat tentara-Nya dan menghancurkan sendiri musuh yang bersekutu.")
Abdullah terus mengulang-ulang kalimat tersebut yang diikuti hampir seluruh umat Islam. Kata-kata itu terus bergema, menghunjam hati-hati orang Qurais yang hanya dapat menyaksikan dari jauh.
Usai mengelilingi ka'bah, Muhammad yang mengendarai kendaraannya, menuju bukit Shafa. Dari sana Rasul bergerak ke bukit Marwa, dan kembali ke bukit Shafa lagi hingga tujuh kali perjalanan. Perjalanan yang sekarang disebut sa'i ini diyakini sebagai upaya menapaktilasi perjuangan keluarga Nabi Ibrahim, khususnya Siti Hadjar, saat membangun baitullah, berabad-abad sebelumnya. Usai perjalanan tersebut, sesuai tradisi orang-orang Arab masa itu, Muhammad pun bercukur rambut, kemudian memotong kurban.
Esok harinya, Muhammad memasuki ka'bah dan terus berada di sana sampai tiba salat dzuhur. Sebagaimana di Madinah, Bilal bin Rabah, kemudian naik ke atap bangunan untuk mengumandangkan azan. Rasul pun menjadi imam salat berjamaah di sana, di antara patung-patung yang masih banyak terdapat di sekitar ka'bah.
Muhammad tinggal di Mekah selama tiga hari. Setelah itu, ia dan rombongan kembali ke Madinah. Ada dua keuntungan yang diperolehnya dalam perjalanan kali ini. Ia dan rombongan bukan saja dapat menunaikan ibadah umrah -yang sering disebut pula sebagai Umrah Pengganti (Umratul Qadha), ia juga berhasil merebut hati tokoh-tokoh penting Qurais.
Saat Muhammad di perjalanan menuju Madinah itu, Khalid bin Walid mengejarnya dan menyatakan diri masuk Islam. Khalid adalah seorang muda yang menjadi komandan paling cerdik pasukan Qurais. Kelak ia banyak berperan dalam sejumlah ekspedisi militer kalangan Islam. Setelah Khalid, Amr bin Ash serta Ustman anak Talha yang menjadi penjaga ka'bah, menyusul masuk Islam. Setelah Rasul wafat, Amr banyak menimbulkan persoalan terutama menyangkut perselisihannya dengan Ali bin Abu Thalib.
Umrah ditunaikan. Kota Mekah tinggal sesaat lagi untuk sepenuhnya berada dalam kendali Rasulullah.n

Tragedi Uhud (5 Hijriah)

0
Diposting oleh maz pato
Tragedi Uhud (5 Hijriah)

Muhammad terus bekerja keras untuk menata masyarakat. Kehidupan umat Islam di Madinah semakin baik. Setelah menang di Perang Badar, mereka makin disegani kabilah-kabilah Arab. Perdagangan maupun pertanian berjalan lancar. Rongrongan Yahudi, untuk sementara, telah diatasi. Hal itu memudahkan Rasul untuk menyeru masyarakat untuk berperilaku lebih baik. Seruan yang bergema sampai sekarang, bahkan masa mendatang.
Suasana damai tersebut bukan tanpa ancaman. Di Mekah, kaum Qurais menggalang kekuatan besar. Bagi mereka, kuatnya muslim adalah duri yang harus disingkirkan. Apalagi, Madinah berada di tengah jalur perdagangan Mekah-Syam. Maka, Abu Sofyan menggalang kekuatan 3000 orang, termasuk 100 orang asal Thaqif. Sekitar 700 orang diantarany mengenakan baju besi, dan 200 orang pasukan berkuda. Sebanyak 3000 unta mendukung serangan itu.
Muhammad dan masyarakat Muslim tak tahu rencana itu. Sampai kemudian Muhammad menerima surat dari pamannya yang masih kafir, Abbas bin Abdul Muthalib, yang membocorkan rencana tersebut. Orang dari Ghifar yang menjadi kurir Abbas menemui Muhammad di Masjid Quba. Ubay bin Ka'b diminta Muhammad membaca surat itu. Mereka kemudian kembali Madinah, membahas ancaman Qurais. Anas dan Mu'nis anak Fudzala yang diminta menyelidiki keadaan, melaporkan bahwa musuh telah berada di sekitar Uhud, pinggiran kota Madinah.
Perdebatan berlangsung. Muhammad cenderung untuk bertahan di Madinah. Demikian pula para orang-orang tua asli Madinah, apalagi orang-orang Yahudi. Namun para anak muda --terutama yang belum ikut Perang Badar-mendesak agar mereka menyongsong musuh. Suara terbanyak menghendaki itu. Rasul pun mengalah pada keinginan demokratis tersebut.
Hari itu hari Jumat. Muhammad mengimami salat Jumat, kemudian kembali ke kamarnya. Abu Bakar dan Umar menyusul masuk, membantu Muhammad mengenakan sorban dan baju besinya. Rasulullah saat itu berusia sekitar 58 tahun. Ia memimpin sendiri pasukannya yang berkekuatan 700-an orang. Mereka segera menuju bukit Uhud. Sebanyak 50 orang ditugasi Muhammad untuk menjadi pemanah. Mereka harus menempati posisi di lereng bukit, tanpa boleh pergi, kecuali diperintahkan Muhammad.
Kaum Yahudi juga telah menyiapkan pasukan. Muhammad melarang pasukannya, "minta pertolongan orang musrik untuk melawan orang musrik." Benar, pasukan Yahudi -yang semestinya juga harus ikut mempertahankan Madinah-membubarkan diri.
Malam itu, mereka bersiaga di lereng-lereng Uhud. Rasul pun menyerahkan pedangnya pada Abu Dujana. Pagi hari tanggal 15 Syawal, tahun kelima Hijriah, darah mulai tumpah setelah Ali berduel dengan komandan pasukan Qurais, Talha anak Abu Talha. Talha tewas seketika. Selanjutnya, Ali, Hamzah dan Abu Dudjana terus berkelebat tak tertahankan. Pedang Rasul menghantam orang-orang Qurais. Bahkan sudah di atas kepala Hindun, namun Abu Dudjana mengurungkan. Ia mengaku tak tega membunuh perempuan, meskipun perempuan itulah yang telah mengobarkan perang.
Hindun memimpin barisan perempuan yang membawa tambur dan bersorak-sorai menyemangati kaum Qurais. Mereka meneriakkan syair-syarir. Antara lain, yang dikutip Haekal, "Kamu maju, kami peluk dan kami hamparkan kasur yang empuk; atau kamu mundur kita berpisah. Berpisah tanpa cinta."
Keputusan Abu Dudjana keliru. Hindun ternyata mengorganisasikan para budak, termasuk Wahsyi -budaknya asal Ethiopia. Bila berhasil membunuh Hamzah yang telah menewaskan ayah Hindun di Perang Badar, mereka akan dimerdekakan dari perbudakan. Wahsyi berhasil menghunjamkan tombaknya menembus perut bagian bawah. Tombak terus menancap sampai paman Nabi itu wafat. Konon, Hindun kemudian membelah dada Hamzah dan memakan jantung korban.
Bayang-bayang Perang Badar seperti kembali terlihat, pagi itu. Kaum Qurais mulai kalang-kabut meninggalkan arena. Orang-orang Islam mengejar-kejar mereka. Namun kemudian mereka tergoda oleh harta jarahan. Mereka segera berebut harta yang ditinggalkan orang-orang Qurais. Para pemanah di puncak-puncak bukit pun berlarian mengejar barang jarahan. Abdullah bin Juzair mengingatkan mereka untuk tidak meninggalkan pos, namun mereka tak peduli.
Di saat demikian, pasukan berkuda Qurais pimpinan Khalid bin Walid memutar bukit melakukan serangan balik. Pasukan muslim yang tak lagi bersiaga kocar-kacir. Korban berjatuhan. Muhammad terdesak hingga mundur ke puncak bukit. Ia sempat terperosok ke dalam lubang jebakan, namun diselamatkan Ali serta Talha anak Ubaidillah. Tokoh Qurais, Uthba bin Abi Waqas, melemparkan batu ke muka Muhammad. Dua keping lingkaran topi baja terputus dan menyobek pipi serta bibir Muhammad. Wajah Sang Rasul pun berdarah-darah.
Panah terus menghujani Muhammad. Namun Abu Dudjana menggunakan punggungnya sebagai perisai untuk melindungi Rasul itu. Saad bin Abi Waqas membalas serangan panah tersebut. Muhammad ikut menyiapkan anak panah bagi Saad. Tak lama setelah itu, kabar kematian Muhammad pun menyebar. Kaum Qurais bersorak-sorai. Dalam keadaan letih mereka pun meninggalkan Uhud untuk kembali ke Mekah. Abu Bakar dan Umar -yang tak mengetahui keberadaan Muhammad-tertunduk lesu. Anas bin Nadzr, yang juga menyangka Rasul meninggal, kemudian mengamuk. Ia menyerang Qurais habis-habisan sampai tubuhnya hancur nyaris tanpa dapat dikenali lagi.
Namun, masih ada satu dua Qurais yang memburu Muhammad. Ubay bin Khalaf berhasil menemukan tempat istirahat Muhammad. Ubay belum sempat mengayunkan pedang tatkala Muhammad berhasil menyambar tombak Harith anak Shimma, dan menghunjamkannya. Ali kemudian membasuh muka Muhammad yang berdarah-darah. Abu Ubaida mencabut pecahan besi yang menembus wajah Muhammad, sehingga dua gigi Rasul itu tanggal.
Mereka semua kemudian salat dzuhur berjamaah sambil duduk. Rasulullah menjadi imamnya. Senja hari, mereka tertatih-tatih menuruni bukit, menghampiri satu demi satu kaum Muslimin yang menjadi korban, lalu memakamkan mereka. 70 orang telah syahid.
Muhammad dan pasukannya kembali ke kota Medinah dengan suasana pilu. Kaum Yahudi menyaksikan mereka dari balik jendela rumah masing-masing. Senyum mengembang di bibir para Yahudi itu. Namun, mereka keliru bila menyangka semangat Muslimin telah runtuh. Esok paginya, Rasul mengerahkan pasukan mengejar pasukan Qurais. Mereka menunggu tiga hari dan menyalakan api unggun sekiranya kaum Qurais berani bertempur. Abu Sofyan, yang telah letih berperang, memerintahkan pasukannya untuk terus pulang ke Mekah.n

Tahun-tahun Terakhir

0
Diposting oleh maz pato
Tahun-tahun Terakhir

Tak ada perang di Tabuk. Darah tidak ditumpahkan. Namun ekspedisi itu telah meninggalkan kesan mendalam di seluruh jazirah Arab. Keengganan Romawi untuk menghadapi tentara Muslim menjadikan pasukan Muhammad sebagai satu-satunya kekuatan nyata di jazirah itu. "Romawi telah mengalahkan Persia. Mereka telah merebut kembali Salib Besar dan membawanya balik ke Yerusalem. Tapi Romawi takut pada tentara Muhammad." Demikian yang ada di benak kabilah-kabilah.
Maka, setelah ekspedisi Tabuk, kabilah demi kabilah berdatangan ke Madinah. Mereka menjumpai Muhammad buat mengucapkan dua kalimat syahadat. Demikian juga tokoh-tokoh perorangan. Di antaranya adalah Urwa bin Mas'ud, tokoh masyarakat Thaqif. Ketika masyarakatnya bertempur di Hunain dan Ta'if melawan pasukan Rasul, Urwa sedang berada di Yaman. Ia menyesali sikap masyarakatnya yang menolak Islam. Maka, sepulang dari Yaman, Urwa segera menemui Rasul.
Usai itu, Urwa pamit untuk pulang ke Ta'if. Ia berjanji akan membawa masyarakatnya untuk mengikuti jalan Allah. Rasul sempat mengingatkan Urwa agar berhati-hati lantaran masyarakat Thaqif sangat fanatik pada berhala yang diberi nama Lath. Rasul benar. Urwa mengajak masyarakatnya untuk salat, namun mereka malah membalasnya dengan menghujani anak panah. Urwa wafat.
Menjelang menghembuskan nafas terakhirnya, Urwa sempat berkata: "Kehormatan telah diberikan Tuhan kepadaku, Kesaksian Tuhan telah dilimpahkan kepadaku. Yang kualami ini sama dengan yang dialami para syhada yang berjuang di samping Rasulullah saw sebelum meninggalkan kita." Pembunuhan terhadap Urwa justru meresahkan masyarakatnya sendiri. Mereka menjadi merasa tidak aman. Hampir seluruh kabilah di sekeliling sekarang telah mengikuti seruan Muhammad. Enam orang pemuka Thaqif kemudian menemui Muhammad dengan sangat cemas. Mereka khawatir atas balasan pihak Islam. Namun tidak. Muhammad memperlakukan mereka dengan baik.
Namun Muhammad tetap bersikap tegas terhadap tawaran yang mereka ajukan. Muhammad menolak permintaan agar orang-orang Ta'if dibolehkan untuk tidak menghancurkan patung Lath. Juga agar mereka dibebaskan dari kewajiban salat. "Sungguh tidak ada kebaikan dalam agama bila tanpa salat," kata Rasul. Satu-satunya permintaan yang dipenuhi hanyalah agar Lath dihancurkan oleh orang lain, dan bukan oleh tangan orang-orang Ta'if sendiri.
Abu Sufyan dan Mughira diminta Muhammad untuk melaksanakan tugas itu. Para pertempuan Thaqif menangis saat Lath dihancurkan. Seluruh perhiasan yang menempel pada Lath diambil, dipakai untuk membayar utang Urwa dan Aswad. Kini habislah kekuatan Arab yang memusuhi Islam.
Rasulullah terus bekerja untuk memantapkan keislaman masyarakat. Saat ibadah haji tiba, Rasul juga tidak berangkat ke Mekah. Ia justru menugasi Abu Bakar untuk memimpin 300 orang jamaah. Rombongan itu telah berangkat ketika Rasulullah minta Ali bin Abu Thalib pergi menyusul. Ketika seluruh jamaah, baik yang Islam maupun orang-orang yang masih jahiliyah yang datang dari seluruh penjuru jazirah Arab, berkumpul di Mina, Ali pun berdiri untuk pidato.
Dibacakannya ayat-ayat Qur'an surat At-Taubah, dari ayat 1 hingga 36. Pada prinsipnya, Ali menekankan empat hal. Pertama, seorang kafir tidak akan masuk surga. Kedua, setelah tahun itu "orang-orang musyrik" tidak dibolehkan menunaikan ibadah haji. Ketiga, tak boleh lagi melakukan tawaf dengan telanjang -sebuah praktek yang banyak terjadi sebelum masa Islam. Keempat, ikatan perjanjian dengan Rasulullah terus berlaku. Penegasan Rasul yang disampaikan Ali ini mengawali masa pengkhususan untuk memasuki Mekah -apalagi wilayah ka'bah-hanya untuk orang Islam.
Sementara itu, di Madinah, kabilah demi kabilah mengirimkan utusannya untuk menemui Muhammad. Tak pernah rasul menerima tamu sebanyak pada tahun-tahun terakhir. Utusan-utusan tersebut seluruhnya menyatakan bahwa kabilahnya telah menerima Islam sebagai agama yang utuh. Haekal menyebut bahwa Ibnu Sa'ad telah menulis masalah perutusan ini secara khusus dalam bukunya 'At-tabakatul Kubra'. Begitu banyaknya utusan tersebut, sehingga Ibnu Sa'ad menghabiskan 50 halaman.
Namun, pada masa itu, Islam juga menghadapi tantangan baru. Yakni semakin banyaknya orang-orang munafik. Pada tahun-tahun itu, mencuat nama Musailama. Kemana-mana ia bahkan menyatakan diri sebagai Rasul. Ia mengarang syair-syair yang didakwakannya sebagai wahyu Tuhan. Di masa sekarang, apalagi abad-abad depan, Islam akan selalu berhadapan dengan Musailama-Musailama baru yang lebih lihai yang juga menyebut diri "membawa kebenaran" .n

Surat Buat Para Raja

0
Diposting oleh maz pato
Surat Buat Para Raja


Semakin hari, keutamaan Islam semakin terlihat dengan nyata. Ajaran untuk menyembah Allah Sang Pencipta secara total -tidak dengan menduakannya pada yang lain-bukan sekadar mengharuskan manusia untuk bersujud sebagai ibadah ritual kepadanya. Lebih dari itu juga mendorong setiap pribadi untuk berperilaku baik. Islam juga merumuskan tatanan sosial yang sangat komplet dan menyeluruh.
Praktek orang-orang Arab "jahiliyah" telah ditinggalkan sama sekali pemeluk Islam. Berbohong, menipu, mencuri, merampok, membunuh (kecuali dalam perang), berjudi, "mengundi nasib", berzina, dan banyak praktek lain telah sepenuhnya dijauhi. Minum 'khamr' atau alkohol kemudian juga diharamkan. Selain dengan menumbuhkan kesadaran masing-masing, Islam mengancam hukuman neraka bagi setiap pelaku dosa. Kecuali bila pelaku dosa itu bertaubat dengan sungguh-sungguh.
Umat Islam diwajibkan untuk berkata benar, jujur, rendah hati serta santun pada sesama. Perilaku sabar, bersahaja, serta tekun selalu diharapkan dari setiap muslim. Bermegah-megahan diri, baik dalam bentuk kekayaan maupun kebanggaan keluarga, dilarang. Interaksi sosial, masalah lingkungan, pendidikan, ekonomi hingga politik dirumuskan secara rinci. Semua merupakan jalan untuk mewujudkan keadilan sosial, kecukupan serta pemerataan ekonomi, hingga keamanan dan ketertiban masyarakat.
Muhammad Rasulullah merasa bahwa pondasi tatanan keislaman tersebut telah cukup tertanam di masyarakat Madinah. Kini saatnya untuk menyebarkan ajaran tersebut keluar. Untuk itu, Muhammad berniat mengirim surat bagi para penguasa berisi ajakan memeluk Islam. Tak teriwayatkan siapa penulis surat itu. Besar kemungkinan diantara mereka adalah sekretaris Rasul, Zaid bin Tsabit. Zaid, yang juga salah satu pencatat wahyu Allah, diangkat menjadi sekretaris Rasul setelah ia diminta belajar bahasa Ibrani dan Syria. Ia menggantikan sekretaris terdahulu, seorang Yahudi yang bersama kabilahnya telah diusir keluar dari Madinah.
Surat pun disiapkan untuk dua raja besar yang tengah bermusuhan, yakni Kaisar Romawi Heraklius serta Raja Persia Kisra. Selain itu, Muhammad juga mengirim surat pada Raja Negus di Abisina atau Ethiophia sekarang; pada Gubernur Muqauqis di Mesir dan Gubernur Harith Al-Ghassani yang menguasai wilayah Palestina dan Syria; juga pada Gubernur Harith Al-Himyari di Yaman. Mesir, Palestina dan Syria saat itu tunduk di bawah kekuasaan Romawi, sedangkan Yaman di bawah kendali kerajaan Persia. Surat juga ditujukan untuk penguasa Yamama, Oman serta Bahrain.
Surat-surat itu dibuka dengan tulisan "Bismillahir-Rahmanir-Rahim" (Dengan nama Allah, Maha Pengasih, Maha Penyayang", lalu dilanjutkan dengan kalimat "Dari Muhammad hamba Allah kepada ....." Surat kemudian ditutup dengan stempel dari cincin perak bertuliskan : "Muhammad Rasulullah."
Duta-duta pengirim surat pun ditunjuk. Dihya bin Khalifa mendapat tugas untuk ke Romawi, Abdullah bin Hudhafa ke Persia, Amr bin Ummaya untuk Abisina, Hatib bin Abi Balta'a untuk Mesir, Amr bin Ash untuk Oman, Salit bin Amr untuk Yamama, Ala bin Hadrami untuk Bahrain, Syuja' bin Wahab untuk Ghassan, serta Muhajir bin Ummaya untuk Yaman. Serentak mereka pun berangkat ke tujuan masing-masing.
Heraklius kabarnya menyambut baik utusan Muhammad tersebut. Ia bahkan membalas surat tersebut dengan kata-kata yang baik. Gubernur Ghassan sempat minta izin Heraklius untuk menghukum Muhammad yang dinilainya lancang. Namun Heraklius melarang. Melihat sikap baik tersebut, sebagian kalangan malah menyangka Heraklius telah menerima ajakan Muhammad untuk masuk Islam.
Sikap sebaliknya ditunjukkan oleh Kisra yang baru kalah perang melawan Romawi. Ia dikabarkan merobek-robek surat Muhammad. Ia bahkan mengirim surat pada Gubernur Yaman agar membunuh Muhammad dan mengirimkan kepalanya ke Persia. Namun Gubernur Yaman justru memenuhi seruan Muhammad untuk masuk Islam, dan membebaskan diri dari kekuasaan Persia.
Raja Negus di Abisina juga menyambut surat Muhammad. Banyak yang menyebut Negus telah menerima ajaran Islam. Penulis sejarah Muhammad Haekal meragukan itu. Sejak lama, raja ini melindungi orang-orang Islam dari kejaran Qurais. Kini ia memenuhi permintaan Muhammad agar membantu orang-orang muslim di Abisina untuk kembali ke jazirah Arab, dan menetap di Madinah. Negus menyiapkan dua buah kapal untuk mengangkut rombongan yang dipimpin Ja'far bin Abu Thalib menyeberangi Laut Merah.
Sikap sangat baik juga ditunjukkan oleh Muqauqis. Ia mengaku sangat percaya bahwa akan ada Rasul setelah Isa. Namun ia menduga bahwa rasul itu akan muncul di Syam. Muqauqis kemudian mengirim berbagai barang dari Mesir sebagai hadiah. Juga seekor bagal serta seekor keledai dengan corak warna yang sangat unik. Ikut serta dalam rombongan dari Mesir ini adalah dua orang putri, yakni Maria dan Sirin. Maria kemudian dinikahi Rasulullah dan memberinya putra yang diberi nama Ibrahim. Sebagaimana dua anak laki-laki Muhammad lainnya, Ibrahim juga meninggal sewaktu kecil.
Surat-surat Rasulullah tersebut semakin memperkuat posisi politik umat Islam yang berpusat di Madinah. Lebih penting lagi, Islam semakin luas berkumandang. Bukan semata di jazirah Arab, namun juga mulai terdengar di benua Afrika, Eropa serta Asia.n

Siksaan Demi Siksaan

0
Diposting oleh maz pato
Siksaan Demi Siksaan

Abu Thalib enggan menyerahkan Muhammad. Ketegangan di Mekah pun kian sengit. Saad bin Abu Waqas telah dipukuli Abu Jahal dan kawan-kawan. Bilal telah dipaksa oleh tuannya, Umayah, untuk meninggalkan Islam. Ia dicambuki dan diikat telentang di tengah terik padang pasir dengan batu besar menindih perut dan dadanya.
"Ahad...ahad, (Yang Esa..Yang Esa)," desis Bilal yang enggan menyerah, sampai kemudian Abu Bakar datang membeli dan membebaskannya. Abu Bakar juga menyelamatkan budak perempuan Umar bin Khattab. Umar saat itu masih memusuhi Islam.
Muhammad tak luput dari gangguan. Abu Jahal melemparinya dengan isi perut kambing yang baru disembelih. Istri Abu Jahal, ikut melemparkan kotoran binatang ke depan rumah Muhammad. Abu Jahal terus memaki-maki dan mengganggu Muhammad. Ini didengar oleh Hamzah -paman yang juga saudara susu Muhammad. Sepulang dari berburu, ia segera menemui Abu Jahal yang berada di Ka'bah dan menghantamkan busurnya. Hamzah kemudian menemui Muhammad dan menyatakan masuk Islam. Keberadaan Hamzah -yang secara fisik dianggap jagoan-membuat gentar musuh-musuh Muhammad.
Kaum Qurais lalu minta Uthba bin Rabi'ah , seorang yang disegani di sana, membujuk Muhammad. Ia menawarkan apapun yang Muhammad hendak minta asalkan bersedia kembali pada tradisi. Muhammad menyambut Uthba' dengan membacakan surat As-Sajadah (Surat 32). Bacaan yang justru membuat Uthba' terpesona.
Gangguan terhadap pengikut Muhammad kian mengeras. Bahkan ada yang disiksa sampai meninggal meskipun tak ada riwayat yang menyebut pasti nama mereka yang telah mati syahid. Untuk melindungi pengikutnya, Muhammad menyarankan sebagian mereka pindah ke Habsyi -Mesir. Raja Najasyi (Negus) dikenal sebagai seorang Nasrani yang bijak. Sebelas laki-laki dan empat perempuan berangkat dengan berpencar. Menyangka keadaan telah aman, mereka pun pulang. Namun tekanan yang tak kunjung henti, membuat kaum muslimin kembali Hijrah ke Habsyi. Pada gelombang kedua ini, sebanyak 80 laki-laki -tanpa perempuan dan anak-anak-yang berhijrah. Mereka terus tinggal di sana sampai Muhammad hijrah ke Yatsrib atau Madinah.
Kaum Qurais Mekah mengutus Amr bin Ash dan Abdullah bin Abi Rabia menemui Raja Najasyi. Keduanya minta agar pendatang dari Mekah itu diusir. Sebelum mengambil keputusan, raja meminta orang-orang Islam menjelaskan sikapnya. Dengan penjelasan yang sangat baik, Ja'far bin Abu Thalib berhasil meyakinkan pandangannya. Ja'far juga mengutip ayat-ayat Surat Maryam yang membuat Raja Najasyi semakin percaya pada mereka. Ia berjanji akan tetap melindungi orang-orang Islam. "Antara agama Anda dan agama kami tidak lebih dari garis ini," kata Najasyi sambil menggoreskan tongkat di tanah.
Di Mekah satu peristiwa terjadi. Muhammad, Hamzah, Abu Bakar, Ali dan beberapa sahabat tengah berkumpul di rumah Arqam, dekat bukit Shafa. Umar bin Khattab -seorang temperamental dan tukang berkelahi di lingkungan Qurais- menuju ke sana. Ia menghunus pedang dan mengaku hendak membunuh Muhammad. Nu'aim bin Abdullah yang berpapasan dengan Umar mengatakan bahwa Bani Abdul Manaf akan menuntut balas bila Muhammad sampai tewas. Mengapa Umar tak mengurus keluarganya sendiri? Ketika itu, Fatimah adik Umar beserta suaminya, Said bin Zaid telah masuk Islam.
Umar lalu berbalik, dan menerjang rumah Fatimah. Ia memukul muka Said hingga berdarah. Sedangkan Fatimah tengah membaca Quran. Namun timbul rasa ibanya pada Said. Ayat-ayat Quran yang dibaca Fatimah menyentuh hatinya. Maka Umar bergegas menemui Muhammad dan mengucap "syahadat". Sejak itu, Umar bersama Hamzah menjadi pilar yang melindungi Muhammad dari musuh-musuhnya.
Muhammad terus berdakwah. Ia sering terlihat berdiskusi dengan Jabir, seorang budak Nasrani, di Marwa. Ia dituding menyebarkan ajaran yang dibawa Jabir. Atau sebagai seorang ahli retorika dan pendongeng yang lihai memukau pendengarnya. Orang-orang Qurais mencoba mengimbanginya melalui Nadzer bin Harith. Hal demikian menimbulkan rasa penasaran Tufail ad-Dausi -seorang intelektual setempat-untuk membuntuti Muhammad. Ujungnya, ia masuk Islam. Tufail tahu syair atau gubahan terbaik manusia. Ayat-ayat Quran bukan seperti itu.
Sebenarnya banyak pemuka Qurais yang tertarik mendengar ajaran yang disampaikan Muhammad. Abu Sufyan, Abu Jahal dan Akhnas bin Syariq pernah dipergoki diam-diam mendengarkan Muhammad membaca ayat-ayat Quran. Namun mereka merasa kehilangan harga diri bila mengikuti seruan Muhammad. Muhammad pun mencoba merangkul para pemuka Qurais. Di antaranya adalah dengan mendekati Walid bin Mughirah. Pada saat berbicara dengan Walid itulah terbukti bahwa Muhammad juga seorang manusia biasa seperti kita: dapat berbuat keliru.
Saat itu, seorang tuna netra Ibnu Ummu Maktum menemuinya untuk bertanya soal Islam. Muhammad yang tengah sibuk bicara dengan Walid mengabaikannya. Allah pun menegur perilaku Muhammad itu dengan Surat Abasa: "Ia masam dan membuang muka. Ketika seorang buta mendatanginya ....." Allah mengingatkan bahwa Ibnu Ummu Maktum datang dengan lebih tulus. Sedangkan Walid -menurut riwayat-adalah orang yang iri mengapa Quran tidak turun pada pemuka masyarakat sepertinya.n

Secercah Sinar di Aqabah

0
Diposting oleh maz pato
Secercah Sinar di Aqabah


Muhammad memiliki darah Yatsrib. Kakeknya, Abdul Muthalib, adalah putra perempuan Khazraj paling disegani, Salma. Di saat Muhammad dimusuhi masyarakatnya sendiri di Mekah, orang-orang Yatsrib tengah mencari figur pemimpin yang dapat menyatukan mereka. Muhammad adalah figur yang memenuhi harapan itu.
Proses pencarian pemimpin itu berlatar pada kemelut yang menimpa bangsa Arab di Yatsrib, yang terbagi atas kabilah Khazraj dan Aus. Berbeda dengan masyarakat Mekah yang cenderung kasar dan berprofesi dari pedagang hingga perampok, orang-orang Yatsrib umumnya adalah petani yang santun dan lembut hati. Namun mereka baru mengalami tragedi memilukan, yakni pertempuran antara bani Khazraj dan Aus yang berpuncak pada insiden Buth'ah.
Pada mulanya, kedua kabilah itu hidup rukun. Mereka umumnya hanya pekerja kecil. Sedangkan perekonomian dan kehidupan sosial dikendalikan Yahudi. Namun Yahudi dihancurkan kerajaan Romawi, termasuk di Yatsrib. Romawi bahkan menggunakan orang-orang Aus dan Khazraj untuk menggusur posisi Yahudi. Orang-orang Yahudi tak ingin kehilangan kendali atas kota itu. Maka mereka memprovokasi kedua kabilah tersebut sehingga perang.
Aus sempat kalah melawan Khazraj. Mereka melarikan diri ke arah Najd hingga Abu Usaid Hudzair berbalik arah dan bertekad untuk memerangi Khazraj sampai mati. Orang-orang Aus terbakar oleh semangat Abu Usaid. Mereka ganti menyerbu Khazraj. Kebun-kebun kurma dan rumah-rumah mereka bakar habis. Abu Usaid keluar masuk rumah demi rumah untuk membunuh setiap penghuninya. Abu Qais datang mencegahnya dengan mengatakan bahwa "Bertetangga dengan mereka (Khazraj) lebih baik dari bertetangga dengan rubah (Yahudi)."
Pertikaian hanya akan membuat kerusakan bersama. Itu keyakinan mereka. Kedua kabilah itu lalu bertekad membangun kehidupan baru. Beberapa orang Yatsrib telah mengenal Muhammad saat mereka berziarah, serta saat mencari persekutuan dengan Mekah. Seorang pemuda Yatsrib, Iyas bin Mu'adh, bahkan telah masuk Islam. Di saat masyarakatnya berembug mencari pemimpin itu, pemuka Yatsrib yang tengah berziarah ke Mekah bertemu dengan Muhammad. Ia, Suwaid bin Shamit, malah masuk Islam setelah Muhammad memperdengarkan ayat-ayat Quran.
Pada musim ziarah di bulan suci tahun berikutnya, 12 orang utusan warga Yatsrib pun menemui Muhammad. Mereka bertemu di bukit Aqaba pada hari Tasriq -hari setelah Idul Adha- setelah menempuh perjalanan secara sembunyi-sembunyi. Mereka kemudian berikrar yang disebut sebagai ikrar Aqaba pertama.
Isi ikrar itu adalah pernyataan untuk hanya menyembah Allah, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak, tidak mengumpat dan memfitnah baik di depan maupun belakang, tidak menolak berbuat baik. Siapa yang mematuhi semua itu akan memperoleh pahala surga, jika ada yang menyalahinya maka persoalannya diserahkan pada Tuhan. Tuhan berkuasa untuk menyiksa serta berkuasa mengampuni segala dosa.
Muhammad kemudian menugasi Mushab bin Umair ikut bersama mereka ke Yatsrib. Ia bertugas mengajarkan Islam pada warga kota itu. Mushab pula yang melaporkan pada Muhammad kesungguhan orang-orang Yatsrib untuk memeluk Islam.
Pada 622 Masehi, rombongan kedua warga Yatsrib tiba menemui Muhammad. Mereka sebanyak 73 orang laki-laki dan dua perempuan. Setelah saling mengucap janji setia, Muhammad meminta mereka memilih 12 wakil. Dua belas orang itu yang mengucap ikrar di tengah gelap malam di celah bukit Aqaba. Sebelum ikrar, warga Yatsrib sempat minta Muhammad agar mengingatkan Bara' bin Ma'rur yang dalam salatnya selalu menghadap ke Mekah, agar mengalihkannya ke arah Baitul Maqdis sebagaimana Muhammad dan yang lain.
Pertemuan Aqaba itu bocor ke telinga orang-orang Qurais. Mereka segera pergi ke sana. Namun orang-orang telah pergi, kecuali Saad bin Ubada yang masih berada di Aqaba. Saad kemudian dibawa ke Mekah dan disiksa. Ia diselamatkan Jubair bin Mut'im yang pernah ditolongnya dalam perjalanan ke Syam.
Persekutuan telah diikat. Muhammad telah membuat langkah strategis: bersumpah setia dengan warga Yatsrib. Jika terjadi sesuatu pada Muhammad, kini bukan saja keluarga Hasyim yang akan membela. Orang-orang Yatsrib yang juga mempunyai ikatan darah dengan Muhammad akan pula bertindak. Apalagi orang-orang Yatsrib itu telah memeluk Islam.
Nilai strategis langkah Muhammad semakin nampak bila melihat posisi Yatsrib yang berada di jalur perdagangan Mekah dengan Syam. Orang-orang Qurais akan kesulitan untuk berdagang ke Syam jika bermusuhan dengan warga Yatsrib. Keadaan demikian semakin membuat gusar orang-orang Qurais.
Mereka lalu merancang siasat. Dalam pertemuan di Darun Nadwa, mereka bersepakat. Para pemuda dari setiap kabilah akan ditugasi membunuh Muhammad secara bersama untuk kemudian berpencar. Dengan demikian kesalahan tidak dapat ditimpakan pada salah satu kabilah. Setelah itu, mereka secara bersama akan membayar kematian itu dengan tebusan unta.
Bau amis darah semakin kuat tercium. Namun Muhammad tampak tenang-tenang saja. "Jangan tergesa-gesa," kata Muhammad ketika Abu Bakar minta izin untuk hijrah ke Yatsrib.

Provokasi Yahudi

Rona muka Muhammad memerah. Ia tak menyangka bahwa pengikutnya begitu pengecut. Kaum Qurais telah mengirimkan tantangan untuk bertempur di Badar kembali. Nua'im bin Mas'ud -kurir Qurais-bahkan mengabarkan hal yang menakutkan. Katanya, pihak Mekah telah menyiapkan pasukan dengan kekuatan yang tak akan terbayangkan warga Madinah.
Muhammad mengajak warganya kembali mengangkat senjata. Namun mereka cuma terdiam. Melihat itu, Rasul pun bersumpah akan tetap pergi ke Badar, meskipun seorang diri. Baru setelah itu, satu per satu mereka membulatkan tekad: siap menghadapi Qurais. Muhammad menyerahkan kepemimpinan Madinah pada Abdullah -anak tokoh oportunis Abdullah bin Ubay. Ia memimpin pasukannya ke Badar.
Di pihak Qurais, Abu Sofyan juga telah meninggalkan Mekah. Dua ribu pasukan ikut bersamanya. Namun, setelah dua hari perjalanan, Abu Sofyan membatalkan niatnya. Ia membawa pasukannya pulang ke Mekah. Pasukan Muhammad menunggu selama delapan hari sebelum kembali ke Madinah.
Perang telah terhindarkan. Namun, sebelum peristiwa itu, berbagai hal besar telah terjadi di kalangan muslim. Kehancuran dalam Tragedi Uhud telah meruntuhkan wibawa masyarakat Islam di Madinah. Musuh, yang semula sempat takut, kini bangkit mengincar kaum Muslim. Dua kakak beradik anak Khuailid, Tulaiha dan Salama, mulai memobilisasi Bani Asad untuk menggempur Muhammad.
Sebanyak 150 pasukan gerak cepat pimpinan Abu Salama bin Abdul Asad bergerak secara rahasia menggempur musuh di sarangnya. Kekuatan Bani Asad hancur total. Setelah itu, Khalid bin Sufyan di Nakhla hendak berbuat serupa. Dia mulai mengorganisasikan pasukan. Upaya Khalid terhenti setelah dia dibunuh Abdullah bin Unais di rumahnya sendiri.
Berbagai siasat lalu dirancang untuk melawan Muhammad. Misalnya yang dilakukan masyarakat Hudhail. Mereka minta Muhammad agar mengirim utusan untuk mengajarkan Islam. Muhammad menugasi enam orang. Empat orang utusan Rasul itu dibantai di tengah jalan. Dua orang lainnya, Zaid dan Khubaib dijual pada orang Qurais untuk balas dendam.
Zaid sempat ditawari untuk dibebaskan asalkan bersedia membunuh Muhammad. Ia menggeleng, lalu kepalanya dipenggal sebagai balasan atas kematian Umaya bin Khalaf di Perang Badar. Khubaib sempat minta waktu untuk salat dua rakaat sebelum disalib.
Muhammad sangat berduka. Apalagi kemudian 38 dari 40 orang pilihannya untuk berdakwah ke Najd dibantai di Bi'ir Sauna, pada 625 Masehi. Mereka ditugasi atas undangan untuk berdakwah, dan di bawah perlindungan seorang terkemuka, Abu Bara'. Kini mereka tewas. Yang selamat, Amr bin Ummaya juga mengalami masalah karena ia keliru membunuh dua orang yang disangkanya adalah musuh.
Muhammad minta bantuan Yahudi Bani Nadzir yang terikat perjanjian dengan Islam untuk menyelesaikan salah bunuh itu. Namun beberapa orang Banu Nadzir malah berkomplot untuk membunuh Muhammad. Atas provokasi Abdullah bin Ubay serta Huyay, Yahudi itu melawan. Pertempuran sempat terjadi selama 12 hari. Sebagaimana Bani Qainuqa terdahulu, Bani Nadzir pun kemudian diusir dari Madinah.
Tantangan paling serius muncul dari Ghatafan, terutama dari Bani Muharib dan Tha'laba. Muhammad dengan 400 pasukannya menyerbu mendadak. Musuh yang belum siap, melarikan diri. Dua pekan ekspedisi tersebut dilakukan. Saat itulah Muhammad memberi contoh pelaksanaan salat Khauf atau salat dalam peperangan. Sebagian terus bersujud sebagaimana biasa, sebagian lain berjaga-jaga menghadap arah musuh. Demikian dilakukan secara bergantian.
Muhammad juga membawa pasukan ekspedisi ke wilayah Utara, yakni ke daerah oase Dumat Jandal di dekat perbatasan dengan Yordania dan Irak sekarang. Tak terjadi pertempuran apapun dalam ekspedisi ini.
Namun diam-diam musuh mulai mengorganisasikan diri. Kaum Yahudi, terutama yang tekah terusir dari Madinah, telah melobi hampir seluruh kabilah Arab untuk bersatu melawan Muhammad. Selain orang-orang Qurais Mekah, Bani Qais, Ailan, Fazara, Asyja, Sulaim, Sa'ad serta Asad telah mengumpulkan kekuatan untuk bersama-sama menggempur Madinah.n