Oleh: Ustadz Satria Hadi Lubis

Sudah lelahkah wahai kawan atas perjuangan ini..?
mungkin jadwal dakwah yang padat itu membuatmu lemah?

Atau tak pernah punya waktu istirahat di akhir pekan yang kau gusarkan, karena harus terus BERGERAK berdakwah?

Atau pusingnya fikiranmu mempersiapkan acara2 dakwah yang membuatmu ingin terpejam?

Atau panasnya aspal jalanan saat kau melakukan aksi yang ingin membuatmu “rehat sejenak”?

Atau sulitnya mencari orang yang ingin kau ajak HIJRAH ini yang kau risaukan?

Atau karena seringnya kehidupan sekitar kita meminta infak-infakmu yang membuatmu ingin menjauh?

Dakwah kita hari ini hanya sebatas ‘itu’ saja kawan. bukan ingin melemahkan tapi izinkan saya mengajakmu merenung sejenak….

Tahukah engkau wahai kawan, siapa Umar bin Abdul Azis??
Tubuhnya hancur dalam rangka 2 tahun masa memimpinnya…
2 tahun kawan, cuma 2 tahun memimpin tubuhnya yang perkasa bisa rontok, kemudian sakit lalu syahid… Sulit membayangkan sekeras apa sang khalifah bekerja… tapi salah satu pencapainya adalah; saat itu umat kebingungan siapa yang harus diberi zakat… tak ada lagi orang miskin yang layak diberi infaq…

Memang seperti itu dakwah. Dakwah adalah cinta.
Dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu.
Sampai pikiranmu.
Sampai perhatianmu.
Berjalan, duduk, dan tidurmu.

Tapi Syekh Musthafa Masyhur mengatakan
“Jalan dakwah ini adalah jalan yang panjang tapi adalah jalan yang paling aman untuk mencapai ridho-Nya.”

Ya kawan, jalan ini yang akan menuntun kita kepada ridho-Nya…
Saat Allah ridho.. maka apalagi yang kita risaukan?
Saat Allah ridho… semuanya akan jauh lebih indah… karena surga akan mudah kita rasa…, in syaa Allah.

Rasulullah begitu berat dakwahnya.. harus bertentangan dengan banyak kabilah dari keluarga besarnya..

Mush’ab bin Umair harus rela meninggalkan ibunya…

Suhaib harus rela meninggalkan seluruh yang dia kumpulkan di Mekkah untuk hijrah…

Asma’ binti Abu Bakar rela menaiki tebing yang terjal dalam kondisi hamil untuk mengantarkan makanan kepada ayahnya dan Rasulullah

Hanzholah segera menyambut seruan jihad saat bermalam pertama dengan istrinya,

Ka’ab bin Malik menolak dengan tegas suaka Raja Ghassan saat ia dikucilkan…

Bilal, Ammar, keluarga Yasir… mereka kenyang dengan siksaan dari para kafir,

Abu Dzar habis dipukuli karena meneriakkan kalimat tauhid di pasar,

Ali mampu berlari 400 KM guna berhijrah di gurun hanya sendirian,

Utsman rela menginfakkan 3000 unta penuh makanan untuk perang Tabuk,

Abu Bakar hanya meninggalkan Allah dan Rasul-Nya untuk keluarganya…

Umar nekat berhijrah secara terang-terangan,

Huzaifah berani mengambil tantangan untuk menjadi intel di kandang musuh,

Thalhah siap menjadi pagar hidup Rasul di Uhud, hingga 70 tombak mengenai tubuhnya,

Al Khansa’ merelakan anak-anaknya yang masih muda untuk berjihad,

Nusaibah yang walaupun dia wanita tapi tak takut turun ke medan perang,

Khadijah sang cintanya rasul siap memberikan seluruh harta dan jiwanya untuk islam, siap menenangkan sang suami di kala susah.. benar-benar model istri shalihah.

Atau mari kita bicara tentang :

Nabi Musa… mulutnya gagap tapi dakwahnya tak pernah pudar… ummatnya seburuk-buruknya ummat, tapi proses menyeru tak pernah berhenti…Nabi Nuh, 950 tahun menyeru hanya mendapat pengikut beberapa orang saja..bahkan anaknya tak mengimaninya…Nabi Ibrahim yang dibakar Namrud,Nabi Syu’aib yang menderita sakit berkepanjangan tapi tetap menyeru…Nabi Yunus, berdakwah selama 33 tahun, hanya 2 orang yang menyambut seruannya.Nabi Yahya, yang dibunuh dengan cara disembelih oleh kaumnya.Nabi Zakaria juga digergaji tubuhnya….Nabi Ismail yang rela disembelih ayahnya karena ini perintah Allah…

Deretan sejarah di atas adalah SEBAIK-BAIKnya guru dalam kehidupan kita…

Sekarang beranikah kita masih menyombongkan diri bersama jalan dakwah yang kita lakukan saat ini, mengatakan lelah padahal belum banyak melakukan apa-apa… bahkan terkadang… kita datang menyeru dengan keterpaksaan, berat hati kita, terkadang menolak amanah (untuk menjadi TELADAN). Wallahu a’lam.

(Manhajuna/GAA)