Berjabat Tangan

0
Diposting oleh noname on 06 Mei 2012 , in

Berjabat Tangan

Ada orang yang bertanya kepada Abu Dzar ra.,

 "Apakah waktu itu Rasulullah saw. menjabat tangan kalian jika bertemu?"

 la menjawab,

"Saya tidak pernah menjumpainya kecuali beliau menjabat tangan saya. Suatu hari behau
mengutus seseorang kepada saya, waktu itu saya tidak berada di rumah. Ketika saya
pulang, saya diberi tahu oleh istri saya. Kemudian saya mendatangi Rasulullah.
Ketika itu beliau sedang berbaring di tempat tidur. Melihat kedatangan saya, beliau
bangkit dan memeluk saya."

(HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Berjabat tangan bukan sekedar gerakan tangan yang diwarisi secara turun-
temurun, tetapi mempunyai makna dan rasa yang dipengaruhi oleh perbedaan
hubungan dan kehendak.

Oleh karena itulah, Islam melarang laki-laki menjabat
tangan perempuan yang bukan muhrimnya.
Tangan adalah alat yang sangat peka. la dapat mene-rima dan mengirim
isyarat-isyarat yang tampak pada wajah atau yang tersimpan dalam hati.

Berjabat tangan dapat mengukur jarak antara dua hati. Ada orang yang
berjabat tangan hanya untuk basa-basi, ada pula orang yang berjabat tangan hanya
sekedar menyentuh. Ada orang yang berjabat tangan, sementara wajahnya tidak
mengarah pada orang yang di hadapan-nya, ada pula orang yang berjabat tangan
disertai dengan tatapan mata yang sejuk.

Berjabat tangan dapat menghapus dosa-dosa.

 Diriwa-yatkan dari Al-Barra' ra., ia
berkata,

 Rasulullah saw. ber-sabda,
"Tidaklab seorang muslim yang bertemu lulu berja-
bat tangan, kecuali bagi mereka ampunan sebelum mereka berpisah."

Diriwayatkan bahwa jika Rasul menjabat tangan seseorang, beliau tidak
melepaskan tangan beliau sehing-ga orang itulah yang melepaskannya.
Dari Mu'adz bin Jabal ra., ia berkata bahwa Rasulullah memegang tangannya
dan berkata,

"Hai Muadz, demi Allah, sungguh aku mencintaimu. Aku berpesan kepadamu,
jangan sekali-kali kamu mening-galkan membaca doa, 'Ya Allah, tolonglah aku agar
dapat mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan melakukan ibadah dengan baik,'
setiap selesai shalat."
(HR. Abu Dawud)

Kalau dilihat secara sepintas, kalimat

"bahwa Rasulullah memegangtanganku"

 bisa saja dihapus dari hadits itu. Akan tetapi, kenyataannya perawi hadits
itu mencantumkannya, karena para sahabat benar-benar memahami makna
gerakan itu dan erat kaitannya dengan kalimat sesudahnya,

 "Demi Allah, sungguh saya mencintaimu."
Jika kita meneliti sabda Rasulullah,

 "Hai Mu'adz, demi Allah, sungguh saya mencintaimu,"
maka kita akan mengetahui bahwa Mu'adz sudah mendapatkan sesuatu
yang diidam-idamkan oleh setiap muslim.

Rasulullah bersabda,
 "Seseorang itu akan bersama orang yang ia cintai."

Keterpautan antara dua tangan hanya akan dilaku-kan oleh dua hati yang
saling mencintai. Tangan tidak akan bergerak untuk berjabat tangan secara tiba-tiba,
tetapi menanti komando dari hati dan pikiran.

 Jangan lupa pula meletakkan tangan  Anda di pundak orang yang Anda cintai, karena itu adalah sentuhan yang penuh  makna yang hanya dilakukan oleh hati-hati yang saling mencintai.

Aisyah ra. berkata,

"Zaid bin Haritsah datang ke kota Madinah, sedang
Rasulullah berada di rumah saya. Zaid lantas mendatangi beliau dan mengetuk
pintu. Rasulullah bangkit sambil merengkuh pakaiannya, setelah itu beliau
merangkul dan mencium Zaid."

 (HR. Tirmidzi, ia berkata, "Hadits ini hasan.")

Diriwayatkan dalam hadits yang lain bahwa ada seorang laki-laki berkata
kepada Rasulullah,

"Wahai Rasul, seorang laki-laki di antara kami bertemu dengan
saudaranya atau temannya, apa ia harus menunduk  (hormat)?"

 Rasulullah menjawab, 

"Tidak." 

Ia bertanya,

 "Apakah ia harus memeluk  dan menciumnya?"

Rasul menjawab, 

"Tidak." 

Ia bertanya,

 "Apakah menjabat tangannya?"

Rasul menjawab, 

"Ya." 

(HR. Tirmidzi,  ia berkata, "Hadits ini hasan.")

Abbas As-Siisi At-Thariq ilal Quluub

Share This Post

0 komentar:

Posting Komentar