Dakwah:
"Ruh dan Perasaan"
Saya
pernah diundang sejumlah pemuda ke suatu tempat yang jarak tempuhnya
memakan
waktu tiga jam. Sesampainya di sana, mereka menyambut saya sambil
duduk.
Wajah mereka hambar, perasaannya dingin, dan pandangannya kosong.
Kemudian
saya diminta bicara oleh seniornya. Saya berbicara di hadapan mereka tanpa
hati
dan ruh. Seusai bicara, ia berterima kasih kepada saya. Lalu saya keluar dengan
perasaan
seperti baru pulang dari takziah. Saya pulang dengan perasaan yang sama
Saya
merasa sangat sedih sekali setelah menyaksikan peristiwa ini.
Beberapa
hari kemudian datanglah orang yang sama, yang mengundang pertama
kali.
Ia ingin mengundang saya untuk yang kedua kalinya.
Saya
katakan kepadanya,
"Saya
diundang ke mana?"
Pemuda itu menjawab,
"Ke tempat ikhwah yang kemarin
dulu itu Ustaz!"
Saya
bertanya lagi,
"Apakah mereka itu ikhwah?" la
menjawab,
"Ya!"
Lalu
saya katakan,
"Mustahil
mereka itu memiliki penghayatan tentang nilai ukhuwah! Bagaimana mereka itu
dapat dikatakan ikhwah,
jika
ketika ada tamu yang datang dengan menempuh perjalanan selama tiga jam,
sambil
memendam rasa rindu yang membara, dan dengan hati yang lapang saja,
mereka
menyambut dengan perasaan dingin, sembari duduk bagaikan siswa-siswa di
sekolah.
Hubungan
saya dengan mereka seperti seorang guru dengan murid dalam ruangan.
Bila
pelajaran usai, maka guru atau murid akan keluar tanpa mem-beri isyarat
apa-apa.
Tanpa ada perasaan ukhuwah dan tanpa adanya
seruan yang menyatukan mereka. Ketika
meninggalkan
mereka, saya murung dan sedih atas kebekuan perasaan mereka
dan
hilangnya kehangatan hati mereka.
Ketahuilah,
sesungguhnya perasaan yang hidup itulah yang menjadi rahsia keberadaan dan
kebangkitan kita."
Akhirnya
pemuda itu merasa malu dam bingung, seraya berkata,
"Kalau memang ikhwah tidak menghayati
nilai ukhuwah tersebut pada kesempatan yang lalu, maka
akan saya
ingatkan sehingga mereka dapat memahami pada saat yang akan datang."
Saya
pandangi dia seraya berkata,
"Hai Tuanku, sesungguhnya potensi
ruhiyah, sentuhan rasa, kecintaan pada kebaikan, serta perasaan yang lembut itu
tidak akan muncul hanya sekedar dengan peringatan dan perintah.
Sadarilah, bahawa yang dapat membangkitkan-nya
adalah dengan sentuhan-sentuhan hati yang penuh kasih saying dan kerinduan yang
sangat dalam terhadap pasangan seaqidahnya yang melekat di hati."
Saya
meminta maaf padanya kerana tidak dapat hadir, walaupun saya rindu dan
kasihan
pada mereka.
Abbas
As-Siisi At-Thariq ilal Quluub
0 komentar:
Posting Komentar