Senyummu di muka saudaramu adalah sedekah

0
Diposting oleh noname on 23 April 2012 , in

Senyummu di muka saudaramu adalah sedekah

Rasulullah saw. bersabda, "Senyummu di muka saudaramu adalah sedekah,"
dan bukan "Senyummu untuk saudaramu." Dalam hadits di atas dipakai kata
"muka", kerana pada wajah terdapat banyak indra, dan ia merupakan gambaran hakiki
seorang manusia. Oleh kerananya, sebuah senyuman yang tidak terlihat oleh saudara
kita, tidak akan mempunyai erti dan tidak akan berkesan.







Senyuman adalah gambaran isi hati yang menggerakkan perasaan dan memancar
pada wajah seperti kilatan cahaya, seakan berbicara dan memanggil, sehingga hati
yang mendengar akan terpikat. 

Senyuman yang dibuat-buat tidaklah sama dengan senyuman yang tulus ikhlas.
Senyuman yang dibuat-buat adalah sebuah kreasi seni, tak lebih dan sebuah plastik.
Sedangkan senyuman yang tulus ikhlas adalah fitrah; ia ibarat bunga yang mekar di
tangkamya, indah dipandang mata, dan harum baunya, yang menjadikan jiwa terlena
dan bersimpati. Mengenai hal ini Rasulullah telah mengingatkan kepada kita dengan
sabdanya, 

"Kamu tidak akan dapat membahagiakan orang lain dengan hartamu, tetapi yang
dapat membahagiakan mereka adalah wajah yang ceria dan akhlak yang mulia."

Lima puluh tahun yang lalu, penemuan ilmiah menyebutkan bahwa
tumbuh-tumbuhan akan semakin subur manakala berada di tempat yang di situ
terdapat alunan suara berirama slow, dan tumbuh-tumbuhan itu akan merasa "gembira"
tatkala pemihknya menyirami-nya dengan air yang sejuk. Namun sebaliknya, tumbuh-
tumbuhan itu akan "menangis" tatkala ada yang meme-tik tangkai dan bunganya. 

Rasulullah saw. bersabda, 

"Uhud adalah gunung yang mencintai kita dan kita pun mencintainya."
Jika demikian keadaan tumbuh-tumbuhan dan benda-benda padat, maka
keadaan manusia yang telah diberi oleh Allah swt. nikmat berupa indra dan akal
tentu lebih dari itu. Itulah rahasia yang tersimpan dalam diri manusia. 

Manakala ia
dapat menyibak rahasia itu, Allah akan membukakan baginya penglihatan dan mata
hati mereka yang lalai dan terlena dalam kemaksiatan. Dengan iman, perasaan, dan
kekuatan ruhiah, Islam mengubah banyak manusia dengan sebuah perubahan yang
tidak bisa dilakukan oleh kekuatan-kekuatan materi. 

Seorang da'i hendaklah merasakan nikmat iman yang tulus ikhlas, sehingga  ia dapat menembus batu sekeras apa pun dan dapat menumbuhkan pepohonan meski
di tengah padang pasir yang gersang.

 Ia akan dapat mencetak khairu ummah (uma terbaik). 
Kalau kita teliti, maka akan kita ketahui bahwa yang menyebabkan
generasi pertama umat ini masuk Islam adalah senyuman yang tulus, pandangan yang
teduh, pergaulan yang sim-patik, dan ucapan yang berkesan.

Abbas As-Siisi  At-Thariq ilal Quluub

Share This Post

0 komentar:

Posting Komentar