PRIORITAS STUDI DAN PERENCANAAN PADA URUSAN DUNIA

Diposting oleh maz pato on 25 Februari 2012 , in
KALAU kita pernah mengatakan tentang pentingnya ilmu atas amal dalam berbagai urusan agama, maka kita sekarang ini menegaskan mengenai pentingnya ilmu dalam urusan-urusan dunia.

Kita  hidup  sekarang  ini  pada  zaman  yang  segala  sesuatu didasarkan atas ilmu pengetahuan. Pada zaman kita sekarang ini sudah tidak lagi  menerima  hal-hal  yang  tidak  teratur  dan mengawur  dalam hal-hal yang berkaitan dengan urusan kehidupan dunia.

Semua  pekerjaan  yang  baik  mesti  didahului  dengan   studi kelayakan  terlebih  dahulu, dan harus dipastikan menghasilkan sesuatu yang memuaskan sebelum  pekerjaan  itu  dimulai.  Oleh karena  itu,  mesti  ada perencanaan sebelum melakukannya, dan harus diperhitungkan secara matematis dan  dilakukan  berbagai penelitian sebelum pekerjaan itu dilakukan.

Dalam   buku   dan   kajian-kajian   yang   lain  saya  pernah menyebutkan: "Sesungguhnya penelitian, perencanaan, dan  studi kelayakan sebelum kerja dilaksanakan merupakan etos kerja yang telah ada pada Islam. Rasulullah saw adalah orang yang pertama kali   melakukan   perhitungan   secara   statistik   terhadap orang-orang yang beriman kepadanya setelah  dia  berhijrah  ke Madinah  al-Munawwarah.  Dan kesan dari perencanaan itu begitu terasa   pada   perjalanan   hidup   beliau   dalam   berbagai bentuknya.20



Seharusnya orang yang paling dahulu melakukan perencanaan hari esok mereka ialah para aktivis gerakan Islam, sehingga  mereka tidak   membiarkan   semua   urusan   mereka   berjalan  tanpa perencanaan; tanpa memanfaatkan pengalaman di masa yang  lalu; tanpa  mencermati  realitas  yang terjadi pada hari ini; tanpa menimbang benar dan salahnya ijtihad  yang  pernah  dilakukan; tanpa  menilai untung-ruginya perjalanan umat kemarin dan hari ini;  tanpa  memiliki  pengetahuan  yang   mendalam   mengenai kemampuan  dan  fasilitas  yang  dimiliki oleh umat, baik yang berbentuk material maupun  spiritual,  yang  tampak  dan  yang tidak   tampak,  yang  produktif  dan  yang  tidak  produktif. Perencanaan yang mereka buat itu  mesti  memperhatikan  sumber kekuatan  dan  titik-titik  kelemahan  yang dimiliki oleh umat kita dan musuh-musuh kita; kemudian siapakah sebenarnya  musuh kita  yang  hakiki?  Siapakah  musuh kita yang abadi dan musuh yang insidental? Siapakah di antara mereka yang mungkin  dapat kita manfaatkan dan siapa yang tidak dapat dimanfaatkan? Siapa yang dapat kita ajak berdiskusi dan siapa  yang  tidak?  Semua musuh   harus   kita   pandang  secara  berbeda,  karena  pada hakikatnya mereka juga berbeda-beda.

Semua persoalan di atas tidak dapat diketahui  kecuali  dengan ilmu  pengetahuan  dan  kajian yang objektif, yang sama sekali tidak emosional,  bebas  dari  pelbagai  pengaruh  individual, lingkungan dan waktu sejauh yang dapat dilakukan oleh manusia; karena sesungguhnya  kebebasan  yang  bersifat  mutlak  hampir dapat dikatakan mustahil.

Catatan Kaki:
20 Baca buku kami ar-Rasul wal-'Ilm, cet. Mu'assasah ar-Risalah, Beirut dan Darus-Shahwah Islamiyyah. ^

 

Share This Post

1 komentar:

Anonim
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

Posting Komentar