"Mengapa Semua Kasus PKS Dilihat Dari Sudut 'Pandang' Demokrat?"

0
Diposting oleh Unknown on 23 Juni 2013 , in ,



by @dangtuangku
   
Cara terbaik dalam menghadapi pers yang memanipulasi penolakan PKS terhadap kenaikan harga BBM, sebarkan pesan lewat spanduk.
   
@Igoendonesia: Kalo PKS bisa tuh om ngopi sambil tidur lagi.. RT @gm_gm: Tidak perlu dukungan koalisi untuk memutuskan ngopi atau tidur lagi.
   
@gm_gm: Memang ada juga yg ingin dua-duanya: Tubuh di tempat tidur, mulut di tempat sarapan.
   
Perumpamaan yang amat sangat manipulatif.
   
Apakah berkoalisi sama dengan mematikan sikap kritis.
   
Jangan karena kebencian pada pihak lain membuat kita tak mampu jernih dalam memahami suatu peristiwa.
   
Jangan karena saking bencinya sama PKS, sampai-sampai logika pun dibalik2.
   
Satu contoh sederhana adalah; bila pks tolak kenaikan BBM, kok tidak menarik menteri2nya?
   
Pertanyaannya, kok PKS yg mesti menarik menteri. Mengapa bukan SBY yg ganti menteri yg dari kader pks yg diangkatnya.
   
Lebih lucu lagi, elit demokrat bilang pks muka badak krn tak tarik menteri. Padahal yg tak mau ganti siapa?
   
Publik tak bodoh untuk tak tahu bahwa mereka mau dibodohi dan ditipu demokrat melalui jaringan2 media massanya.
   
Memanipulasi peristiwa2 politik dengan membuat pemberitaan dengan 'frame' tertentu.
   
Saya dulu mengagumi Mas Gunawan Mohamad (GM @gm_gm) yang pernah mengatakan bahwa pencarian kebenaran di dunia ini tak mungkin final.
   
Oleh karena itu sikap kritis sangat diperluka utk mengujinya.
   
Mengapa dalam kasus melibatkan PKS, Demokrat atau SBY, yg ada hanya kritis sepihak. Semua dilihat dari sudut demokrat.
   
Sampai disini sulit dipungkiri, pers dan banyak elit politik, kini sudah menjadi manipulator ulung dlm kasus BBM.
   
Maaf saya mencoba melihat semua peristiwa ini dari sudut lain di luar 'frame seragam' yg dilontarkan pers ke publik.
   
Frame yg sengaja dibuat pihak tertentu bahwa sikap PKS dalam menolak kenaikan harga BBM adalah kejahatan. #Manipulasi
   
@Igoendonesia: ah, akun anonim... Cc @gm_gm
   
Kalimat itu dinilai dari isinya. Bukan dari siapa yang menulisnya.
   
Ini pula yg saya sayangkan, tokoh sekaliber GM, ikut2an memanipulasi kata-kata soal koalisi dan kenaikan harga BBM.
   
Sebab bagi saya, perbedaan manipulator dan diktator hanya sebesar rambut dibelah tujuh.
   
Sehingga kita kini makin jauh dari subtansi persoalan. Kita harus bayar mahal minyak di negeri penuh minyak.
   
Bukan perang. Tapi untuk mencari kebenaran secara terus menerus.
   
Jika ingin ngetop, knapa pakai anonim. Apalah artinya sebuah nama.
   
@gm_gm: "Negeri penuh minyak?" Faktanya kita impor, bung.
   
Kemana minyak kita pergi. Abis disedot asingkah?
   
Pertamina sudah menjadi pedagang minyak keliling kah? Lebih suka beli minyak lalu jual minyak dgn untung berlipat?
   
Lalu berapa lama lagi rakyat harus berkorban demi para pedagang di pemerintahan dan senayan. #RezimPedagang
   
Rezim ini untung dua kali. Dari keuntungan dagang dan fee impor. #RezimFeeImpor
   
Kita bagi sedikit cerita forum pemred yang baru saja 'pesta' di Bali jelang persetujuan DPR naikkan harga BBM.
   
Dimana setelah skandal itu terbongkar, Wahyu Muryadi Pemred Tempo, lalu mengumumkan berhenti sebagai ketua forum pemred.
   
Koran Tempo memuat berita mundurnya pemred mereka dari forum pemred.
   
Dalam berita itu, tempo menulis bahwa dana yang dikumpulkan panitia untuk acara itu sebesar Rp4,2 miliar. Benarkah?
   
Itu informasi bohong. Dana yang berhasil dihimpun panitia lebih dari Rp10 miliar.
   
Dana itu berasal dari puluhan BUMN yang dipaksa menyumbang sampai 500 juta rupiah.
   
Sumbangan dgn teknik 'menginjak' itu tak mungkin dilakukan oleh panitia pencari dana. Namun dari rekomendasi nama2 tenar di forum pemred.


*sumber: http://chirpstory.com/li/90931

Share This Post

0 komentar:

Posting Komentar